Di Era Kurikulum Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menghadirkan paradigma baru dalam dunia pendidikan. Kurikulum ini berfokus pada pembelajaran yang lebih fleksibel, mandiri, dan berorientasi pada pengembangan karakter serta kompetensi siswa. Salah satu komponen penting dalam kurikulum ini adalah pendidikan agama, termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI). Di tengah tantangan globalisasi dan perkembangan zaman, penting bagi PAI untuk mengusung nilai-nilai moderasi guna menciptakan generasi yang toleran, berwawasan luas, dan berakhlak mulia. Pendidikan agama islam yang moderat menjadi nilai penting di tengah merebaknya oknum yang mengatasnamakan islam dengan wajah yang radikal. Melalui pendidikan agama islam yang moderat dengan mengedepankan prinsip-prinsip islam wasathiyah dengan menekankan pada keseimbangan dalam memahami dan mengamalkan ajaran islam secara kaffah.
Pendidikan agama islam dalam hal ini bukan hanya penitikberatan pada ritual semata, tetapi juga dalam ranah lain yang berkaitan dengan ibadah sosial (ghairu mahdah) yaitu pengembangan pemahaman dalam sikap toleransi, dan mampu beradaptasi dalam perubahan zaman. Dalam konteks Kurikulum Merdeka Belajar, pendidikan agama islam mederat menjadi sangat relevan dengan ciri khas fleksibel, inovatif, dan mandiri dan pengembangan pada karakter siswa. Melalui PAI moderat ala kurikulum Merdeka mendorong siswa bukan hanya religius dalam ibadah ritual saja, namun juga mampu membentuk siswa dengan karakter islam yang moderat dan termanifestasi pada akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari kelak.
Kurikulum PAI Yang Moderat
Seringkali kita mendengar istilah islam moderat ataupun moderasi beragama. Lalu sebenarnya apa maksud dari pendidikan islam yang moderat. Kata moderat/ washatiyah sendiri menukil dari ayat Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 143 yang artinya: Artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
Kata (washatha) merupakan titik fokus sesuatu atau pusat sentral bulatan. Dalam pengertian para ulama sifat wasathiyyah merupak pilhan untuk berada di tengah dan adil pada porsinya, sedangkan kaitanya dalam beragama yaitu sikap yang tidak ifrath (melebihkan ajaran agama) juga tidak tafrith (mengurangi ajaran agama). kaitannya dalam kurikulum pendidikan agama islam yang moderat adalah bagaimana kurikulum sebagai role model dalam menentukan arah proses pembelajaran mampu membawa nilai-nilai moderat termuat dalam pendidikan agama islam. Artinya pengembangan kurikulum agama islam yang moderat dapat termanifestasi dengan menedesain sebuah kurikulum yang mampu menghasilkan kurikulm PAI yang terupgrade dengan muatan berasaskan moderasi beragama didalamnya.Â
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain kurikulum PAI yang moderat, diantaranya:
1. Pengembangan Karakter dan Moral
Pendidikan Agama Islam harus berfokus pada pembentukan karakter yang mulia seperti jujur, adil, dan bertanggung jawab. Kurikulum harus mencakup materi yang mengajarkan nilai-nilai ini secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Kritis dan Terbuka terhadap Perbedaan
2. Kritis dan Terbuka terhadap perbedaan
Siswa didorong untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap berbagai pandangan serta perbedaan. Melalui diskusi dan kajian, siswa dapat memahami berbagai interpretasi Islam dan menghargai keragaman dalam beragama.
Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran
3.Integrasi Nilai-Nilai Lokal dan Global
Kurikulum harus mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global, mengajarkan siswa untuk mencintai budaya lokal sambil memahami dinamika global. Hal ini dapat dilakukan melalui studi kasus, proyek kolaboratif, dan pertukaran budaya.
4. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran harus dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata siswa. Misalnya, melalui kegiatan sosial, siswa dapat belajar tentang pentingnya gotong royong, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Pendidikan Agama Islam Moderat dalam Konteks Merdeka Belajar
Pendidikan agama islam sebagai muatan dalam mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik dari tingkat pendidikan sekolah dasar hingga penguruan tinggi seharusnya didesain sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pendidikan agama islam dapat diajarkan secara mendalam guna mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan konsep islam moderat dan identitas bangsa. Tujuan pembelajaran agama islam harus jelas dan mngukiti era perkembangan zaman terkini. Konsep merdeka belajar merupukan konsep  baru dalam pembelajaran yang digagas oleh menteri pendidikan Nadhim Makarim dengan mengususng konsep kemerdekaan dalam belajar yang dimiliki oleh siswa dan guru. Siswa diberikan ruang untuk kritis, inovatif dan kreatif, begitupun guru diharapkna mampu memberikan bahan pengajara yang kreatif inovatif sehingga dapat tersampaikannya pembelajaran dengan baik. Tujuan dari pembelajaran pendididkan agama islam versi "Merdeka Belajar" sendiri harus memperhatikan beberapa poin-poin sebagai berikut:
- Â Pembelajaran Pendidikan Agama Islam membuat peserta didik memiliki kemampuan beripikir kritis
- Pembelajaran Pendidikan Agama Islam membuat peserta didik memiliki kreativitas
- Â Pembelajaran Pendidikan Agama Islam membuat peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan berkomunikasi Â
- Pembelajaran Pendidikan Agama Islam membuat peserta didik memiliki kerja sama dan mampu berkolaborasi
- Pembelajaran Pendidikan Agama Islam membangun jati diri peserta didik yang confident atau kepercayaan diri.
Pendidikan Agama Islam diberikan bukanlah sebatas memberikan pengetahuan, tetapi lebih jauh guna pembentukan sikap dan kepribadian serta kemampuan untuk mengamalkan ajaran agama masing-masing peserta didik. Untuk itu kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam mestilah diupayakan menciptakan peserta didik yang bebas merdeka. Merdeka dalam memperoleh materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan merdeka dalam mengedepannya di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam praktik merdeka belajar juga mengedepankan pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran yang kontekstual merupakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Melalui pembelajaran yang kontekstual, peserta didik dapat meresapi dan merenungi makna dari pembelajaran tersebut. Hal ini dapat dibayangkan betapa berharganya jikalau peserta didik sudah dijarkan pendidikan agama islam yang moderat secara kontekstual denganrealita kehiduap disekitarnya, maka akan dihasilkan peserta didiik yang memiliki kecerdasan sosial dan berkahalkul karimah sesuai dengan akhlak islam yang sebenarnya.Â