Mohon tunggu...
Zulfiyah Pramudyandari
Zulfiyah Pramudyandari Mohon Tunggu... -

mahasiswa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan humaniora UIN sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yogyakarta : The City of Philosophy

13 Desember 2013   22:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:57 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1386950111730624710

[caption id="attachment_298553" align="alignleft" width="300" caption="coba amati setiap sudut kota yogyakarta !!"][/caption] Sebuah kota dengan banyak identitas ! ya.., itulah Yogyakarta. Dimana Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya, kota pendidikan, kota gudeg, dsb,hingga tidak heran bila banyak orang terpikat akan segala yang ada di dalamnya. Kraton, Malioboro, deretan pantai yang indah di gunung kidul, serta banyak pula wisata budaya lain yang benar-benar membuat semua orang rindu untuk kembali ke yoogyakarta apabila suadah meninggalkan kota tersebut.

Yogyakarta adalah sebuah provinsi yang terkenal dengan keistimewaanya. Sebuah provinsi yang di kepalai oleh seorang kepala kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono, dan saat ini adalah yang ke 10.

Kota Yogyakarta adalah kota yang paling berfilosofi, bahkan ada kabar yang menyebutkan bahwa Yogyakarta akan mendapat julukan baru, yaitu “The City of Philoshopy”. Hal tersebut memang wajar, karena memang banyak sekli filisofi-filosofi yang melekat di Yogyakarta, filosofi tersebut adalah :

1.Filosofi yang pertama adalah fiilosofi yang paling sering di dengar oleh masyarakat Yogyakarta, yaitu mengenai adanya garis lurus antara gunung merapi, tugu Yogyakarta serta pantai selatan Yogyakarta. Hal tersebut telah di buktikan oleh beberapa research, yang menyebutkan bahwa memang benar, ketiga elemen di yogyakrta tersebut saling berhubungan.

2.Filosofi yang kedua. Sebenarnya filosofi ini masih melekatpada adanya garis lurus antara gunung merapi, tugu serta pantai selatan yogyakarata. Pada filosofi ini, menyebutkan bahwa garis lurus tersebut berperan sebagai sebuah panah, sedangkan busurnya, adalah candi-candi yang ada di jawa tengah, yaitu candi prambanan (klaten-yogyakarta) serta candi borobudur (magelang).

3.Yogyakarta merupakan sebuah kota yang di apit oleh gunung serta lautan, selai itu, terdaoat pula sungai-sungai yang mengelilinginya, seperti sungai winongo di baagian barat, dan sungai-sungai lainnya, seperti sungai code, gajah wong, dll. Menurut kepercayaan hindu, kota yang mempunyai elemen-elemen tersebut, harus di sucikan, sehingga menurut kepercayaan hindu, kota Yogyakarta adalah kota yang dianggap sacral.

4.Selanjutnya, Flora dan fauna khas Yogyakarta juga mempunyai filosofinya sendiri, yakni pohon kelapa gading dan burung tekukur. Pohon kelapa gading, banyak di gunakan dalam berbagai adatkraton, sehingga sudah sangat melekat pada masyarakat yoogya, sselain itu, dapat pula di jadikan obat. Dan Burung tekukur dengan suara merdu dan sosok tubuh yang indah mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar, menjadi kesayangan para pangeran dilingkungan keraton. Dengan mendengar suara burung tekukur diharapkan orang akan terikat kepada Kota Yogyakarta.

5.Garis sumbu dari tugu jogja hingga kraton Yogyakarta. Hal tersebut pun mengandung filosofi tersendiri, dimana bapak yuwono sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta berencana untuk mengubah nama jalan tersebut, yakniDua jalan dari tugu hingga kilometer nol,semestinya Margotomo (dengan huruf a) dan Malioboro (dengan huruf o). "Maknanya, jalan menuju keutamaan (margotomo) dan jalan yang harus dilewati dengan obor (malioboro) atau panduan ajaran Walisongo," kata dia. Sedangkan jalan penghubung Panggung Krapyak dengan Plengkung Gading atau Alun-alun Selatan, kata dia, ialah Margomulyo (dengan huruf a) dan Pangiraan. Maknanya jalan menuju kemuliaan (Margomulyo) dan jalan yang harus dilewati dengan pengetahuan.

Dan mungkin bila di telusuri lebih lanjut,yigyakarta masih menyimpan banyak filosofi yang belum terugkapkan. Yogyakarta memang pantas untuk di sebut “istimewa”.

Realitasnya, pada saat ini, banyak masyarakat Yogyakarta yang acuh terhadap hal tersebut diatas. Hal ini memang sangatlah disayangkan, karena seharusnya, kota Yogyakarta hidup akan kebudayaan. Bukan hanya sekedar nama atau julukan semata, karena bagaimanapun, penjabaran sebagaikota budaya bukan berdasarkan tampak kota saja, namun harusnya budaya dilihat dari perilak serta kebiasaan masyarakat yang terlibat dalam kota budaya tersebut, khususnya Yogyakarta. Oleh karena itu, disinilah peran kita sebagi generasi muda, untuk menjaga perilaku ke berbudayaan Yogyakarta, sehingga Yogyakarta menjadi kota yang penuh dengan budaya dan filisofi, serta menjadi kebanggan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun