BAGAIMANAKAH jika seorang dokter 'beralih lahan' praktik?. Kalau masih di rumah sakit itu bukan hal istimewa. Kalau antar klinik itu lumrah. Tetapi kalau dokter ke meja pemerintahan, barangkali sedikit agak menantang. Begitu pikiran saya, tetapi dokter atau militer, pebisnis atau akademisi, bukan soal prinsipil, sepanjang pemahaman dan wawasan ada dan terpenting bersedia mendengarkan dan tentu mau menerima saran.
- - - - - - - - - -
Saya sedang sibuk menyiapkan tugas kuliah pada kelas sekolah pascasarja program doktor Ilmu Komunikasi, Universitas Hasanuddin (UNHAS), saat  kawan Dr. Rahmad Arsyad menghubungi. Saya diminta ke Kabupaten Morowali Utara, bertemu bupatinya. Tentu saja tawaran itu saya sambut baik, disamping tugas saya sebagai tenaga riset (Tim peneliti IDE-C Riset and Consultant) yang dipimpin Dr. Rahmad, terlebih lagi perjalanan dinas bisa membantu pundi-pundi, sekolah tanpa beasiswa bukan hal yang nyaman. Singkat cerita tiket siap, saya dijadwalkan untuk segera terbang menemui kolega IDEC, ada rangkaian tugas untuk harus kami diskusikan dengan pak bupati. Dalam benak saya bupati apalagi dokter, pastilah formal dan agak kaku.
Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, M.A.R.S. lahir pada 25 Juli 1976, begitu nama dan biodatanya yang saya dapatkan. Dokter Delis, menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Lembo, Beteleme 1988, SMP Negeri 1 Lembo, Beteleme 1991, SMA Katolik St. Theresia jurusan IPA, Poso, 1994, dan Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran, Makassar, 1999. Mulai bekerja sebagai tenaga Dokter PT. PELNI, Jakarta, 2002-2003. Menjabat Kepala Puskesmas Bualemo, Kabupaten Banggai, pada 2003-2004. Kepala Puskesmas Tomata, 2005-2008, dan memulai karirnya dalam dunia politik sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dapil Sulawesi Tengah, pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014-2019.
Bukan sekadar modal dasar persentuhan dengan masyarakat terkait layanan dasar kesehatan saja hingga ia memutuskan masuk dalam dunia politik, tetapi dokter bersahaja ini, melewati tempa cukup matang dalam organisasi. Jiwa organisatorisnya dimulai saat terpilih sebagai Ketua OSIS pada SMA Katolik St. Theresia, Poso, 1993-1994. Semasa kuliah juga dipercaya sebagai Ketua Persekutuan Mahasiswa Kristen, Fakultas Kedokteran UNHAS, 1997-1999, dan Sekretaris Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat FK-UNHAS, 1997-1999. Aktif sebagai pengurus pada Senat Mahasiswa FK-UNHAS, 1997-1999. Menjabat Koordinator Leader Comitee Platinum, PT. Melia Nature Indonesia, Palu, 2008-2013 dan Anggota Lions Club, Makassar, 2010-2013.
Dokter Delis terpilih sebagai Bupati Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, periode 2021-2024. Pada Pemilihan umum Bupati Morowali Utara 2020, Delis didampingi wakilnya Djira, menang dengan selisih 1% (681 suara), mendapat 50.50% (34.335 suara). Mulai menjabat sebagai bupati, sejak dokter Delis dan wakilnya dilantik pada 30 April 2021, oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, di Gedung Pogomo kantor gubernur, Kota Palu. Begitu ringkasan cerita Bupati Delis, maka saat pertama berjumpa, saya hampir tak merasakan kehadiran bupati, tampil smart, dengan gaya rambut trendi, baju dinas berwarna putih yang dikenakannya, ada tulisan bordir bertuliskan bupati di atas saku baju, hampir tidak terbaca, karena berbahan benang putih.
Perbincangan kami mengalir, sembari menghirup kopi, dan lanjut makan siang, dokter Delis ditemani istrinya perempuan energik dan juga bersahaja, tak lama lagi akan ikut jejak suaminya ke Senayan sebagai anggota DPD RI. Pertemuan kami lebih sebagai sesama anggota IKA UNHAS, tentu penuh canda, saya baru sadar sepenuhnya bahwa pria di hadapan saya adalah pentolan utama Reformasi 1998-1999. Saat saya tidak lagi aktif dilembaga kemahasiswaan, Bupati Delis sedang di jalan-jalan bersama demonstran mengawal agenda reformasi. Tentulah dirinya di depan sebagai Ketua organisasi besar mahasiswa ekstra dan intra kampus. Satu catatan yang saya bawa pulang di luar tugas, terkait dokter Delis, ia Bupati yang sombere (bersahaja dan rendah hati), juga pandai mendengar.
Tak lama lagi Pilkada 2024 akan berakhir, tahapan sedang berjalan, dokter Delis masih akan maju di Morowali Utara, sedang Doktor Rahmad Arsyad, suami Endang Sari itu akan maju sebagai bakal calon Bupati Donggala, Sulawesi Tengah. Saya membayangkan jiwa-jiwa muda itu memimpin daerah, berisi, bervisi, paham tupoksi, rendah hati dan tak pernah merasa diri paling benar. Oke saya jabat tangan dokter Delis, karena saya baru sadari, ada banyak penghargaan diraih selama Morowali Utara dipimpinnya. Kami bersepakat memberi sedikit tambahan waktu bagi jajaran pimpinan desa di wilayahnya, pengetahuan tentang media desa, dengan semua kemanfaatan karena Petahelix mensyaratkan keberadaan media sebagai helix terakhir. Sehat selalu pak dokter bupati, seperti masyarakat yang sudah anda sehatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H