Mohon tunggu...
Zulfika Satria Kusharsanto
Zulfika Satria Kusharsanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Kebijakan Riset dan Inovasi

Lulusan Urban and Economic Geography, Utrecht University. Selalu mencari cara agar bermanfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nikmatnya Berjalan Kaki di Jepang

7 Mei 2014   21:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti semua setuju kalau "berjalan kaki" merupakan transportasi yang paling murah. Tanpa perlu alat apapun. Sepatu? Ya cuman agar nyaman, tapi tanpa sepatu kita sudah bisa berjalan dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, kan? Selama saya hampir 9 hari mengamati kehidupan di Jepang yaitu di Kota Tokyo, Sendai, dan Kitakata, saya sangat tertarik dengan kehidupan para pejalan kakinya. Pejalan kaki di Jepang sangat diistimewakan. Mungkin begitu juga dengan kota-kota di negara maju lainnya, ya. Namun, saya benar-benar merasakan keistimewaan yang unik untuk para pejalan kaki khas dari Negeri Sakura ini. Apa saja yang khas dan menarik? [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Lautan Manusia di Shibuya Crossing "][/caption] Berawal dari hal yang paling sederhana, para pejalan kaki di Jepang sangat dimanjakan dengan jalur pejalan kaki alias trotoarnya yang sangaaaat lebar. Di jalan-jalan besar, mungkin lebar trotoarnya cukup untuk jalur khusus bus Transjakarta! Uniknya, trotoar di kota-kota besar di Jepang seringkali dijadikan satu dengan lajur sepeda. Mungkin karena saking lebarnya trotoar dan memang masih mencukupi untuk dilewati pejalan kaki dan pengguna sepeda. Menurut pengamatan saya, jalur pejalan kaki pasti selalu ada di setiap ruas jalan di Jepang, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di Tokyo yang mana sudah bernuansa kota metropolitan sudah hal wajib setiap ruas jalan memiliki jalur pejalan kakinya (Uhuk.. Jakarta kota metropolitan juga kan ya? Tapi....). Bahkan di gang-gang sempit pun jalur pejalan kaki juga sangat nyaman dan bersih. Saya mencoba masuk ke gang-gang sempit yang ternyata banyak dijadikan lokasi restoran, tidak ada kesan kumuh dan was-was karena takut dijambret di sana. Saya rasa tidak semua kota-kota dunia senyaman ini. Pernah membaca artikel saya tentang kejahatan di London? Hal seperti itu sama sekali tidak saya rasakan saat di Tokyo. [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Jalur Sepeda Menyatu dengan Jalur Pejalan Kaki"][/caption] Beralih ke Kota Sendai, Prefektur Miyagi, yang merupakan salah satu kota besar di Jepang, jalur pejalan kakinya pun sama lengkap dan bagusnya dengan Tokyo. Di pusat kotanya, fasilitas untuk penyandang cacat pun sangat lengkap dan benar-benar aksesibel. Kota yang terkenal dengan sebutan “The City of Trees” ini memang memiliki banyak pepohonan dan taman. Sudah pasti lebih terasa lebih sejuk bejalan kaki di Sendai. Kota ini juga memiliki kontur yang berbukit-bukit, tetapi yang namanya jalur pejalan kaki juga tidak dilupakan sama sekali meskipun itu jalan menanjak menuju puncak bukit.

[caption id="attachment_322946" align="aligncenter" width="577" caption="Fasilitas untuk Para Difabel"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Jalur Pejalan Kaki di Perbukitan Kota Sendai"][/caption] Jalur pejalan kaki di Jepang juga selalu dilengkapi street furniture yang memadai. Ada kotak pos merah yang khas Jepang itu, ada box telepon, lampu jalan berornamen khas, dan penghijauan yang memanjakan mata. Bunga-bunga semacam tulip dan bunga lonceng (serta pastinya Bunga Sakura) banyak bermekaran saat musim semi. Di Tokyo dan Sendai, trotoar selalu diberi sekat antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan. Mungkin mengatur agar pejalan kaki tidak menyeberang sembarangan, sekaligus melindungi pejalan kaki dari bahaya mobil yang kalau-kalau pengemudinya mengantuk dan menabrak batas jalan. Satu hal yang unik dari street furniture di kota-kota di Jepang adalah halte busnya yang menghadap ke arah dalam. Desain halte yang seperti itu menurut saya sangat pas karena tidak memblok pejalan kaki (seperti yang seringkali dilakukan di Indonesia, jalur pejalan kaki terblok atau terhalangi halte bus/BRT).

[caption id="attachment_322940" align="aligncenter" width="415" caption="Street Furniture yang Apik di Kota Sendai"]

13994465151045167747
13994465151045167747
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Desain Halte Bus yang Menghadap Dalam"][/caption] Saya juga berkesempatan ke Kota Kitakata. Kota kecil yang berada di Prefektur Fukushima ini sejatinya adalah perdesaan. Kalau di Indonesia mungkin bisa disamakan dengan kabupaten yang mayoritas guna lahannya digunakan sebagai lahan pertanian. Ternyata ruas jalan di kawasan perdesaan pun juga menyediakan ruang untuk pejalan kaki. Tidak dengan membangun trotoar, tetapi dengan cara memberikan marka jalan khusus untuk pejalan kaki. Kecuali di kawasan pusat pelayanannya, ada trotoar juga. Namun, uniknya trotoar di Kota Kitakata tingginya sejajar atau selevel dengan jalan kendaraan! Ketika saya tanyakan ke orang Jepang, katanya hal tersebut untuk memudahkan para penyandang cacat dan orang-orang tua saat menyeberang. Salut! Oya, yang unik lagi meskipun ini jalan di tingkat “kota” perdesaan, jalan utamanya saja 20 meter yang terbagi 4+4 untuk pejalan kaki. [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Jalan Utama di Kota Kitakata, Ini Pusat Pelayanan Perdesaan lo!"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Tidak ada beda ketinggian antara jalan dengan trotoar (Lokasi: Kitakata)"][/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Di Jalan Perdesaan, Jalur Pejalan Kaki Diberi Garis Marka"][/caption] Oya, ada istilah untuk kota-kota di Jepang yang ingin saya sematkan. Jepang adalah Negeri Seribu Vending Machine! Kenapa? Karena yang namanya mesin penjual minuman botol/kaleng ada di mana-mana. Ini mungkin salah satu bentuk pemanjaan para pejalan kaki kalau harus haus di tengah jalan. Yang lebih mencengangkan lagi, bahkan di jalanan-jalanan perdesaan yang dekat dengan ladang pun ada vending machine! Subhanallah sekali ya, tidak ada kata haus bagi para pejalan kaki. Cuman memang harus merogoh kocek lebih dalam. Paling murah air mineral dihargai 120 Yen (setara 13000 Rupiah)

[caption id="attachment_322948" align="aligncenter" width="466" caption="Vending Machine ada di setiap radius 50 meter rasa-rasanya"]

13994499231027009706
13994499231027009706
[/caption] Terakhir, pejalan kaki di Jepang dimanjakan dengan sistem transportasinya yang sangat baik. Di Tokyo ada Tokyo Metroline yang merupakan moda transportasi subway (kereta bawah tanah). Rutenya bisa menjangkau mana-mana. Saya merasa menjadi turis saja sangat nyaman untuk berjalan kaki di Jepang, bagaimana dengan penduduk asli? Penduduk Jepang juga sangat ramah dan siap membantu siapa saja. Kalau tersesat saat berjalan kaki, mereka dengan suka hati akan membantu. Saya sudah membuktikannya beberapa kali saat tersesat, orang Jepang yang saya tanyakan selalu memberikan informasi dengan totalitas. Tidak langsung menjawab “tidak tahu” atau jawab seperlunya saja. Bahkan saat di stasiun Metroline, ada yang membantu sampai membelikan tiketnya. Saya sangat salut dengan keramahan orang Jepang! Kota-kota di Indonesia, yuk bentuk desain jalur pejalan kaki yang ramah dan mendukung masyarakat untuk berjalan kaki! Jalan kaki membuat sehat masyarakat dan tentu saja menghemat energi. Masalah kemacetan juga pasti akan teratasi, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun