Fajar ketika itu baru mengintip dibalik helaian-helaian kidung malam yang beranjak, sayup-sayup terdengar ditelinga, sang-bilal memanggil untuk bersimpuh dan bersyukur atas dibangkitkan-Nya kembali raga dan jiwa yang beberapa saat terlelap mematikan diri. Beranjak mensucikan diri lalu menyembahkan diri kepada sang Maha Pencipta.
Pagi itu terasa sejuk ketika langkah demi langkah kaki memulai untuk berkarya menuju keluasan wawasan. Raga demi raga yang entah berasal dari manasaja dengan wajah-wajah yang terselubung secarik kain, mulai memenuhi sebuah ruangan terbuka. Raga-raga tersebut termasuk raga ini mulai mengembangkan telinga, membuka mata, dan jari-jemari yang entah itu milik Adam ataupun Hawa yang sebelumnya asyik mencengkam,menggenggam,atau mematik mulai melenturnya diatas peraduan lantai papan tuts.
Terhitung tiga hari tiga malam, bukan tiga  purnama. Jari-jari yang terbiasa kaku mulai menari-nari bak sang penari dari Hindustani. Liukan jari jemari semakin meliuk-liuk dipapan tuts sesuai arahan sang mentor. Bahkan liukan jari jemari ini terus meliuk liuk hanya panggilan bilal,panggilan alam yang hanya dapat menghentikannya sejenak.
Secercah harapan dari liukan jari jemari entah si Adam ataupun Hawa diruangan itu yang dikenal dengan nama  aula SDN 004 Tanjungpinang Barat tarian-tarian Jari jemari yang Melentik yang diturunkan instruktur "Majelis Edukasi Gerakan Alumni TEQIP" agar tarian jari jemari tetap terus berkarya.
Last Day Workshop
Teknik Pembuatan Video Pembelajaran Interaktif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H