Terkesan ironis ketika teluk ambon saya sebutkan sebagai banker sampah, tetapi itulah kenyataannya terhadapkondosi teluk ambon saat ini. Setengah Ton sampah tiap harinya masuk kedalam teluk ambon. Bukankah tdiak munkin teluk ini kebanggaan orang ambon ini kelak jadi banker sampah. Kondisi terumbuh karang yg hancur, vegetasi laut pun terncam punah, tanpah disadari ikan yang kita konsumsi yang berasal dari teluk ambon pun sepertinya sudah tidak sehat lagi. Setiap harinya kita melihat berserakan sampah terbawa pasang surut air laut di teluk ambon. Masyarakt disebarang teluk menyalahkan masyarkat yang disebarang teluk lainnya. Katnay itu sampah kiriman darimasyarakat teluk sebelahnya, Begitupun selanjtnya. Kita tidak bisa terus-terusan saling menyalahkan seperti ini. Yang harus dilakukan adalah berhenti membuang sampah keteluk ambon dan memungutnya dari teluk.
Konsep Water Front City yang sepertinya hanya menjadi agenda politik , wacana ilmiah , yang bergemah diruang-ruang seminar. Sementara itu konsep WTC sendiri tidak jelas arahnya kemana, teluk menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) inikah bagian dari rencana WTC itu. lihatalah refleksi basa basi tanpa aksih ketika mereka berbicara tentang Kalesang Teluk Ambon yang diterjamahkan kedalam proyek-proyek , dan bakti sosial sehari jika itu ada momen. Ketika Teluk ambon menjadi Banker sampah maka konsep Water Front City pun menjelma menjadi Waste Fron City.
Sampah diteluk ambon sebenarnya cerminan kualitas hidup masyarakt kota ini, melihat berton-ton sampah setiap pecan masuk keteluk ambon, saya merasa cemas akan keberlangsunga eksosestem teluk ini. Kita dengan bangganya ketika menyebutkan “Kota Ambon Manise”, tetapi kita tak pernah protes terhadap sikap kita yang membuat kota ini bukan sekedar tidak manise lagi , melainkan kota ini menjadi kotor (badaki).
Management Waste kita sangat masi tidak jelas , sehingga konsep pengelolaan sampah pun kita masih sekedar membakarnya untuk memusnahkan sampah. Inovasi untuk mengelolala sampah haruslah terus ditngkatkan. Sehingga masyarakt sadar akan pluang ekonomis dari tumpukan sampah yang mengancam keberlangsungan ekologis.
Kurangnya Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah keteluk ambon adalah bukan hal statis, meskipun dinamis namun tidak mudah dan tidak isntan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat ini dan tentunya memerlukan waktu ytang relative lama. Olehnya itu bicara tentang teluk ambon bersih, atau pake bahasa Pemkot “ambon bersih disiang hari, terang dimalam hari” bukan kerja satu dua hari, dan bukan juga lewat seminar sehari ataupun pemberitahuan sesaat lantas kita berharap semua masyrakat tidak membuang sampah keteluk . bagi saya, ketidak peduliaan masyarakt ini haruslah sessegara munkin dilakukan rekayasa sosial lewat proses penyadaran dengan tindakan nyata, damping mereka, berikan mereka pemahaman, beritahu mereka fakta-fakta mengenai betapa tercemarnya terluk ambon, sodorkan peluang parawisata bahari kepada m,ereka jika kelak kita mampu membenahi teluk ini secara bersama-sama.
Meskipun kondisi teluk ambon semakin memburuk, bukan berarti tidak ada harapan lagi bagi kita untuk melakukan penyelamatan terhadap teluk ambon ini untuk tujuan yang lebih besar demi kemaslahatan bersama. Gerakan #Save ambon bay for marine tourism and sustinbale fisheries adalah salah satu wujud nyanta betapa banyak kaum muda yang peduli terhadap teluk ambon. Semakin bertambahnya relawan dan respon masyarakt terhdap gerakan ini merupakan langkah nyata solutif untuk mencegah Teluk Ambon Tidak mejadi Banker sampah melainkan tempat wisata bahari yang kelak , membuat semua orang terpesona meilhat keindahan teluk kebanggan orang basudara ini. Salam bahari, Save ambon Bay gooooo …
*catatan kaki anak bawah pohon, Volunteer Save Ambon Bay for Marine Tourism and Sustinable fisheries
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H