Ketika berbelanja kebutuhan hidup di supermarket seperti Walmart, Hy-vee, atau Fareway, saya terkadang bertanya dalam hati, ini bahan makanan perishable (cepat rusak) seperti sayur, buah, daging, ataupun roti-rotian yang tidak laris itu diapakan ya sama mereka?
Akhirnya beberapa hari yang lalu saya menemukan jawabannya ketika berkunjung ke salah satu program sosial di kota Ames, Iowa ini. Program tersebut bernama Food at First (selanjutnya saya singkat FaF), dan memiliki dua bagian. Yang pertama bernama 'free meal'. Pada bagian ini, relawan-relawan FaF memasak santapan lalu menyajikannya secara gratis kepada orang-orang yang membutuhkan makanan. Free meal ini berlangsung setiap hari pada jam makan malam (kecuali pada hari Sabtu dimana free meal disediakan pada jam makan siang). Orang-orang (yang umumnya miskin) dari seluruh penjuru kota berkumpul disebuah ruangan dan disediakan beberapa meja dan kursi makan untuk bersantap bersama. kemudian bagian yang kedua bernama 'food pantry'. Dalam kegiatan ini, relawan membagi-bagikan bahan makanan pokok gratis yang dapat dibawa pulang seperti roti, kue, daging, buah, sayur, bahkan makanan kalengan. Berbeda dengan free meal, food pantry ini hanya dilakukan tiga kali seminggu yakni hari Senin, Kamis, dan Sabtu.
[caption caption="Hy-vee, salah satu supermarket peserta Food at First. Sumber: www.hy-vee.com"][/caption]
Nah, makanan yang dibagikan tersebut ternyata disumbangkan oleh penduduk di sekitar Iowa, termasuk juga supermarket-supermarket yang saya sebutkan di atas. Bahkan, petani-petani lokal di sekitar Iowa pun turut berpartisipasi dengan menghibahkan hasil panennya yang berlebih kepada program FaF ini. Walhasil, makanan yang tersedia sangat melimpah untuk seluruh pengunjung yang datang. Makanan yang dibagikan memang tidak lagi segar, namun bukan pula makanan kadaluarsa. Sebab, makanan yang dihibahkan umumnya adalah makanan yang tidak terjual akibat over produksi. Namun FaF ini cukup telaten dalam mengorganisir jenis makanan perishable tersebut, dengan menghimbau pengunjung agar bahan makanan yang diberikan dapat dihabiskan dalam waktu 1-2 hari.
[caption caption="Gudang makanan Food at First. Sumber: amestrib.com"]
Dalam studi pertanian terdapat istilah ketahanan pangan, yakni kondisi di mana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan yang aman, sehat, dan terjangkau sehingga dapat mewujudkan hidup sehat dan berkualitas. Salah satu aspek ketahanan pangan adalah akses terhadap pangan baik secara fisik maupun ekonomi. Menurut saya, FaF ini mencontohkan bahwa ketahanan pangan sebenarnya dapat dicapai bahkan pada level kota kecil jika masyarakatnya saling bantu. Sebab, terkadang seseorang punya makanan yang berlebih dirumahnya, meski disisi lain tetangganya justru mengalami kesulitan. Bahkan, tidak jarang disuatu tempat kita menyaksikan pemandangan kontras, rumah makan atau perumahan mewah berdampingan dengan gubuk yang kumuh. Padahal sabda Rasulullah SAW "Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga di sebelahnya kelaparan".
Kegiatan FaF ini dilakukan di Gereja. Namun bukan berarti FaF ini hanya diperuntukkan bagi umat Kristen atau jemaat Gereja ini saja. Sebab, saya melihat orang-orang yang datang ada juga yang Muslim dan mungkin saja penganut agama lain. Bahkan, oleh relawan anda sama sekali tidak ditanya beragama apa. Selama butuh makan, anda boleh bergabung. FaF ini semata-mata menjembatani orang-orang yang kelebihan makanan dengan orang-orang yang butuh makanan, tak peduli dia beragama apa. Tolong menolong memang melampaui urusan agama di KTP. Sebab seseorang berguna atau tidak bagi sekitarnya bukanlah persoalan apa agamanya, tetapi bagaimana wataknya; rakus ataukah dermawan. Seperti kata Mahatma Ghandi; "Bumi ini cukup untuk menyediakan makanan bagi seluruh orang, tetapi tidak cukup untuk satu orang rakus".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H