Pagi itu tak ada satu pun mobil atau motor wisatawan di area parkir Kawah Wurung. Hanya beberapa warga sekitar yang melintas dengan motor dan mobil pickup menuju ladang tempat mereka berkebun.
Sabtu pagi, biasanya Kawah Wurung ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan. Namun pandemi Covid-19 dan bulan Ramadan membuat destinasi alam di Bondowoso ini sepi pengunjung.
"Iya mas, akhir-akhir ini memang sepi, tak banyak pengunjung yang datang. Mungkin karena puasa dan corona (Covid-19)," kata Edo, salah satu warga yang saya temui di dekat loket Kawah Wurung pagi itu.
"Kita belum tau kapan akan ramai lagi. Biasanya pas Lebaran lumayan ramai, tapi denger-denger tahun ini nggak boleh mudik, jadi mungkin akan tetap sepi seperti ini," lanjutnya.
Meskipun tak sepopuler Kawah Ijen, Kawah Wurung yang lokasinya hanya berjarak sekitar 7 kilometer dari Paltuding Ijen ini memiliki pesona alam yang unik.
Kawah Wurung terletak di perbatasan antara Desa Jampit dan Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Area ini masuk dalam komplek Pegunungan Ijen.
Kawah ini merupakan sisa-sisa kawah asli yang membentuk kaldera besar yang saat ini diapit Gunung Ijen dan Gunung Raung, mirip seperti kaldera Tengger di Bromo, namun tidak ada aktivitas vulkanis di dasar kawahnya.
Di sekitar Kawah Wurung terdapat beberapa gunung api intra kaldera Ijen yang terdiri atas Gunung Kawah Wurung, Gunung Genteng, Gunung Pendil, Gunung Pendlan, dan Gunung Anyar.
Padang rumput yang subur di sekitar Kawah Wurung menjadi tempat melepas ternak warga sekitar, terutama sapi.