Mohon tunggu...
Penggemar Rahasia
Penggemar Rahasia Mohon Tunggu... Auditor - Seorang ayah

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Roman

Dia Menemukanku (Part 1)

7 November 2024   15:02 Diperbarui: 7 November 2024   15:06 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku (foto : Dyah Angraini)

Akhirnya, setelah 22 tahun. Aku telah menjadi gadis yang berbeda, berubah dari masa-waktu yang lalu. Dan aku bahagia, menjadi sangat bahagia.

Sebelumnya, aku adalah gadis yang terbiasa menumpuk pikiran di kepala. Menumpuknya hingga lupa. Dulu, aku sering bahkan melatih pikiranku agar bisa melupakan banyak hal tentang keinginan juga cita-citaku.

Sebelumnya, aku adalah wanita yang terbiasa memendam asa dan rasa di hatiku. Aku sudah terlatih menyimpannya, mengabaikan juga menghapus banyak hal tentang rasa, asa juga impian-impian.

Aku bukannya tidak bersyukur, ketika banyak gadis di luar sana yang melempar pujian.

"Kakak cantik banget"

"Kakak shalehah dan pintar banget"

Hal-hal itu biasa aku dengar langsung pun lewat pesan media.

Bukannya aku tidak bersyukur, dengan apa yang Allah berikan selama ini kepadaku. Aku tentu bersyukur, seluruh hidupku diselimuti banyak cinta dari keluarga juga teman sejawatku.

Namun dibalik semua itu, aku juga cemburu dengan gadis-gadis lain yang dengan leluasa mengungkapkan isi kepala juga hatinya. Aku jujur iri dengan wanita yang mampu mengucapkan keinginannya tanpa beban.

Tapi itu dulu, sebelum aku mengenal dia. Bukan, bukan mengenal dia. Tapi setalah dia akhirnya menemukanku.

Benar, aku telah berubah setelah dia menemukanku di waktu yang sangat tepat.

Di waktu aku ingin bercerita banyak hal tentang dunia luas dan impianku, disaat aku ingin berteriak dan mengungkap semua isi kepalaku. Dia datang, dan menemukanku.

Aku berubah, sejak bertemu dengannya yang mataku sendiri melihat, dia juga penuh luka.

Dia yang penuh luka datang, menggenggam tanganku erat, mendorong langkahku disaat semua pikiran dan isi hatiku akan ku lenyapkan.

Dia berbisik lembut, suaranya parau, tapi sangat jelas sampai ke hati.

"Ayo berjuang bersama mewujudkan segala keinginan. Aku ingin menjadi orang pertama yang memberimu dukungan, aku ingin menjadi orang yang pertama mendengar ceritamu"

Suaranya yang lembut itu membelaiku manja dan menyuntikkan imun kehidupan.

Tetiba aku ingin mencapai semuanya. Tetiba aku percaya aku bisa menjelajahi semua sudut indah dunia.

"Bolehkah aku meraih bahagia dengan membahagiakanmu"

Kata sangat lembut, lebih mirip memohon.

"Bantu aku, beri aku kesempatan memenangkan hatimu"

Pintanya dengan lembut, ku lihat matanya berkaca. Tiba-tiba aku merasa sangat istimewa, tiba-tiba aku merasa seperti ratu yang dikelilingi segala keindahan.

Dia datang dan mendobrak masuk, menelusuri dan mengisi isi pikiran & hatiku, bahkan sebelum aku bercerita apa yang ada di dalamnya.

"Terima kasih atas kesempatan yang kau beri ini. Aku tak akan menyia-nyiakan kebahagiaan ini" 

Begitu dia berujar, sesekali ku lihat dia gugup, mungkin kakinya kaku. Tapi bagiku, inginku, aku ingin menjawab semua pertanyaan dan ungkapannya.

Namun apa dayaku, aku hanya tersenyum.

Sejak dia menemukanku, aku berubah. Dengan senyum dan tatapan saja aku merasa sudah bisa menyampaikan isi pikiran juga hatiku.

Entah bagaimana, dia sepertinya betul-betul tahu dan mampu menjawabnya. Aku terjebak dan percaya. Aku terpenjara, bukan, aku masuk ke dalam penjaranya dengan bahagia.

Aku dengan sadar masuk dan menyalakan lilin kehidupan pada dirinya.

Kalian ingin tau, siapa dia?

Ya, sama.

Aku juga sangat ingin tau siapa dia. Aku ingin masuk jauh ke dalam hidupnya. Hidup bersama dan menua dengannya. Agar aku tau, kenapa dia baru hadir sekarang.

Setelah semuanya aku tahu, kalian akan tahu juga, bagaimana aku bisa berubah, dan bagaimana dia bisa merubahku.

Tapi sebelum itu, lihatlah bagaimana dia membuatku tersenyum, bahkan kini, aku bangga dengan senyumku (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun