***
“Kau benar-benar harus pulang ke Jakarta besok?”
“Ya, Janice.”
“Kau nggak ingin tinggal lebih lama lagi di Warwick…?” “Kau tahu, kita baru ketemu hari ini, Fariz... Setelah sembilan tahun!”
“Pakai tissuemu, Janice.”
“It’s okay, tanganku nggak berkeringat.”
“Bukan. Untuk matamu.”
“Owh…”
“Janice, kau tahu apa yang ada di dalam cangkir busa ini?”
“Ya… espresso yang kau beli sebelum kita meninggalkan café.”
“Kau tahu apa yang membuat espresso begitu nikmat, Janice?”
“Bukan chocolate granules, kurasa?”
“Haha…Jelas bukan...” “Lihat ini, Janice.”
“Aku nggak lihat apa-apa kecuali espresso di dalam sebuah cup, Fariz.”
“Kau sedang melihat apa yang membuat espresso ini nikmat, Janice. Kau sedang melihat apa yang membuat pertemuan kita hari ini begitu berharga.”
“Apa maksudmu, Fariz?”
“Demitasse, Janice. Demitasse[3]…”
“Ah… Truly it is…!” “Fariz…. Kau ini…”
“Biarkan pertemuan singkat kita tetap berharga, Janice. Biarkan aku pulang ke Jakarta.”
“Aku nggak akan pernah melupakan hari ini, Fariz… Seumur hidupku.”
***
[1] Dari Bahasa Italia yang berarti “cepat”. Adalah minuman yang dihasilkan dengan mengekstraksi biji kopi yang sudah digiling dengan menyemburkan air panas di bawah tekanan tinggi. Disebut ‘espresso’ karena minuman ini dibuat untuk disajikan dengan segera kepada pelanggan. (www.wikipedia.org)
[2] Minuman yang dibuat dengan cara menambahkan sedikit espresso ke dalam segelas susu, sehingga akan memisahkan susu menjadi dua bagian atas dan bawah dengan lapisan espresso berada di tengah-tengahnya.(www.wikipedia.org)
[3] Bahasa Prancis yang berarti “setengah cangkir”. Istilah ini umum digunakan untuk merujuk pada cangkir kecil yang digunakan untuk menyajikan Turkish Coffee ataupun Espresso. Dalam beberapa bahasa disebut juga sebagai ‘fincan’, ‘fildzan’, ‘filxhan’, dsb. Sementara di Spanyol disebut ‘pocillo’. (www.wikipedia.org)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H