Musim haji telah tiba . Jutaan umat muslim dari penjuru dunia menuju ke tanah suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Setiap orang yang pergi berhaji mencita-citakan haji yang mabrur. Haji mabrur bukanlah sekedar haji yang sah. Mabrur artinya diterima oleh Allah SWT sedangkan sah artinya menggugurkan kewajiban.Bisa jadi haji seseorang sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur. Namun, belum tentu hajinya diterima oleh Allah (mabrur).
Tanda – Tanda Haji Mabrur
Pertama : Harta yang dipakai untuk haji adalah harta yang halal karena Allah SWT.
Orang yang ingin hajinya mabrur harus memastikan bahwa seluruh harta yang ia pakai untuk haji adalah harta yang halal.
Kedua : Amalan – amalannya dilakukan dengan baik , sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Paling tidak rukun – rukun dan kewajibannya dijalankan dan semua larangan ditinggalkan . Jika terjadi kesalahan, maka hendaknya segera melakukan penebusan yang telah ditentukan. Disamping itu, haji yang mabrur juga memperhatikan keikhlasan hati, yang seiring dengan majunya zaman semakin sulit dijaga.
Ketiga : Hajinya dipenuhi dengan banyak amalan baik, seperti dzikir, shalat di masjidil haram, shalat pada waktunya, dan membantu teman seperjalanan.
Diantara amalan khusus yang disyariatkan untuk meraih haji mabrur adalah bersedekah dan berkata – kata baik selama haji.
Keempat : Tidak berbuat maksiat selama Ihram.
Maksiat dilarang dalam agama kita dalam semua kondisi. Dalam kondisi Ihram, larangan tersebut menjadi lebih tegas dan jika dilanggar, maka haji mabrur yang diimpikan akan lepas. Diantara yang dilarang selama haji adalah rafats, fusuq, dan jidal.
Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk didalamnya bersenggama , bercumbu atau hanya sekedar membicarakannya meskipun dengan pasangan sendiri selama Ihram.
Fusuq adalah keluar dari ketaatan kepada Allah SWT apapun bentuknya.
Jidal adalah berbantah-bantahan secara berlebihan. Ketiga hal ini dilarang selama Ihram.
Adapun diluar waktu Ihram , berhubungan suami istri kembali diperbolehkan. Sedangkan larangan yang lain tetap tidak boleh. Demikian juga , haji yang mabrur juga harusmeninggalkan semua bentuk dosa selama perjalanan ibadah haji, baik berupa syirik, bid’ah maupun maksiat.
Kelima: Pulang dari haji dengan keadaan (kualitas iman) lebih baik.
Salah satu tanda diterimanya amal seorang disisi Allah SWT adalah diberikan taufiq untuk melakukan kebaikan lagi setelah amalan tersebut. Sebaliknya , jika setelah beramal shaleh melakukan perbuatan buruk, maka itu adalah tanda bahwa Allah SWT tidak menerima amalnya.
Ibadah haji adalah madrasah. Selama kurang lebih satu bulan para jamaah haji disibukan oleh berbagai ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT . Untuk sementara, mereka terjauhkan dari hiruk pikuk urusan duniawi yang melalaikannya dari mengingat Allah SWT.
Disamping itu, mereka juga berkesempatan untuk mengambil ilmu agama yang murni dari para ulama tanah suci dan melihat praktek menjalankan agama yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H