Memahami ilmu filsafat mungkin terasa sulit dan membosankan apabila dipelajari hanya dengan membaca atau dengan menonton via youtube atau medsos, namun bagaimana ketika belajar filsatat tersebut dibalut dengan narasasi kesastraan yang indah entah itu berbentuk novel atau roman.Â
Novel atau roman Hayy Bin Yaqdzon merupakan roman yang penulis sarankan kepada orang yg mau menikmati filsafat dengan cara yang berbeda apalagi dalam karya ini menggunakan pendekatan filsatat theologis ( filsafat ketuhanan).Â
Hayy bin Yaqdzon merupakan roman yang dikarang oleh Ibn Tufail seorang satrawan sekaligus ahli filsafat yang berasal dari Andalusia (spanyol) .Â
Roman ini menceritakan tentang Hayy bin Yaqdzon yang lahir di pulau Wak Wak kemudian diasuh oleh seekor rusah. Ada beberapa versi tentang kelahiran Hayy bin Yaqdzon ada yang berpendapat ia adalah anak dari Adik perempuan raja yang cintanya tidak diterima oleh Raja sehingga menyebabkan sangat adik membuang anaknya ( Hayy) untuk menyelamatkan nyawanya dari sang raja.Â
Versi selanjutnya menyatakan bahwa Hayy merupakan anak yang lahir/muncul dari tanah dikarenakan tanah tersebut memiliki berbagai macam unsur panas dan dingin kemudian mereka menyatu membentuk gumpalan-gumpalan dan Tuhan pun meniupkan roh sehingga jadilah manusia yang bernama Hayy bin Yaqdzon kelak dikemudian hari diasuh oleh seekor rusah.Â
Dalam Roman ini diceritakan fase kehidupan Hayy dibagi kedalam Tujuh Fase.Â
Fase pertama dimana Hayy diasuh oleh seekor rusah yang menjadi induknya singkat cerita Hayy pun merasa mengerti tentang bahasa dari berbagai hewan tersebut.Â
Fase kedua diawali dengan kematian sang Ibu, fase ini Hayy mulai penasaran apa yang membuat sang ibu tidak bisa bergerak sehingga mendorong Hayy untuk melakukan pembedahan kepada jasad ibunya untuk mengetahui penyebab tersebut namun sayang setelah dibedah hingga jantung sang ibu , Hayy tetap penasaran dan masih belum menemukan apa penyebab kematian sang ibu, disini penulis Ibnu Tufail dengan cerdas mengantar pembaca untuk memahami eksistensi ruh sebagai bagian yang terpisah dari jasad.Â
Fase ketiga, fase ketika Hayy berhasil menemukan api, benda ini merupakan benda yang membuat Hayy begitu takjub sampai akhirnya berhasil meneliti dan menyimpulkan bahwa benda seperti api dapat membakar benda yang kering dengan cepat dan benda yang basah begitu lambat. Dalam fase ini Ibn Tufail mengajak para pembaca untuk memahami bahwa salah satu sumber pengetahun ialah dengan menggunakan metode Eksplorasi/Eksperimen.
Fase ke empat ketika Hayy berfokus pada benda benda yang ada di alam kaun(penciptaan) dan alam jasad ( benda) ia pun mulai mengenal perbedaan antara tunggal dan majemuk benda dan ruh (jiwa). Hayy juga membagi benda kedalam dua sifat yakni Ringan serta bergerak kelas atau kebawah.Â
Fase Kelima diamana Hayy sewaktu dia mulai memahami tentang benda benda yang ada dibumi dan di antariksa, ia pun berpendapat bahwa planet /bintang merupakan benda yang terhingga (mutanahin) kemudian dari pengamatan tersebut muncul suatu pertanyaan yang filosofis yakni apakah Alam ini Qadim (lama) atau Alam ini hadis (Baharu), dari perenungan Hayy tentang alam dia sampai kepada satunya kesimpulan bahwa alam dan semesta pasti memiliki penyebab ( fail) penyebab itulah yang menciptakan semesta ini dan penyebab itu harus memiliki dzat/unsur yang berbeda dengan apa yang ada di alam ini.
Fase Keenam, fase ini ketika mulai meyakini secara mantap tentang adanya Fail ( penyebab) keteraturan alam ini kalau meminjam istilah filsafat penyebab itu bernama "prima causa", Hayy mulai mengetahui adanya eksistensi dzat yang Mahatinggi, Maha tetap, Mahaada, dan kelahirannya tanpa sebab, di fase inilah Hayy merasa sangat kagum dengan zat tersebut dan berusaha dengan sebisa mungkin untuk melakukan masyahada (penyingkapan) dengan dzat tersebut.Â
Fase ketujuh dan kedelapan atau Fase terakhir fase dimana ketika Hayy bin Yaqdzon bertemu dengan Absal seorang beriman dan berilmu tinggi yang memilih mengasingkan dirinya ke pulau Wak wak dengan harapan dia bisa berfokus untuk beribadah karena dipulau itu tidak dihuni siapa pun, namun takdir berkata lain Absal justru berjumpa dengan Hayy bin Yaqdzon kemudian Hayy mengajarkan nya bahasa manusia dan mengajaknya ke pulau asal Absal yang dihuni banyak manusia.
Namun sayang Hayy tidak beta tinggal di pulau manusia dikarenakan mereka lebih berfokus kepada hal hal yang fana ketimbang hal yang benar benar abadi, selanjutnya Hayy dan Asal kembali ke pulau Wak wak untuk fokus dalam pencarian kepada dzat yang maha Agung.Â
Roman cukup memulai baik dari segi narasi maupun dari pesan pesan filosofis yang coba disampaikan penulis lewat tokoh Hayy bin Yaqdzon, didalamnya penulis mengajak kita mengenal filsafat empirisme, rasionalisme hingga konsep yang dianut oleh para Sufi yakni Wahdatul Wujud.Â
Roman begitu singkat tapi makna dan interpretasi atas karya ini masih dilakukan hingga akhir ini dan salah satu fakta menarik dari cerita Hayy bin Yaqdzon ialah roman ini menjadi inspirator buat Rudyard Kipling dengan cerita JUNGLE BOOK dan mempengaruhi Edgar Rice Bourroughs penulis Amerika dengan Karya TARZAN yang dikenal luas dimasyarakat.Â
Pada Tahun 1971 F. Lacassin menulis buku cetakan Perancis tentang tokoh Tarzan karya Bourroughs lebih dari 500 halaman bahkan hingga tahun 1972 terdapat 47 kisah teater bahkan 1010 Bandes Dessines yang menggunakan nama Tarzan atau kisah kisah serupa yang diduga kuat dipengaruhi oleh karya Ibnu Thufail , Hayy bin Yaqdzon.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H