Sumber: dok.pribadi
Saya adalah mahasiswi Tadris Matematika. Ketika tiba mata kuliah Psikologi, saya terus memikirkan teori psikologi Barat tentang menyekolahkan anak sebelum usianya itu menyebabkan bosan belajar ketika dewasa. Lalu pertanyaan saya, bagaimana dengan Imam syafi'i yang sudah hafal al-Qur'an diusia 7 tahun dan beliau tumbuh menjadi ulama besar?
Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak berdiri pondok pesantren al-Qur'an yang di dalamnya terdapat santri dengan berbagai usia, mulai dari anak kecil hingga lansia. Mereka berbondong-bondong menghafal dan mendalami al-Qur'an. Meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Seperti anak usia dini yang masih susah melafalkan makhraj dengan benar, si dewasa yang sedikit susah menghafal karena teringat cinta yang belum usai, dan si lansia yang sudah sukar mengingat karena usia. Kendati demikian mereka sudah berusaha daripada tidak sama sekali.
Berbicara mengenai menghafal Al-Qur'an, Mengapa anak yang sudah menghafal sejak usia dini hafalannya lebih kuat daripada seorang yang baru menghafal ketika dewasa?
Menurut Peaget, anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra-operasional konkret. Pada tahap ini, anak mulai mempresentasikan dunia secara simbolis dengan gerakan, kata, dan gambar. Maka pada usia ini, sangat efektif untuk memperkenalkan huruf hijaiyah terhadap anak dengan berbagai metode sesuai kemampuannya, atau mulai mengajari anak menghafal al-Qur'an melalui gambar dan potongan ayat.
Sedangkan perkembangan psikologi remaja usia 10-18 tahun, sudah mulai menunjukkan jati diri, mampu beradaptasi, dan berkomitemen pada tujuan yang dibuat. Mulai muncul berbagai macam permasalahan entah dengan teman atau tentang penrcintaan. Tidak berhenti sampai disitu. Pada tahap remaja, sesorang akan mulai terbebani dengan tanggung jawab diri-sendiri atau orang tua mengenai masa depan.
Dari beberapa ulasan di atas, sedikit dapat menjawab mengapa anak usia dini lebih cenderung kuat hafalannya dibanding dengan usia remaja. Pada intinya kognitif anak belum terkontiminasi dengan dunia yang sebenarnya. Mereka hanya berfikir menghafal untuk membahagiakan orang tua atau ada juga yang karena perintah orang tua. Berbeda dengan yang si dewasa, ada kalanya ketika menghafal tiba-tiba terfikir bahwa mereka harus berlomba dengan umur orang tua, bagaimana caranya sukses, tentang rumah tangga dan lain sebagainya.
Seberapa sulit dan berat cobaan dalam menghafal al-Qur'an, semua akan terbalaskan ketika di akhirat dan bukankah Allah telah berfirman yang artinya "Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" QS. Al-Qamar: 17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H