Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan. Ragam kebudayaan Indonesia itulah yang mewarnai julukan 'beauty in diversity' yang begitu lekat dengan bangsa kita dan dikenal oleh masyarakat dunia. Kebudayaan tersebut termanifestasikan dalam beragam corak baik itu berupa bahasa, lagu daerah, pakaian adat, makanan tradisonal, maupun tari-tarian. Diantara ribuan kebudayaan tersebut, terdapat beberapa yang cukup terkenal yaitu Tari Saman, Tari Bosara, serta lagu daerah Bengawan Solo dan Ayo Mama.
Hari sabtu (16 Juni 2012) lalu, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Wageningen (PPI-Wageningen) diundang oleh Zinzia Zorggroep, salah satu organisasi sosial bidang health care yang terbesar di Belanda, untuk menyemarakkan acara Pasar Malam Indonesia di Wageningen, ajang untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Eropa. PPI-Wageningen mengutus tiga tim yaitu tim Tari Saman, Tari Bosara, serta duet akustik lagu daerah.
Pertunjukan pertama yang dilakoni anak-anak Indonesia yang sedang menempuh study di Wageningen, Belanda ini adalah Tari Saman yang merupakan tarian khas asal propinsi Nangroe Aceh Darussalam yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage sejak 24 November 2011 lalu. Tampil dengan 11 penari yang dikomandoi oleh Hana Fitria Navratilova, mereka menunjukkan harmonisasi kecepatan gerakan tangan yang mengundang decak kagum ratusan pengunjung di Pasar Malam tersebut yang didominasi oleh masyarakat Belanda dan dari negara Eropa lainnya.
[caption id="attachment_188922" align="aligncenter" width="638" caption="Tim Tari Saman PPI-Wageningen"][/caption]
Setelah itu, tim tari bosara pun menunjukkan aksi yang tak kalah menariknya. Dua penari (Indarwati Aminuddin dan Dian Sulianti), yang juga merupakan pelajar Indonesia di Wageningen, memperlihatkan kombinasi khas hentakan gendang dan keluwesan gerakan Tari Bosara yang berasal dari propinsi Sulawesi Selatan. Gemulai gerakan mereka disambut oleh tepuk tangan meriah pengunjung. [caption id="attachment_188923" align="aligncenter" width="336" caption="Tim Tari Bosara PPI-Wageningen"]
Pertunjukan tim PPI-Wageningen ditutup oleh duet akustik yang menyanyikan 2 lagu daerah (Bengawan Solo dan Ayo Mama) serta satu lagu barat tempoe doeloe (Love by Nat King Cole). Suara merdu biduanita Titis Wardhani yang berpadu dengan alunan gitar akustik petikan jemari lincah Ferdinand Romuli membuat beberapa pengunjung berusia senja, ikut berkumandang dan larut dalam lantunan lagu yang menghantarkan romantisme masa lalu kedalam benak mereka.
[caption id="attachment_188925" align="aligncenter" width="336" caption="Tim Akustik PPI-Wageningen"]
Dalam acara ini, selain tari-tarian dan lagu, juga terdapat beberapa masakan khas Indonesia seperti nasi remes, gado-gado, es cendol, pisang goreng, sate dan lainnya. Acara ini dipadati oleh ratusan pengunjung yang datang sejak pagi hingga malam hari.
Keberadaan mahasiswa Indonesia di Belanda tentunya bukan sekedar belajar saja. Lebih dari itu, kehadiran mereka juga berperan dalam mempromosikan pesona kebudayaan Indonesia di Luar Negeri sebagai Negara yang kaya akan keragaman etnis dan budaya lokal. Keberadaan mereka yang berasal dari berbagai suku dari berbagai daerah di Indonesia itulah, yang menegaskan julukan 'beauty in diversity' Indonesia kepada masyarakat luar. Keragaman yang padu dalam satu entitas negara, yang harmonis ibarat gerakan tangan dalam Tari Saman, dan berkombinasi mesra ibarat hentak dan kelembutan dalam Tari Bosara.
Photo by Titis Wardhani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H