Mohon tunggu...
Zulfikar
Zulfikar Mohon Tunggu... Buruh - 😋 bukan konten kreator 😋

Hanya seorang budak korporat biasa yang mencoba bertahan hidup dan membahagiakan keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hutan Karamunting, Sekumpul, dan Abah Guru

14 Desember 2020   00:52 Diperbarui: 14 Desember 2020   02:33 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langgar Ar-Raudah tempo dulu (dokpri)

"Saat Abah Guru memulai pembangunan komplek Sekumpul, harga tanah mulai naik menjadi Rp13 ribu per meternya. Kalau sekarang saya sudah tidak tahu lagi berapa harga tanah di sana. Mungkin sudah puluhan juta rupiah per meternya, itu juga kalau ada tanahnya," ucap Johansyah.

Komplek Sekumpul

Pembangunan Komplek Sekumpul dimulai pada tahun 1987.

Menurut Zainal Abidin, salah satu operator alat berat yang membersihkan lahan Sekumpul. Pembangunan pertama adalah pembangunan pagar keliling (regol) komplek Sekumpul.

Abah Guru Sekumpul berada di lokasi pembangunan Komplek Sekumpul (dokpri)
Abah Guru Sekumpul berada di lokasi pembangunan Komplek Sekumpul (dokpri)

"Yang pertama kali dilakukan adalah pembersihan kawasan untuk pembangunan regol. Setelah membangun regol, baru membersihkan bagian dalam. Seingat saya kawasan ini penuh dengan pohon karamunting dan sangat lebat. Separuh badan mesin alat berat yang saya bawa tertutupi pohon karamunting. Terkadang ada yang sampai hampir mengenai wajah saya," kenangnya.

Setelah membangun regol, pembangunan bagian dalam pun dimulai. Langgar Ar-Raudah adalah yang pertama kali dibangun. Setelah pembangunan langgar selesai, bangunan rumah-rumah yang di dalam regol pun menyusul.

"Rumah pertama yang dibangun adalah rumah mintuha (mertua.red) Abah Guru. Saat itu terbuat dari kayu, bukan dari beton, cuma bagian muka (teras) yang dari semen," kisah Zainal.

Pada saat pembangunan komplek Sekumpul, Abah Guru juga membangun komplek pemakaman di kawasan Sungai Kacang.

"Nama komplek pemakaman itu Muhibbin, jadi sepertinya beliau itu membangun urusan ibadah (langgar). Kemudian akhirat (makam), baru dunia (rumah). Kubah tempat makam Guru Sekumpul dan Guru Tuha itu sudah dipersiapkan semenjak Sekumpul ini dibangun," ucapnya.

Selama pembangunan, tidak jarang Abah Guru datang menengok. Bahkan, ketika malam hari pun beliau hadir di lokasi pembangunan. Selain untuk melihat perkembangan pembangunan komplek Sekumpul, beliau juga menyapa para pekerja di lokasi. Selama pembangunan Komplek Sekumpul, beliau tetap melakukan pengajian di daerah Keraton Martapura.

Pada tahun 1989, beliau memindahkan kegiatan pengajian ke Kawasan Sekumpul. Sejak saat itulah nama Sekumpul dipopulerkan oleh  Abah Guru, dan dipakai hingga sekarang. Wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun