<!--[if !mso]> <! st1:*{behavior:url(#ieooui) } -->
Teringat kembali bagaimana seorang Susno Duadji menangis di depan yang terhormat anggota DPR sambil bersumpah dengan menyebut nama Tuhan, ketika ribut ribut soal perseteruan Cicak-Buaya. Bukan sedikit orang yang melecehkannya. Ada yang bilang air mata buaya, ada yang bilang sumpah palsu dsb.
Kalau dikaitkan dengan apa yang dilakukannya sekarang sebagai ‘the Whistle Blower', mengungkap adanya praktek makelar kasus di institusi Kepolisian, sekaligus sebagai jalan kita untuk mengenal sosok ini lebih jauh, maka tangisannya waktu itu akan segera menyadarkan kita. Bagaimana tidak menangis, mungkin lebih dari itu, di tengah upayanya menjadi orang jujur yang ingin membersihkan malah dituduh macam macam. Bahkan tidak dibela oleh institusinya sendiri, malah disingkirkan oleh mereka yang katanya mau bersih bersih. Yang katanya mau bersih bersih itu ya rakyat, ya DPR, ya Presiden, ya KPK, semuanya justru mencampakkannya. Mana yang benar, jadi kacau.
Tentu jalan satu satunya ya menangislah, sambil tetap bertawakkal pada Tuhan. Itulah yang dilakukan oleh seorang Susno.
Dan kelihatannya tangisan itu akan terulang lagi. Tuduhan dan pernyataannya belum diproses apa apa beliau sudah ditetapkan sebagai terdakwa, oleh satuan yang tugasnya mestinya untuk mengawasi dan bersih bersih itu tadi. Sungguh dunia ini tidak adil. Dan keadilan yang paling hakiki adanya nanti di alam akhirat, dan seorang Susno memahami itu. Makanya dia bilang jangankan dipenjara, matipun dia siap.
Mestinya satuan pengawasan disiplin Polri atau Kapolri yang betul betul ingin membersihkan, menangguhkan pemeriksaan Susno, walau dianggap bertindak indisipliner. Karena masukan yang diberikannya sangat penting dan bermakna bagi pembenahan. Itu butuh keberanian dan pengorbanan dan semangat patriotic sejati, lebih daripada sekedar melanggar prosedur yang lazim. Kecuali bila Kepolisian merasa kebakaran jenggot, maka dicarilah usaha meredam. Padahal kalau ini dihargai mungkin banyak kasus akan terungkap.
Mirip dulu dengan kasus Auditor BPK yang berani buka suara dan menjadi kaki tangan KPK dalam menangkap basah Jaksa penerima suap. Perjuangannya yang penuh keberanian itu akhirnya putus di tengah jalan karena dianggap melanggar prosedur, dia diberhentikan dan apalagi kalau bukan mengimbas pada keraguan auditor lain untuk melaporkan kasus serupa. Dan kita kembali pada keterpurukan korup yang massive.
Tapi sudahlah, zaman memang maunya seperti itu. Zaman dengan segera melupakan jasa jasa pak Susno waktu dia membersihkan pungli di jajaran Polda Jawa Barat waktu beliau jadi kepalanya, dan orang dengan ringan memberi cap buaya.
Sekarang yang penting adalah bagaimana kita memberikan dukungan moril kepada beliau, paling tidak meminta maaf secara gentleman atas tuduhan, cap, melecehkan dan sumpah serapah kita selama ini. Dan sebaliknya kita meminta KPK untuk minta maaf kepada kita atas dukungan kita yang tidak terlalu benar tapi terlalu besar selama ini kepada mereka. Dan kita akan memaafkan mereka asal mereka mau berjanji akan memperbaiki diri. Memperbaiki diri? Ya memperbaiki diri, kalau tidak percaya, Tanya pak Susno, beliau tahu itu.
Dan kalau memang ada niat bersih bersih, tidak terlalu berlebihan kalau dicanangkan "Susno for Presiden 2014", biar Kapolri dan jajarannya kaget!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H