Demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi terang menjadi sebuah aib bagi Soeharto di hadapan tamunya, PM Tanaka. Dengan menahan rasa malu Soeharto menjelaskan kepada PM Tanaka bahwa masih tersisa perasaan anti-Jepang di hati rakyat Indonesia..., tak ayal Malapetaka 15 januari 1947 dikhawatirkan Soeharto telah menciderai hubungan baik yang telah terbangun antara Indonesia dengan Jepang sebagai salah satu investor asing terbesar saat itu." (hal-15)
Terdapat pula kebijakan dibuat oleh Soeharto dengan membentuk lembaga-lembaga tidak resmi yang berisi orang-orang yang dipercayainya serta dianggap setia, ini yang menyebabkan terjadinya konflik baru di dalam tubuh militer dan menimbulkan saling curiga.
"Di luar Lembaga formal militer Hankam, Soeharto membangun Aspri, Opasus, dan Kopkamtib. Rasa tidak suka dan saling curiga antar kubu akhirnya menjadi bibit konflik yang siap untuk diledakkan"(hal 35-36)
 Buku ini juga menceritakan tentang peran Hariman Siregar (Ketua Dewan Mahasiswa UI) dalam peristiwa Malari yang mana Hariman lah yang menggerakan para mahasiswa dan juga masyarakat untuk melakukan aksi-aksi terhadap kebijakan-kebijakan Soeharto yang dianggap menyimpang  serta para pemodal asing dan para koruptor yang menyusahkan Rakyat Indonesia. Dalam buku ini juga membahas sekilas mengenai keluarga Cendana yang pada tahun 1970-an terlibat dalam proyek-proyek komersil. Serta persaingan dan perang dingin antara Ali Moertopo dengan Soemitro, keduanya saling menuding adanya ambisi dari masing-masing rivalnya untuk menjadi presiden menggantikan Soeharto yang kemudian pada akhirnya perseteruan kedua jendral besar ini berujung pada meletusnya Peristiwa Malari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H