Cerita-cerita ini bukan cuma menghibur, tapi juga memberi kesempatan bagi anak untuk memahami berbagai perasaan dan situasi kompleks. Dengan melihat bagaimana tokoh-tokoh menghadapi tantangan emosional, anak bisa mendapatkan insight tentang perasaan mereka sendiri.
Dan yang lebih seru, cerita fantasi biasanya dilengkapi dengan gambar-gambar imajinatif yang menarik perhatian anak. Ini bikin proses membaca jadi lebih asyik dan menyenangkan! Penambahan elemen visual ini bukan hanya memperkaya pengalaman membaca, tapi juga bisa meningkatkan kecerdasan anak, karena mereka belajar menghubungkan antara cerita dan gambar (Dewi, 2020).
Sobat kompasiana! Kalian pasti setuju kalau bercerita itu bukan hanya sekadar membaca, kan? Metode bercerita itu luar biasa karena memberikan anak-anak pengalaman yang kaya banget! Mereka diajak untuk memahami dan mengelola emosi mereka melalui karakter-karakter dan alur cerita yang menarik. Menurut Khadijah dkk. (2024), tujuan dari metode bercerita ini adalah supaya anak-anak bisa mengembangkan keterampilan emosional mereka.
Bayangkan deh, ketika kita bercerita tentang seorang pahlawan yang merasa takut namun akhirnya menemukan keberaniannya, anak-anak bisa belajar bahwa merasa takut itu normal! Mereka juga bisa menyadari bahwa mereka pun bisa mengatasi rasa takut tersebut. Dengan mengidentifikasi diri mereka dengan karakter dalam cerita, anak-anak jadi bisa menjelajahi perasaan mereka sendiri dan belajar mengekspresikannya dengan cara yang sehat.
Di sisi lain, jika kita mengajarkan pengelolaan emosi hanya berdasarkan teori, sering kali anak-anak merasa digurui dan tidak percaya. Mereka jadi kesulitan memahami apa itu pengelolaan emosi. Nah, di sinilah kegiatan bercerita, terutama lewat dongeng, menjadi solusi yang tepat! Suryanti dan Indrayasa (2022) menjelaskan bahwa bercerita bisa menyampaikan pesan kepada anak tanpa mereka merasa dinasehati. Suasana yang menyenangkan dalam bercerita membuat anak-anak lebih terlibat dan bisa merasakan pengalaman emosional yang disampaikan.
Lalu perlukah kita mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perkembangan emosi pada anak?
Sobat kompasiana, untuk membantu anak dalam mengelola anak melalui cerita fantasi, kita juga perlu tahu faktor yang memengaruhi perkembangan emosi pada anak loh!
Kita perlu tahu bahwa perkembangan emosi anak itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, konflik-konflik yang terjadi dalam proses perkembangan, dan juga dari lingkungan sekitar. Menurut Hurlock dan Lazarus (1991) dalam Khadijah dkk. (2024), ada dua faktor utama yang berperan penting yaitu pematangan atau kematangan dan lingkungan belajar.
Pematangan atau kematangan itu sangat penting, terutama di masa kanak-kanak saat mereka berada dalam periode krisis perkembangan. Ini adalah saat di mana anak-anak siap menerima berbagai rangsangan dari luar. Dengan memberikan rangsangan yang tepat, kita bisa membantu mereka mengoptimalkan kematangan emosionalnya. Misalnya, kita bisa mengajarkan mereka cara mengendalikan emosi yang tidak diinginkan agar bisa menggantinya dengan pola reaksi yang lebih positif.
Nah, yang tak kalah penting adalah lingkungan belajar. Lingkungan sekitar, terutama keluarga dan pengasuh, sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak-anak belajar banyak tentang emosi dari pengalaman sehari-hari dan hubungan mereka dengan orang tua dan teman-teman. Jadi, jika lingkungan di sekitar mereka mendukung dan positif, mereka akan lebih mudah memahami emosi mereka sendiri.
Dengan memahami faktor-faktor ini, kita sebagai orang dewasa harus lebih peka dalam membantu anak mengelola emosi mereka. Salah satu cara yang super efektif adalah melalui cerita fantasi! Kebenaran bahwa bercerita dapat membantu anak mengelola emosinya juga dibuktikan oleh Surati, Parwoto, dan Suriani (2023), yang membuktikan bahwa bercerita bisa meningkatkan kecerdasan emosional dan imajinasi anak. Mereka menemukan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan imajinasi dan kecerdasan emosional anak sebelum dan setelah metode bercerita diterapkan. Keren, kan?