Mohon tunggu...
Zulkarnain Hamson
Zulkarnain Hamson Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Saya adalah dosen dengan latar belakang jurnalis selama 27 tahun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi Inklusi

3 Oktober 2024   11:53 Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:57 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SYAMSUDDIN Aziz, Ph.D yang berbicara mengenai advokasi akademik melalui pendekatan-pendekatan penelitian parsipatoris emansipatoris mengatakan bahwa komunikasi inklusi bagi penyandang disabilitas sudah menjadi kesadaran global. Karenanya kehadiran penyandang disabilitas dalam kehidupan sosial kita harus dipandang penting. 

Tampil sebagai pemateri pada Webinar Memperingati Hari Disabilitas Internasional, yang diselenggarakan Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Selasa, 6 Desember 2022 .

 "Kalau dulu kita menganggap bahwa kehadiran  mereka tanpa makna sama sekali, dengan kesadaran global ini justru kita harus memandang bahwa kehidupan sosial kita tidak bermakna sama sekali tanpa mereka," ujar Syamsuddin. Baginya universitas seharusnya menginisiasi riset-riset yang mengadvokasi secara akademik lahirnya kebijakan-kebijakan yang membantu penyandang disabilitas. Pendekatan-pendekatan partisipatoris emansipatoris lanjut dia, sebaiknya dikembangkan untuk memahami kebutuhan penyandang disabilitas.

"Mereka tidak boleh ditempatkan sebagai objek riset saja tapi harus sebagai subjek riset yang secara bersama-sama dengan peneliti sebagai co-resercher menghasilkan pengetahuan," urainya. Sembari menambahkan mereka lebih mengerti dunia mereka daripada peneliti. Webinar Internasional terkait inklusi digital bagi penyandang disabilitas. 

Mengusung tema "Innovation and Digital Inclusion: Ensuring access and inclusion for people with disabilities", bekerjasama dengan La Trobe University, Melbourne dan Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN). Kegiatan ini bertujuan mendorong inisiatif guna peningkatan partisipasi penyandang disabilitas di era kemajuan teknologi.
 
Nabila May Sweetha Mahasiswi Ilmu Politik, FISIP Unhas yang juga Penyandang disabilitas muda berprestasi se Indonesia, dalam materinya memaparkan bahwa inovasi teknologi sangat membantu dirinya yang merupakan difabel penglihatan sejak usia 14 tahun. Sebagai mahasiswa yang terpilih menjadi pemuda berprestasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Nabila sendiri telah mendapatkan lebih dari 10 prestasi di tingkat nasional dan internasional pada perlombaan bidang public speaking dan menulis.

Prof Erik Van Vulpen, Deputy Director Centre for Technology Infusion at La Trobe, Melbourne dalam materinya sendiri menyampaikan bahwa masalah inklusi bukan masalah teknologi tetapi common sense dan kebijakan publik. Dirinya mengatakan bahwa banyak fasilitas umum dibuat tanpa memikirkan kebutuhan penyandang disabilitas. Contohnya jutaan dolar Australia dikeluarkan untuk membeli kereta baru yang ternyata toiletnya tidak dapat diakses oleh pengguna kursi roda.

"Selama bertahun-tahun banyak janji yang dibuat tentang potensi teknologi sebagai solusi, namun hanya membawa kekecewaan. Seperti Google glass yang katanya akan membantu difabel melihat. Teknologi ini dijanjikan dari 20 tahun namun sampai sekarang belum terwujud. Saya berpikir barulah sekarang dengan keadaan perkembangan teknologi yang ada bisa memenuhi janji tersebut," jelas Erik.

Dekan FISIP UNHAS, Dr. Phil. Sukri, M.Si. menyebutkan Webinar juga merupakan implementasi dari Suistanable Development Goals (SDGs), "Pada prinsipnya memberi ruang inklusi khususnya pada saudara-saudara kita yang difabel, melalui Webinar ini kami juga mendapatkan banyak catatan untuk menjadi lebih bisa mengakomodasi semangat inklusivitas dalam pengelolaan fakultas dan universitas," ungkapnya. Catatan ini perlu kami perhatikan dan cermati agar semua orang punya akses yang sama pada layanan yang kami berikan di fakultas dan universitas, tambahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun