Namanya Siti Aminah Sinaga, akrab dipanggil Ami. Selain periang, ia orang yang cukup terbuka dengan semua pikirannya. Bila sepintas dilihat, Ami orangnya tak suka berbelit dalam semua hal.
Namun siapa yang tahu, kalau Ami, gadis berjilbab yang ceplas ceplos itu telah melalui banyak kegetiran dalam hidupnya. Ia, Ami yang sekarang sedang bergulat dengan tujuan hidupnya, telah diasah alam, terik matahari, deras hujan dan terpaan angin malam tak buat dia tumbang, apalagi menyerah.
Namun, siapa yang tahu, kalau Ami Sinaga, gadis yang terkesan keras itu ternyata memiliki hati yang lembut, peka dan sensitif dengan situasi sekitarnya.
Seperti saat ini, Ami banyak menerjang angin malam melawan ngantuk dan menolak takut dengan segala bahaya gelap gulita malam demi memperjuangkan nasib orang yang dia anggap baik.
Seperti itu Ami, tampilan wajahnya yg tegas dengan garis dahi dan dagu yang kokoh, matanya sayu seperti seorang ibu yang mencintai anak-anaknya penuh.
Bagi Ami, hidup adalah sesuatu yang diperjuangkan. Tak ada kebetulan baginya. Karena itu, ia rela menerima segala konsikuensi logis atas apa yang dia perjuangkan.
"Siapa yang tau apa yang sudah ku lewati selama ini Bang" kata Ami, malam itu sambil memukul meja. Gelas kopiku bergetar, untung tak tumpah.
"Abang tau, sebelum aku seperti ini sekarang, aku sudah melewati banyak hal yang tak akan disangka orang. Aku akan terus seperti itu, berjuang sekuat tenaga" katanya, sambil lagi-lagi memukul meja, bahkan lebih keras.
Memang, dalam perkenalan yang singkat, Ami tidak bisa dipandang sembarang. Penilaian terhadap Ami harus utuh, karena ia melakukan semua penuh ketulusan.
Dan wajar, ketika disinggung tentang jodoh. Ami kokoh dengan pendapatnya.