Bisa pergi ke Iran merupakan pengalaman yang boleh dibilang sangat berharga (dan langka) bagi saya. Apalagi kalau ke sananya sendirian saja. Ya, saya pernah ditugaskan oleh kantor saya melakukan perjalanan dinas ke Iran untuk mengikuti pelatihan tentang technopreneurship (kewirausahaan berbasis teknologi) seorang diri.Â
Walaupun boleh dibilang saat itu saya merasa ragu dan takut, tapi di satu sisi saya ingin menantang diri saya untuk bisa melakukan perjalanan dinas ini. Saya ingin tahu seperti apa Iran itu!
Kabar yang beredar dan memang benar adanya adalah bahwa Islam Syiah adalah agama terbesar di Iran. Saya yang menganut Islam Sunni sejujurnya khawatir, jangan-jangan nanti saya ditimpukin kalau ketahuan saya penganut Islam Sunni. Boleh dbilang lebay sih, tapi kekhawatiran itu benar-benar saya rasakan.Â
Berita di media memang berhasil menggambarkan bahwa konflik Sunni dan Syiah sangat-sangat panas dan menyeramkan. Yaah, bermodal bismillahirrahmanirrahim, saya putuskan berangkat ke Iran dengan niatan misi damai (yaiyalah cuma menjadi peserta training saja kok hehehe). Semoga saya aman di sana hingga saya pulang kembali ke Indonesia. Aaamiin...
Perjalanan dinas saya kali ini resmi tugas negara yang mendapat izin dari Sekretariat Negara, jadi saya diwajibkan melapor ke KBRI di Teheran. Tujuan pelatihan saya sebenarnya ada di Kota Isfahan, sekitar 5 jam menggunakan bus dari Teheran.Â
Saya diberi kontak salah satu staf di KBRI bernama Bu Yanti. Alhamdulillah beliau sangat membantu sekali sehingga saya (yang hanya sendirian berpetualang ini) merasa nyaman saat berada di Iran. Kalau dipikir-pikir kenapa juga ya pelatihan technopreneurship sampai jauh-jauh ke Iran?Â
Sebenarnya pelatihan ini diadakan oleh ISTIC, sebuah organisasi bidang iptekin berbasis di Malaysia yang berada di bawah pengawasan UNESCO bagi negara-negara berkembang. Nah, di antara negara-negara berkembang ini, kali ini tuan rumah pelatihan dan pertemuan ISTIC diadakan di Iran. Acara pelatihan 5 hari ini pun dibiayai penuh oleh ISTIC kecuali tiket pesawat. Masa sih pelatihan seperti ini saya lewatkan?
Sebenarnya alasan saya mengajukan VoA adalah karena permohonan visa di Kedutaan Iran di Jakarta lumayan ribet dan memakan waktu lama, padahal waktu yang tersisa untuk persiapan sudah sangat mepet. Sungguh sebuah kenekadan yang entah saya mau banggakan atau sesali hahaha.Â
Berbekal saya punya kontak KBRI saya beranikan saja, lagipula mau bagaimana lagi. Saat mengajukan visa di Bandara Imam Khomeini di Tehran, petugasnya tersenyum karena saya berasal dari Indonesia, kemudian saya pun diberikan biaya visa istimewa yang lebih murah daripada biaya visa turis regular. Alhamdulillah... aman, saatnya masuk ke negeri Persia ini.Â
Impresi yang saya rasakan di Iran adalah orangnya sangaaaaat ramah. Kebetulan saat itu tidak ada staf KBRI yang bisa mengantar saya sampai Isfahan sehingga staf KBRI meminta tolong penduduk lokal yang menjadi penumpang bus juga untuk memandu saya sampai saya tiba di Isfahan.Â