Mohon tunggu...
Zulfikar Syamsi
Zulfikar Syamsi Mohon Tunggu... -

Dari Orator Inovasi ke Pakar Provokasi.\r\nMereview tulisan di Redaksi Lege Artis KEMAFAR UH.\r\nDalam lingkaran Komunitas Kita Bisa ID.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Rewa”; Cocokkah Sebagai Term untuk Pemimpin Bernyali?

23 Desember 2012   16:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:08 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum cukup seminggu mungkin Najwa Shihab mengunjungi kampus Universitas Hasanuddin dalam program Mata Najwa Off Air dengan mendatangkan empat Tokoh Nasional. Kehadiran Jusuf Kalla, Mahfud Md, Dahlan Iskan, dan Abraham Samad seolah menjadi magnet mendatangkan sekitar lima ribuan peserta memenuhi Baruga Andi Pangerang Pettarani untuk menyaksikan Talkshow bertema Pemimpin Bernyali yang dipandu oleh Najwa Shihab.

Saya yang sempat hadir waktu itu juga tercengut bisa melihat langsung para pemimpin Indonesia ini. Salah satu di antara peserta bahkan mengatakan pada saya bahwa dia nge-fans pada Abraham Samad. Antusias peserta memang luar biasa terutama ketika diberi kesempatan bertanya. Mata Najwa dalam Tweet-nya di Tweeter @MataNajwa: Off Air Univ. Hasanuddin Makassar LUAR BIASA! Ganas Bersemangat!

Mengamati Track Record para narasumber Talkshow tersebut, wajar jika mendapat label Pemimpin Bernyali. Jika dari sudut pandang saya, Nyali dari para pemimpin ini terlihat dari cara berpikir mereka yang selalu berada di luar sistem (tidak normatif karena kepakeman dan tradisi), dan pergerakannya selalu radikal (keluar dari zona nyamannya). Nah, di luar daripada konteks apa saja yang dibicarakan, ada yang unik menurut saya dari narasumber dan tema yang diangkat dari Talkshow tersebut. Dari keempat narasumber, ada dua sosok yang merupakan alumni Unversitas Hasanuddin dan asli keturunan Bugis-Makassar. Najwa Shihab boleh saja mengatakan mereka adalah Pemimpin Bernyali, tapi bagaimana jika label mereka diambil dari istilah suku Bugis-Makassar karena mereka adalah putra daerah. Beberapa kata yang saya jaring sambil menyaksikan Talkshow itu adalah kata “Rewa”. Term ini dalam Bahasa Indonesia dekat dengan makna berani. Jadi, apakah “Rewa” cocok sebagai term untuk pemimpin bernyali? Pertanyaan ini sebenarnya saya ingin sampaikan waktu itu. Namun, kesempatan belum berpihak pada saya.

Dalam sejarah Bugis-Makassar, tercatat beberapa tokoh yang terkenal aksi heroik karena keberaniannya. Misalnya, Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka. Orang Bugis-Makassar dalam sejarahnya identik dengan ayam sebagai simbol keberanian atau kejantanan. Sikap mental ini memang terpatri pada setiap lelaki keturunan Bugis-Makassar. Kesimpulan sampai saat ini belum kita bisa tarik bahwa “Rewa” cocok sebagai term untuk pemimpin bernyali. Mengapa?

Fakta yang ada saat ini, menurut layar televisi anda masing-masing Orang Bugis-Makassar rentang dengan tindakan anarkisme atau vandalisme. Ya, saat ini rata-rata liputan tentang tindakan yang seperti itu selalu mengarah pada mahasiswa yang ada di Makassar. Tidak bisa kita pungkiri sehingga banyak opini yang muncul dari masyarakat Indonesia ketika mendengar kata Makassar selalu mengarah pada daerah yang selalu ada demonstrasi yang anarkis. Hal ini bisa saja menimbulkan beberapa kesimpulan, di antaranya:

-Mahasiswa Makassar tidak cocok disebut “Rewa” dan Calon Pemimpin Bernyali karena tidak menggambarkan sikap patriotic sebagaimana para tokoh leluhurnya.

-Mahasiswa Makassar sebagai Iron Stock (Calon Pemimpin) tidak bisa jadi pemimpin karena sikap mental “Rewa”nya yang membuatnya bernyali melakukan tindakan anarkis.

Saya tidak berusaha untuk membangun opini dan mengarahkannya juga sebagai kesimpulan. Tetapi, saya juga tidak berusaha menentang jika ada yang beropini demikian. Menurut saya, sebaiknya kita tidak segera menyimpulkannya. Mari kita analisis dulu.

Seorang dosen FISIP UNAIR melakukan studi dengan judul “Analsis Kultural-Politik Kekerasan Mahasiswa di Kota Makassar” yang dipublikasikan pada February 2012. Dalam penelitiannya, beliau bermaksud untuk mengetahui latar belakang yang mempengaruhi seringnya kekerasan mahasiswa di Makassar dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Ada empat yang menjadi kesimpulan dari penelitiannya bahwa ada beberapa faktor yang melatarbelakangi aksi-aksi kekerasan dan vandalisme yang dilakukan oleh mahasiswa Makassar. Yang pertama, kekerasan sebagai reproduksi dari sejarah dan nilai-nilai budaya maskulin yang kental dengan nuansa kekerasan. Kedua, kekerasan sebagai pengejawantahan dari tindakan kolektif, di mana tawuran antarkelompok mahasiswa terjadi karena rasa memiliki kebersamaan atau identitas kelompok. Ketiga, aksi demonstrasi yang disertai dengan kekerasan dan vandalisme dilatarbelakangi oleh keinginan mahasiswa untuk tampil dipublik. Keempat, aksi demonstrasi mahasiswa yang disertai kekerasan memang sudah disetting sebelumnya. Dari keempat faktor pemicu kekerasan mahasiswa Makassar ada beberapa kesimpulan sementara yang dapat saya tarik, yaitu:

1. Sikap mental “Rewa” yang berarti Berani/Bernyali tidak dapat dijadikan sebagai “The Black Kambing” yang memicu kekerasan mahasiswa Makassar. Sebab, dari hasil studi di atas menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa menjadi sebab.

2. Sikap mental “Rewa” sebagai representasi kejantanan atau pertaruhan gengsi dalam falsafah hidup orang Bugis-Makassar hanyalah menjadi katalisator tumbuh suburnya kekerasan dan vandalisme mahasiswa Makassar. Sikap mental ini seolah “dimanfaatkan” sebagai label sehingga tampak bahwa mahasiswa Makassar melakukan tindakan yang tidak beretika karena “Rewa”. Sikap dan tindakan tidak beretika yang sempat terjadi dalam demonstrasi mahasiswa lebih didominasi kurangnya kesadaran dan ketamakan sehingga menggunakan sikap mental “Rewa” yang telah menjadi prinsip leluhur tidak pada mestinya.

Lantas, sebenarnya falsafah orang Bugis-Makassar yang mengejawantahkan sikap mental “Rewa” itu mengarah ke mana? Dalam sejarah orang Bugis-Makassar, kata ”Rewa” menjadi slogan khusus Kabupaten Gowa, daerah yang menjadi sentral pemerintahan Kerajaan Gowa masa dulu. Bahkan, kata itu sering diteriakkan oleh klub sepakbola kebanggaan Sulawesi Selatan, “Rewako PSM”.

Dalam sikap mental hidup orang Bugis-Makassar, kata “Rewa” bisa menjadi pengejawantahan sikap dan tindakan yang memiliki makna kualitas baik dan positif. Misalnya, “Rewa” menjunjung kebenaran dan kejujuran bahkan sampai rela mempertaruhkan hidupnya. Bahkan “Rewa” juga mengakui kesalahan jika memang salah. Semuanya itu dilandasi karena prinsip ”Siri” sebagai falsafah orang Bugis-Makassar. “Siri” berati malu. Malu jika menjadi yang terbelakang, malu jika berbuat kesalahan, dsb. Sehingga kata “Rewa” seakan menjadi motivasi orang Bugis-Makassar untuk melakukan hal-hal positif karena menjadi adjektiva yang terpatri dalam ranah psikologisnya.

Lebih lanjut lagi, dalam konteks kekinian. Kata “Rewa” dalam arti Berani mempunyai dampak psikologis yang sangat berarti. Dengan berkembangnya zaman, orang-orang Bugis-Makassar dengan sikap mental “Rewa”nya, berani menghadapi tantangan multidimensi. Tidak ragu-ragu dalam mengambil sikap dan tindakan dan berani mengambil resiko, namun juga tidak ceroboh dan gegabah. Apakah betul demikian?

Dalam menakar pemimpin yang bernyali saat ini, kita bisa menjumpainya. Namun, tidak banyak. Beberapa tokoh nasional kita bisa ambil sebagai inspirasi, agar persepsi kita sama. Paling sederhana adalah orang yang berani mengambil inisiatif. Menurut Anda siapakah itu?

Dalam buku ‘Brainware Leadership Mastery’ disebutkan bahwa Pemimpin yang Bernyali bukan berarti bersikap reaktif, tetapi sadar dan antisipatif. Siap menghadapi resiko atas keputusannya “melanggar” ketentuan/aturan atau prosedur yang ada demi organisasi yang dipimpinnya, dan siap menghadapi gejolak karena aturan yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi (rock the boat). Mampu membangun komitmen dan membangun rasa memiliki yang akan membuat mereka berusaha memberikan yang terbaik serta memberi makna terhadap tugas dan tanggung jawab. Orang yang membangun kemauan dengan professional dengan kepribadian yang rendah hati. Tampil dengan tegar dan mantap, tidak adanya terlihat kegentaran dalam melakukan sesuatu. Tekun, daya juang tinggi, dan mau “berkelahi” untuk mempertahankan cita-cita atau gagasannya yang baik.

Jadi, kembali pada topik tulisan saya, apakah “Rewa” cocok menjadi term untuk Pemimpin Bernyali? Silahkan Anda yang menilai sendiri. Sebelum saya mengakhiri tulisan saya, saya ingin mengutip pandangan para narasumber Mata Najwa sebagai closing waktu itu.

Jusuf Kalla, “Pemimpin Bernyali itu harus berani menghadapi persoalan. Jangan pernah lari menghindarinya.”

Mahfud Md, “Pemimpin Bernyali itu harus bersih agar tidak tersandra dengan perilaku kesalahan-kesalahan yang ia perbuat di masa lalu.”

Dahlan Iskan, “Pemimpin Bernyali itu harus ikhlas. Bahkan seikhlas-ikhlasnya meskipun harus kehilangan kehidupannya.”

Abraham Samad, “Pemimpin Bernyali itu harus berani. Jangan takut karena Tuhan bersama orang-orang yang benar.”

Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa sikap mental “Rewa” tidak boleh diselewengkan maknanya, dan tidak boleh digunakan dalam sikap dan tindakan yang tidak sesuai dengan falsafah hidup orang Bugis-Makassar. Jika “Rewa” itu memang mempunyai konotasi yang negatif, tidak mungkin ada manusia di dunia ini yang mempunyai nama Rewa, misalnya Daeng Rewa, ataukah semacamnya. Sekian dan semoga bermanfaat.

“Mulailah, beranilah, dan bertumbuhlah menjadi bijaksana.” Horace

Referensi:

http://alisahab09-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-41909-Umum-Analisis%20KulturalPolitik%20Kekerasan%20Mahasiswa%20%20di%20Kota%20Makassar%20%20%20.html

Brainware Leadership Mastery. ©2007 Taufik Bahaudin

http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/24/ada-apa-dengan-kata-kata-rewako-kamu-jantan/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun