Mohon tunggu...
Zulfi Ifani
Zulfi Ifani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Magelang, namun bertahun-tahun besar di Kupang, NTT. Sehingga merasa tidak sepenuhnya berdarah Jawa. Kini sedang mengumpulkan energi untuk mengakhiri status sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Kepada Tuhan Yang Maha Esa

5 Februari 2010   02:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada pembukaan Daarul Arqam Madya (DAM) IMM Cabang Sleman beberapa hari lalu, ada cerita menarik dari Bapak Khamim Zarkasyi (Tokoh Muhammadiyah Yogyakarta). Di sela-sela taushiyah beliau pada peserta DAM, beliau bercerita tentang Surat Kepada Tuhan yang Maha Esa. Cerita ini ternyata memang banyak tersebar di internet, tapi apa salahnya bila saya ceritakan kembali. Tentu dengan alur cerita yang sedikit berbeda.

Kira-kira seperti ini kisahnya:

Pada suatu ketika hiduplah seorang janda yang miskin. Walau pun miskin, ia tetap mampu menyekolahkan anaknya sampai pada bangku kuliah. Namun, kali ini dia benar-benar tercepit tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayar tagihan kuliah anak-anaknya. Padahal, bila telat anak-anaknya beresiko akan dikeluarkan dari kampus (UGM banget ga sih ini??).

Dia berusaha keras untuk mendapatkan pinjaman dari tetangga-tetangganya. Namun, tetap saja gagal. Akhirnya ia memilih jalan terakhir: mengadu kepada Tuhan. Setelah dipikir-pikir, jalan yang ia tempuh adalah menuliskannya lewat surat. Ia hanya meminta agar Tuhan memberikan bantuan kepadanya cukup 750.000 saja.

Pagi-pagi sekali, ibu tersebut memasukkan surat tersebut ke kotak pos. Setelah melalui proses di kantor pos, tibalah surat itu di tangan petugas pos. Petugas itu pun bingung karena surat itu ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalau dia kembalikan kepada alamat pengirim, dia merasa kasihan juga. Namun, bila dikirimkan, entah kemana dia harus mengirimkannya. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk menanyakan ini kepada Polisi setempat, yang konon amat ahli dalam mencari alamat, sesusah apa pun.

Awalnya, Kepala Polisi yang menerima surat tersebut ikut bingung karena surat itu ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, setelah membaca isi surat tersebut. Ia pun merasa iba dan memutuskan untuk mengajak beberapa kawannya untuk urunan (jawa: iuran). Singkat cerita dari hasil urunan tersebut,  terkumpullah uang sebesar Rp. 600.000, untuk disumbangkan kepada ibu tersebut.

Lalu, Kepala Polisi itu pun dengan ringan hati mengantarkan uang tersebut ke alamat ibu tersebut. Sembari meyakinkan pada ibu tersebut, bahwa surat balasan tersebut memang datang dari Tuhan yang Maha Esa. Dan, ia pun hanya dititipi saja.

Tentu ibu tersebut merasa bahagia bukan kepalang, mengingat Tuhan benar-benar membalas suratnya. Meski ketika dibuka uang yang dia lihat hanya berjumlah 600.000, bukan 750.000 seperti yang dia harapkan. Hingga, akhirnya dia pun menulis surat balasan kembali kepada Tuhan yang Maha Esa.

Kira-kira seperti ini isi surat balasan tersebut :

" Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas perhatianMu pada hamba ini....".

Akan tetapi, hamba masih ingin mengeluh mengapa uang yang hamba terima tidak sejumlah yang hamba minta. Apakah itu karena bantuanMu yang tidak lengkap ataukah karena disunat Polisi (yang memang hobinya "menyunat")??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun