Mohon tunggu...
Zulkarindah Fida Roini
Zulkarindah Fida Roini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah mahasiswi Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Saya memiliki hobi travelling, backpacker, dan berolahraga. Olahraga favorit saya adalah bulu tangkis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan-Jalan Sore di Kotagede: Berwisata Sekaligus Bikin Sehat

16 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 16 Desember 2023   20:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi | Berfoto di jalanan Kotagede yang sepi

Yogyakarta merupakan salah satu kota terkaya akan pariwisata sejarah dan budaya di Indonesia. Setiap spotnya memiliki makna dan cerita. Sebagai mahasiswa perantauan, kesempatan emas bagi saya untuk bisa mengeksplor kota ini. Salah satu tempat yang belum pernah saya kunjungi adalah Kotagede. 

Saya memiliki ekspektasi tersendiri ketika mendengar nama Kotagede. Karena nama itu sering saya dengar dari orang-orang sekitar. Saya membayangkan tempat ini kurang lebih seperti Malioboro. Cenderung ramai dan dipenuhi pedagang. 

Pada 21 Oktober 2023, akhirnya saya berkesempatan untuk berkunjung ke Kotagede.  Perjalanan ini bermula dari tugas kuliah yang mengharuskan saya dan teman-teman untuk jalan-jalan. 

Kami memutuskan untuk jalan-jalan santai mengisi sore hari kami di Kotagede. Menurut saya, itu adalah keputusan yang tepat. Perjalanan ini semakin seru karena saya tidak sendirian.

Saya berangkat dari kos naik sepeda motor menuju Masjid Gedhe Mataram yang merupakan titik kumpul. Kos saya terletak di Jalan Kaliurang kilometer 5, sedangkan masjid ini terletak di Sayangan, Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Bantul. 

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 30 menit. Kebetulan waktu itu tidak terlalu macet. Saya tiba di Masjid Gedhe sekitar pukul 3 sore. Saya memarkirkan motor di parkiran depan masjid. Parkirnya sangat luas. Saya tidak perlu repot mencari space untuk parkir. 

Sambil menunggu teman yang belum sampai, saya memasuki kawasan masjid dan melihat-lihat sekeliling. Pintu masuk masjid menyerupai pura, karena dulu dibangun oleh masyarakat Hindu. 

Begitu juga dengan pagarnya yang menyatu dengan pura sehingga meninggalkan corak Hindu. Ketika memasuki kawasan ini, saya dapat merasakan akulturasi budaya Hindu-Islam yang cukup kuat dari arsitekturnya. 

Bangunan masjid berwarna putih dengan lantai keramik berwarna coklat. Terdapat variasi warna hijau dan emas di bagian depan yang memberikan kesan mewah khas Kerajaan Mataram. Halaman masjid sangat luas. 

Selain itu juga bersih dari sampah. Hanya saja, ketika saya kesana, halaman dipenuhi guguran bunga berwarna putih yang saya kurang tahu namanya. Halaman masjid memang ditanami beberapa tanaman. Keberadaan tanaman-tanaman tersebut menjadikan kawasan masjid lebih rindang dan teduh. Hanya saja, guguran daun dan bunga harus rutin dibersihkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun