Mohon tunggu...
ZUMZUMI NAILUFAR
ZUMZUMI NAILUFAR Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Kajian Barat atas Al-Qur'an

16 Oktober 2022   12:20 Diperbarui: 16 Oktober 2022   12:26 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al-Qur'an merupakan induk dari ajaran-ajaran kehidupan masyarakat Islam sehari-hari. Bahasan-bahasannya menjadi tuntunan umat yang benar dan membawa kejalan yang lurus. Aturan nya yang begitu komplek banyak menarik perhatian para ilmuan muslim untuk lebih memahami dan mendalami Al-Qur'an, bahkan banyak dari bangsa barat yang penasaran dan ingin mengkaji kebenaran dan keoutentikan dari isi Al-Qur'an.

Kajian  Al-Qur'an  dan  disiplin  ilmu  yang  menopangnya  menjadi perhatian yang cukup memikat, tidak saja bagi umat Islam, tetapi juga bagi para pemerhati Islam di Barat. Hal ini, selain karena Al-Qur'an merupakan kitab suci yang diyakini bersumber dari wahyu dan dijadikan pedoman bagi pemeluknya,juga karena Al-Qur'an menyisakan banyak misteri yang membuat orang terpikat dan tertantang untuk mengkajinya.

Dalam Pelaku pengkaji kajian barat atas Al-Qur'an, hal ini tidak hanya menjadi objek kajian bagi para ilmuan dan sarjana dari barat, namun banyak juga sarjana Muslim yang tinggal dan mengajar di Barat juga mengkaji serta menulis beberapa kajian tentang Islam dan al-Qur'an. Diantarnya seperti Fazlur Rahman, Khalid Abu el-Fadl, Abdullahi Ahmed an-Naim, Amina Wadud, Asma Barlas, Nasr Hamid Abu Zayd, dan lainnya. Hal ini memunculkan urgensi bahwa kajian barat atas Al-Qur'an mampu menarik untuk dibahas dan di telaah lebih dalam sehingga dapat memunculkan kemungkinan pembuktian kebenaran-kebenara bagi orang awam dalam meyakini islam.

Tema kajian al-Qur'an yang disoroti tidak hanya melulu tentang kajian tafsir, namun juga mengkaji teks Al-Qur'an, sejarah al-Qur'an, periodisasi al-Qur'an, kandungan al-Qur'an, dan ulum al-Qur'an. Hal ini membuktikan kajian-kajian Al-Qur'an oleh sarjana-sarjana di Barat sangat kaya dan layak dikaji karena dapat memperkaya wawasan kita, walaupun kita harus tetap kritis terhadap karya-karya tersebut.

Dalam perkembangannya, kajian Al-Qur'an di Barat tidak saja diarahkan pada  alih  bahasa  Al-Qur'an  ke  dalam  bahasa  mereka,  melainkan  juga  pada aspek-aspek lain terkait  dengan  Al-Qur'an. Meskipun penerjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Barat merupakan rintisan awal  persentuhan Barat dengan  Al-Qur'an, namun dalam perkembangannya, hal-hal yang terkait dengan Al-Qur'an juga menjadi minat yang luar biasa di kalangan Barat. Sebagaimana  diuraikan  pada  sub  bab  sebelumnya  bahwa  awal  mula kajian Al-Qur'an diarahkan pada penerjemahan Al-Qur'an ke Bahasa Latin dan Bahasa  Eropa  lainnya.  

Dalam  perkembangannya,  berberapa  kajian  Al-Qur'an juga  dimulai  melalui  pintu  masuk  kajian  sejarah  Nabi  Muhammad.  Hal  ini masuk  akal  lantaran  Al-Qur'an  diturunkan  kepada  Nabi  Muhammad  untuk disampaikan  kepada  umatnya.  Dengan  demikian,  kajian  tentang  sejarah  Nabi Muhammad juga tidak menafikan penjelasan tentang kitab suci yang diturunkan kepada  Nabi  Muhammad.  Dapat  disebut  di  sini  adalah  Gustav  Weil,  Aloys Sprenger, William Muir, dan Theodore Noldeke.

Kajian Al-Qur'an di Barat berdampak pada dinamika kajian Al-Qur'an di belahan dunia lainnya, tidak terkecuali di kalangan umat Islam. Massifnya dunia percetakan menjadikan  pertukaran  gagasan  demikian  gencar  menyebar. Ditambah  lagi  dengan kemajuan  teknologi yang memungkinkan semua  orang dengan  mudah  mengakses  berbagai  informasi.  Melalui  jurnal dan  buku-buku yang diterbitkan atau diunggah di dunia maya, menjadikan informasi itu dengan mudah  dibaca  di  berbagai  penjuru  dunia.

Kajian Al-Qur'an di dunia barat dewasa ini telah mencapai "the golden age" sehingga hal ini menjadi topik hangat yang perlu diangkat dalam essay ini. Dalam lingkup forum kajian barat, para sarjana Muslim dan sarjana non Muslim telah berkolaborasi dalam mengkaji tentang islam dan Al-Qur'an. Sebagai salahsatu hasil dari kolaborasi ini yakni terbitnya karya "The Encyclopaedia of the Qur'an" sebanyak 5 jilid, yang diedit oleh Jane D. McAuliffe, "Dictionnaire du Coran" yang ditulis oleh beberapa sarjana dengan bahasa Perancis pada tahun 2007, dan beberapa karya yang lainnya. Hal ini menjadi urgensi kajian barat atas Al-Qur'an yakni mampu menghasilkan karya-karya baru yang objek utamanya adalah Al-Qur'an dengan berbagai tema.

Refleksi Perkuliahan Kajian Barat Atas Al-Qur'an

Saya pribadi, cukup antusias dengan mata kuliah ini. Karena menguak bagaimana para sarjana barat (orientalis) antusias dalam mengkaji studi al-Qur'an. Selain itu juga, mengungkap mengenai alasan, latar belakang serta tujuan mereka para sarjana barat (orientalis) dalam mengkaji studi al-Qur'an. Ataupun hal-hal lain mengenai para sarjana barat atas al-Qur'an. Karena itu saya pun banyak mencari tahu apa saja yang berkaitan dengan kajian ini. Dalam hal penyampaiannya pun, beliau bapak dosen cukup jelas dan detail dalam penyampaian materinya. Ditambah juga selalu memberikan informasi-informasi terkini mengenai materi mata kuliah ini.

Mata kuliah ini membuat saya sadar bahwa pengetahuan tentang isi Al-Qur'an begitu sangat menarik dan luas sekali untuk dibahas, dikaji oleh banyak orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun