Mohon tunggu...
Zulkarnain Wahab
Zulkarnain Wahab Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa S1 PGSD UNS Semester 5

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pahlawan Kita

11 November 2010   06:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan hari pahlawan nasional 10 November 2010 terasa begitu sepi. Hanya beberapa instansi pemerintah yang melaksanakan upacara peringatan hari tersebut. Ironisnya banyak diantara kaum pelajar yang tidak menyadari bahkan lupa bahwa hari itu adalah hari pahlawan nasional.

Baik disadari maupun tidak, hal ini menunjukan bahwa rasa nasionalisme kita sebagai warga negara mulai luntur. Apalagi untuk meniru jasa pahlawan nasional, untuk melaksanakan upacara peringatan saja banyak diantara kita yang berkata . . . ah malez . . . panas. . . capek.

Sejenak kita mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan bhakti. Keringat, air mata, cucuran darah dan ribuan nyawa telah dipertaruhkan demi menegakan sang saka merah putih di bumi pertiwi. Setiap detik penjajahan terasa begitu menyiksa baik jiwa maupun raga para pahlawan kita.

Jalan anyer sampai panarukan merupakan salah satu bukti bahwa betapa kejam para penjajah memaksa rakyat Indonesia untuk terus bekerja di tengah kelaparan dan kesengsaraan yang mereka rasakan. Jalur rel kereta api yang terpatri di bumi kita merupakan kenangan berharga dari para leluhur kita yang begitu mencintai para generasi penerusnya. Mereka rela dicambuk, dipukul, ditendang, di ludahi bahkan ditembak mati demi memberikan secercah kenangan bagi kita yang sampai saat ini masih kita rasakan manfaatnya.

Mungkin apabila para pahlawan kita masih bisa hadir ditengah-tengah kita saat ini, mereka akan menagis darah jika melihat anak cucu mereka hanya berbuat kerusakandan kerusakan.Rusaknya alam, bobroknya moral generasi muda, merajalelanya korupsi dan kesenjangan sosial menjadi bukti bahwa kita tidak mampu melaksanakan amanah para pahlawan kita untuk terus melanjutkan perjuangan mereka mengisi kemerdekaan.

Marilah kita semua merenungi, alangkah kejamnya kita terhadap para pahlawan bangsa yang dengan pengorbanannya sehingga kita dapat hidup tenang dan berdampingan dalam kemerdekaan. Tundukan kepala seraya berdoa kepada mereka yang telah sangat berjasa bagi negeri kita tercinta ini.

Singsingkan lengan baju, berubahlah demi masa depan yang lebih baik. Para pejabat, mulailah berubah untuk bisa berjuang demi rakyat dengan setulus hati, setulus hati para pahlawan kita. Para pemuda dan pelajar, iklaskan hatimu buka pikiranmu untuk terus menuntut ilmu demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Jaga alam mini agar terus lestari, selaras dan seimbang.

JAYALAH NEGERIKU, JAYALAH BANGSAKU !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun