Mohon tunggu...
Zuliya Istiqomah
Zuliya Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota Kelompok 44

Mahasiswa KKN Reguler DR angkatan 77 UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PJJ Berkepanjangan di Masa Pandemi Bawa Dampak Negatif

17 November 2021   20:47 Diperbarui: 18 November 2021   17:02 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: canva.com/pexels https://www.pexels.com/@energepic-com-27411

Kedua, penurunan capaian belajar. Salah satu faktor yang melatarbelakangi hal ini yaitu kenyataan bahwa tidak semua peserta didik bisa menyerap pelajaran dengan baik. Ini sejalan dengan temuan Fortadikbud (Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan) terkait efek negatif yang ditimbulkan  Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama PJJ. Ini bisa memicu adanya kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi yang berbeda.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah risiko terjadinya learning loss atau hilangnya kompetensi belajar peserta didik. Untuk potensi learning loss ini sendiri, pihak Kemendikbud telah melakukan survei singkat. Dan hasilnya terdapat 20 persen sekolah secara nasional menyatakan sebagian siswa tidak memenuhi standar kompetensi belajar.  Sebuah studi pun menemukan bahwa dibandingkan dengan PJJ, pembelajaran tatap muka menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.

Itulah beberapa dampak negatif yang timbul akibat pelaksanaan PJJ secara berkepanjangan. Salah satu langkah yang bisa diambil guna mengatasi atau meminimalisir dampak-dampak negatif dari pelaksanaan PJJ secara berkepanjangan yaitu dengan mengadakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Ini selaras dengan pernyataan Nadiem Makarim dalam webinar Merdeka Belajar, Transformasi Pendidikan Indonesia (Jum'at 22/01/2021), bahwa tatap muka merupakan satu-satunya solusi untuk sekolah yang susah melaksanakan PJJ agar mereka tidak lebih tertinggal lagi. Pemerintah telah mendorong pelaksanaan PTM terbatas bagi sekolah yang berada di zona kuning dan hijau. Kendati demikian, pelaksanaan PTM harus mendapat dukungan dari kementerian dan stakeholder terkait. Seperti Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kesehatan terkait layanan transportasi dan layanan kesehatan ditingkat pemerintah daerah. Tentu saja dalam pelaksanaannya nanti, PTM haruslah berjalan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Bila tidak, PTM bisa lebih besar memberikan dampak buruk terhadap peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun