Mohon tunggu...
Zulkarnain El-Madury
Zulkarnain El-Madury Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Firman Allah: "Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka". (Al-Kahfi 95) Sebelumnya sebagai da'i MTDK Muhammadiyah, Ma'hab bin Baz. Berhaluan Islam Suni, berdasarkan manhaj Salaf (mengikuti jejak sahabat Rasulullah SAW.) 081317006154

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pertarungan Pemikiran

14 Desember 2010   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertarungan antar pemikir agama di Inonesia terindikasi sedang berlomba menjajakan keyakinan, menjadi modal utama melakukan segala kehendak agama, dengan tujuan menonjolkan bahwa agama panatunnya adalah agama yang terbenar, meskipun tanpa suatu dalih aqliyah yang menyepakati keterlibatan akal dalam meletakkan agama sebagai pandangan menyembah tuhan.

Akal agama menjadi logika orang beragama, dengan mengedepankan keyakinan sebagai suatu tolak ukurmemeluk agama. Sedangkan akal manusia adalah barometer dan parameter , untuk menetapkan apakah agama itu logis atau tidak disebut agama. Bukan dengan mengedepankan keyakinan belaka, tetapi telaah Imaniyah yang merangsang seorang memeluk agama secara sehat, tidak karena doktrin nenek moyang yang menjadi sumber awal tersebarnya agama.

Kalau didalam al-quran Dzat Allah digambarkan sebagai Dzat yang berdiri sendiri misalnya, maka tuangan pemikiran seorang agamis menyimpulkan Tuhan bahwa, Dia (Tuhan) harus bebas dari keleuh kesah manusia. Kalau masih terkesan tuhan berkeluh kesah, menangis, merintih, perlu iba seseorang untuk membantunya melepaskan penederitaannya, ya jelas itu bukan tuhan. Karena Eksistensi tuhan haruslah tuhan, bukan harus sosok manusia , dan mengorbankan manusia sebagai tumbal dari ketuhanannya.Dalam dunia mistik sering terjadi tolak ukur keyakinan sebaliknya, bahwa “jelma “menjadi simbol dari tuhan, melakukan kloning terhadap manusia menyepakati sosok diri-Nya, dan diabadikan sebagai pengganti untuk menjembatani komunikasi manusia dan tuhan. Ini lucu karena kuasa tuhan baru bisa sampai pada manusia, kalau tuhan menyesuaikan diri dengan alam manusia, napak tilas kehidupan manusia dan merasakan penderitaan manusia. Seolah manusia itu adalah sejenis habita tersendiri ,bangkit sendiri dan tidak diciptakan tuhan , sehingga ada gagasan tuhan dengan penampakan, melebur diri dalam raga manusia.

Hampir semua agama selain islam memeiliki cerita yang sama tentang tuhan, betapa sangat tuhan membutuhkan manusia untuk menyembah-Nya dengan cara mengejawantahkan hidup-Nya lewat sebuah aksi penjelmaan. Sekalipun dinyatakan bahwa diatas tuhan tuhan itu ada tuhan tertinggi sebagai pemeganng jabatan kekuasaan tertinggi. Mereka yakin bahwa tuhan tertinggilah yang punya kewenangan merobah segalanya, tetapi sayang kemudian tuhan menjadi tidak bisa berfungsi bila alibi ketuhanan itu tanpa perangkat perangkat ketuhanan dengan pendamping yang terdiri dari tuhan tuhan (bukan malaikat dalam hal ini). Tetapi tuhan tuhan yang diabadikan dan dinobatkan sebagai wasilah atau perantara menyampaikan sesembahannya pada tuhan yang tertinggi.

Logika membantah bahwa tuhan harus banyak. Kalau ini sejalan dengan pemikiran manusia maka sejarah tuhan telah padam, karena pada hakikatnya akan muncul gambaran bahwa manusia sedang diperebutkan tuhan untuk menyembahnya dan bakal seru dunia ketuhanan, karena akan terjadi persaingan dengan sebuah alibi bahwa dirinya adalah Sang Kuasa itu. Betapa naibnya seorang tuhan ketika merasa membutuhkan sesembahan manusia, lalu memperjuang dirinya dengan teatrikal ketuhanan. Maksudnya adalah betapa tuhan sangat membutuhkan sebuah proses sejarah ketuhanan, melakukan kloning dan jelmaan terhadap manusia sebagai tujuan utama merebut hati manusia menyembah tuhan, seolah kuasa tuhan baru bisa dilakukan setelah terjadi kloning. Tuhan bisa pasif selamanya, jika tidak dalam embrio manusia ?...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun