Mohon tunggu...
Zulkarnain Hamson
Zulkarnain Hamson Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Saya adalah dosen dengan latar belakang jurnalis selama 27 tahun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bandwagon di Pemilu

21 Juli 2024   19:51 Diperbarui: 21 Juli 2024   20:02 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUKUNGAN semu, begitu barangkali idealnya menyebut perilaku 'ikut mendukung' karena trend, atau pencitraan, tanpa kesadaran substansial. Semisal memilih pemimpin karena dipengaruhi psikologi tren. Sejatinya pemimpin itu jauh dari standar ideal yang diharapkan. Efek ini disebut "Bandwagon" sadar atau tidak, kebanyakan kita telah mengalaminya.

---------------

Dalam kajian media baru (media sosial) atau lazim kita istilahkan Medsos, perilaku Bandwagon sudah berjalan jauh lebih cepat dari kesadaran kita semua. Fenomena seperti ini ditimbulkan oleh matinya nalar, kemalasan berfikir, rasa frustrasi atau boleh jadi intervensi jual beli dukungan (politik uang), sehingga kondisi sosial ekonomi sulit, memicu sikap apatis, atau bahkan aksi ambil untung. Coba berupaya bangkit dari aneksasi media sosial dan lawan dengan menghidupkan nalar kritis. Jangan terpengaruh dengan berbagai iklan politik yang 'seronok' atau seakan-akan ideal, berkualitas, berprestasi, berisi, bervisi, namun kenyatannya tidak, atau bahkan modus menyembunyikan sikap ambisius (gila jabatan dan kekuasaan).

Bandwagon adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana banyak orang mulai mengikuti suatu tren, ide, atau aktivitas tertentu hanya karena orang lain melakukannya. Ini sering terjadi dalam konteks sosial, politik, dan pemasaran. Efek bandwagon dapat menyebabkan popularitas sesuatu meningkat dengan cepat, karena semakin banyak orang ingin ikut serta dalam tren yang sedang populer.

Istilah Bandwagon berasal dari bahasa Inggris, awalnya digunakan dalam konteks politik Amerika Serikat (AS) pada abad ke-19. Kata itu merujuk pada kereta hias yang digunakan dalam parade tujuannya tentu menarik perhatian orang banyak. Politisi akan "naik ke kereta hias" (jump on the bandwagon) untuk menunjukkan dukungan mereka dan menarik lebih banyak pendukung.

Istilah ini dipopulerkan penulis dan satiris Amerika, Mark Twain, dalam bukunya "The Adventures of Tom Sawyer" yang diterbitkan pada era 1876. Twain menggunakan konsep bandwagon untuk memberi gambaran bagaimana orang-orang sering mengikuti sesuatu hanya karena popularitasnya, bukan karena keyakinan atau penilaian jernih pribadi mereka.

Coba lihat saat ini, banyak bermunculan perilaku Bandwagon, sewaktu mau dipilih pada Pilkada, semua iklannya baik, bahkan amat sangat baik dan sempurna, begitu menjabat, hanya urus kekayaan diri dan kelompoknya, belum lagi apatis, atau bahkan menjadi musuh masyarakat (tidak serius melayani), jika dikritik marah, memakai preman atau pendukung palsu di Medsos menyerang pengkritik.

Praktik bandwagon berjalan di berbagai masyarakat dan konteks, tidak terbatas pada budaya atau lokasi tertentu. Beberapa kondisi mendukung terjadinya efek bandwagon; a) Media Sosial, platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok mempercepat alur penyebaran tren, membuat orang lebih mudah mengikuti apa yang populer; b) Iklan Pemasaran, kampanye pemasaran sukses sering kali sangat kuat memanfaatkan efek bandwagon dengan menampilkan popularitas suatu produk, kebijakan atau layanan untuk menarik lebih banyak ajakan konsumen; c) Politik, efek bandwagon seringkali terlihat dalam pemilu ketika kandidat dianggap paling populer atau memiliki peluang menang yang besar menarik lebih banyak dukungan.

Hati-hatilah pada 'Budaya Pop' semisal tren fashion, musik, dan hiburan sering menyebar dengan cepat karena banyak orang ingin mengikuti apa yang dianggap "keren" atau "in". Pasar investasi di Pilkada atau Pemilu, mengadopsi pola lazim perdagangan saham, keputusan investasi sering kali dipengaruhi oleh perilaku massa, di mana investor Pemilu atau Pilkada mengikuti tren pasar tanpa analisis mendalam.

Mereka menanam modal untuk biaya politik calon. Masyarakat kita dengan keterbukaan informasi yang tinggi, seperti yang ditemukan saat ini, dengan akses internet luas, lebih rentan terhadap efek bandwagon. Namun, itu bisa terjadi di mana saja, sepanjang ada medium menyebarkan informasi dengan cepat. Satu yang pasti "hasilnya pasti jauh dari harapan."

Kota Watampone, 17 Juli 2024
Zulkarnain Hamson
Dosen FISIP UIT Makassar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun