Mohon tunggu...
Zuliana dwiSafrita
Zuliana dwiSafrita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

haloooooo haloooo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sosial dalam Drama Merdeka Karya Putu Wijaya

3 Juli 2023   01:26 Diperbarui: 3 Juli 2023   01:36 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari kehidupan sosial. Nilai sosial yang telah diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan. Sebuah kehidupan sosial akan membentuk suatu perkumpulan yang disebut dengan masyarakat, bisa dikatakan bahwa bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat yang memiliki nilai sosial yang positif. Dalam kehidupan sosial ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Sastra tidak muncul dari kekosongan budaya. Dengan kata lain, karya sastra diciptakan dalam lingkungan sejarah dan budaya suatu negara tempat pengarang berada. Penulis milik komunitas negaranya. Akibatnya, sastrawan tidak dapat lepas dari tradisi sastra masa lalu dan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosiokulturalnya (Teeuw dalam Frisila, 2015:1). Sastra sering mengeksplorasi fenomena kehidupan, termasuk aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, agama, moral, dan lainnya.

Drama merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk karya sastra. Drama adalah genre sastra yang mencoba menggambarkan kehidupan sehari-hari. Drama biasanya menggambarkan bagaimana orang berinteraksi dengan lingkungan mereka dan satu sama lain. Agar berbagai fenomena yang ditampilkan pengarang dalam sebuah drama dapat dikonstruksi sedemikian rupa sehingga pesan moral yang ada sampai ke masyarakat, rangkaian kejadian sosial ditampilkan melalui tokoh-tokoh yang ada dengan berbagai cara. Konflik membuat kisah yang lebih menarik dalam sebuah drama. Konflik membuat kisah yang lebih menarik dalam sebuah drama. Sebagai salah satu genre sastra yang menggambarkan keberadaan manusia, hal ini beralasan bahwa dalam kehidupan nyata, individu berinteraksi dan hidup berdampingan dengan mereka yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan drama pementasan oleh teater PBSI FKIP UNEJ dengan menganalisis konflik sosial dalam drama Merdeka karya Putu Wijaya dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. Drama yang akan digunakan adalah drama yang berjudul merdeka karya Putu Wijaya. Drama ini memiliki konflik sosial yang menarik, di mana alur drama ini menceritakan sebuah kemerdekaan karya Putu Wijaya. Apakah kemerdekaan adalah sebuah kemenangan dan kebahagiaan? Namun mengapa sampai sekarang masih ada derita? Seorang lelaki yang sudah berkeluarga yang masih memikirkan apa artinya kemerdekaan. Dan anaknya bernama Ami yang memikirkan kondisi rakyat yang selalu menjadi korban akibat ulah wakil rakyat. Ibunya yang selalu menengahi pemikiran mereka. Disamping itu Peringatan hari kemerdekaan yang ditandai bukan dengan berkibarnya sang saka. Tetapi, bendera warna-warni, bendera partai yang tampak lebih seru. Apakah kita sudah merdeka?

Penyebab Konflik Sosial dalam Drama Merdeka karya Putu Wijaya

Penyebab Konflik dalam Hubungan Intim atau Akrab

Dalam draama Merdeka karya Putu Wijaya, penyebab konflik dalam hubungan intim atau akrab terjadi pada tokoh Pak Amat, Amat Merah, dan Amat Putih. Terjadinya konflik dalam hubungan intim atau akrab, yaitu karena perdebatan mengenai kemerdekaan negara. Pak Amat yang tidak mengerti apa artinya merdeka jika masih banyak kekurangan di dalamnya. Contoh kekurangan itu ialah, kemerosotannya moral, kemiskinan, keterpurukan, dan ketidakadilan. Dengan Amat Merah yang memberitahu jika kemerdekaan itu adalah bebas dengan apa yang kita perbuat. Tetapi Amat Putih yang menolak dengan tegas. Bahwa, kemerdekaan bukan berarti kita bebas. Jika sesuatu yang salah keluar dari mulut yang merdeka maka tetap saja salah. 

Pak Amat: 

2:36 "apakah kemerdekaan adalah sebuah kemenangan?"

2:46 "apakah kemenangan adalah sebuah kebahagiaan? Kalau iya, mengapa sekarang masih ada derita? bahkan bencana terjadi di mana-mana, keterpurukan, kemiskinan, ketidakadilan, perpecahan, rancuan kebenaran, dan kemerosotan moral yang kian edan-edannan."

Pak Amat Merah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun