Mohon tunggu...
Zulkarnain Hamson
Zulkarnain Hamson Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Saya adalah dosen dengan latar belakang jurnalis selama 27 tahun

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Memahami Hoax

8 September 2024   14:30 Diperbarui: 8 September 2024   14:30 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi

PEMAHAMAN tentang Hoax dalam media massa, bisa mengambil "The Great Moon Hoax" pada 1835, yakni ketika Surat kabar 'The Sun' di Kota New York, Amerika Serikat (AS), menerbitkan sejumlah artikel yang mengklaim penemuan adanya kehidupan di bulan, kemudian terbukti palsu. Hoax bagi dunia media awalnya bukanlah sesuatu yang berbahaya, namun seiring zaman, saat teknologi komunikasi dan informasi berganti, Hoax jadi ancaman.

- - - - - - - - - - -

Kemarin saya menjelajahi portal berita, ingin juga mengetahui seperti apa hingar bingar Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada), mataku tertuju pada judul berita: "Pilkada Rusuh Aparat Hadapi Massa Paslon" setelah saya baca paragraf kedua, ternyata itu peristiwa latihan aparat kepolisian di salah satu Polres di Jawa Tengah, dalam berlatih menghadapi serangan demontrasi. Apakah Polisi dan jurnalis penulis berita menyebar Hoax?. Tentu saja tidak, karena gambar pasukan Polisi benar, yang menendang tameng, juga terlihat benar ada, namun itu hanya latihan, bukan peristiwa betulan. Hoax awalnya sekadar 'pemanis berita', penarik minat pembaca, kini telah berubah 100%.

Ada beberapa catatan dalam dunia informasi dan komunikasi yang menggambarkan dengan detail realitas Hoax. "Piltdown Man" tahun 1912, misalnya cerita tentang penemuan fosil manusia purba di Inggris yang ternyata adalah kombinasi tulang manusia modern dan kera, yang menipu komunitas ilmiah selama beberapa dekade. Lainnya adalah "War of the Worlds" 1938, gambaran adaptasi radio oleh Orson Welles yang menyebabkan kepanikan massal karena banyak pendengar percaya bahwa Alien (penghuni angkasa luar) benar-benar telah menyerang bumi. Terakhir, berita palsu di Media Sosial (Medsos), dengan studi kasus pada tahun pemilihan presiden AS 2016, banyak berita palsu disebarkan melalui media sosial, mempengaruhi opini publik dan proses demokrasi.

Saya tentu dapat memahami dampak Hoax dalam media massa. Melalui berbagai artikel penelitian Ilmu Komunikasi dan media, disebutkan kepanikan dan kebingungan publik, dapat dipicu oleh Hoax, menyebabkan kepanikan massal, seperti dalam kasus "War of the Worlds". Terjadinya kerusakan reputasi, baik individu, organisasi, atau negara yang menjadi target Hoax. Juga tentu resiko mengalami kerusakan reputasi yang serius. Timbulnya dampak polarisasi sosial, Hoax dapat memicu serta juga memperburuk perpecahan sosial dan politik dengan menyebar informasi pemicu kebencian, sentimen, ketidakpercayaan di antara kelompok-kelompok berbeda. Terakhir resiko penurunan kepercayaan terhadap media. Penyebaran Hoax yang berulang dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap media massa.

Bagaimana Hoax di era internet (digital), jawaban paling tepat adalah "Hoax menemukan lahan subur" mengapa demikian?. Kita berangkat dari definisi Hoax; adalah informasi yang sepenuhnya 'palsu' atau menyesatkan (mengecoh), sengaja dibuat untuk menipu atau mengelabui orang. Hoax bisa dalam bentuk cerita, gambar, video, atau klaim yang dibuat-buat, disebarkan melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk media massa, media sosial, email, dan lainnya. Kekuatan internet harus diakui pada jaringan (jejaring), atau network berjangkauan sangat tidak terbatas, multi media. Karakter dasar itu memiliki perbedaan dengan media tradisional, atau juga konvensional. Jika itu surat kabar, maka memerlukan waktu dan jarak jangkau terbatas. Internet melewati demarkasi negara, cepat, tepat (algoritma), dan interaktif.

Saya akhiri catatan ini dengan menukil trik tepat dan cepat, dalam penanggulangan Hoax. Saat ini tersedia aplikasi atau program pengecekan fakta (Fact-Checking). Organisasi pengecekan fakta independen seperti Snopes, FactCheck.org, dan lainnya bekerja untuk memverifikasi klaim yang meragukan dan mengoreksi informasi palsu. Literasi media, juga diperlukan. Dengan adanya peningkatkan literasi media bagi masyarakat agar lebih kritis dalam menerima dan menyebarkan informasi, dapat menangkal Hoax. Regulasi dan kebijakan di beberapa negara telah yang telah aktif mengimplementasikan kebijakan dan regulasi,  guna mengontrol penyebaran Hoax, meskipun juga sering kali menjadi kontroversial terkait dengan kebebasan berbicara. Terakhir peran platform digital. Facebook, Twitter, Tiktok dan Google telah mendeteksi dan menghapus konten Hoax.

Bone, 29 Agustus 2024

Zulkarnain Hamson

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun