Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat, dan pendidikan mengalami perubahan paradigma belajar yaitu, proses pembelajaran sebelumnya hanya berpusat pada guru (teaching), sedangkan saat ini proses pembelajaran berpusat pada peserta didik (learning). Selain itu pendidikan juga semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan (life skills).Â
Keterampilan itu salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis yang menjadi aspek terpenting yang harus dimiliki oleh peserta didik apalagi dalam belajar sains. Misalnya peserta didik dilatih untuk melatih kemampuan menalarnya menghadapi berbagai masalah sehari-hari dalam situasi berkelompok ataupun individu. Keterampilan berpikir kritis tidak hanya mengingat informasi tetapi pada pencapaian tujuan pembelajaran dalam arti luas yaitu kepribadian siswa yang melek sains. Melek sains atau biasa disebut literasi sains sebagai cara berpikir ini meliputi berpikir kritis, ataupun memecahkan masalah (Dewi, 2015). Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa keterampilan berpikir kritis dengan kemampuan literasi sains memiliki keterkaitan.
Mengapa pada pendidikan abad 21 literasi sains penting untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran?
Melek sains atau Literasi sains merupakan suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang memungkinkan seseorang dapat membuat suatu keputusan dengan pengetahuan dan kemampuan spesifik yang dimilikinya. Mengenai pengertian literasi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam aspek literasi sains meliputi konten (pengetahuan sains), proses (kompetensi sains), konteks (aplikasi sains), dan sikap. Nah untuk mewujudkan literasi sains ini yaitu dengan penelitian atau mengaplikasikan pengetahuan proses sains dalam kehidupan situasi nyata yang dihadapi siswa, baik secara individu maupun kelompok.
Dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada literasi sains harus sesuai dengan hakitat pembelajaran sains di mana pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan siswa
pada hafalan saja melainkan berorientasi pada proses dan ketercapaian sikap ilmiah. Sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu dengan literasi sains peserta didik dapat mengolah cara pikirnya secara kritis dan menjadi pribadi yang kreatif, kolaboratif, serta berkarakter, sehingga peserta didik dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi termasuk dalam menghadapi berbagai tantangan /permasalahan hidup di era global ini.
Dalam mencapai proses pembelajaran yang efektif tentu terdapat bagian yang tidak
bisa dipisahkan yaitu sebuah media pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran melainkan sebagai alat pendukung penguasaan kompetensi literasi sains. Misalnya media konkrit yang dapat dioperasikan secara langsung, biasanya media ini cocok untuk siswa sekolah dasar. Namun tentu media yang dipilih dapat mewakilkan apa tujuan yang akan dicapai, contohnya dalam menggembangkan kemampuan berpikir siswa.Â
Sedangkan model pembelajaran juga tak kalah pentingnya dengan media pembelajaran. Model yang cocok untuk meningkatkan kemamuan berikir kritis siswa misalnya model Problem Based Learning atau PBL (pembelajaran yang berdasarkan pada permasalahan) yang berbasis literasi sains.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat melalui pembelajaran yang berbasis literasi sains dimana harus sesuai dengan hakitat pembelajaran sains dan memperhatikan aspek literasi sains. Selain itu pendidik sebagai fasilitator juga harus dapat memilah media maupun model pembelajaran berbasis literasi sains yang tepat serta dapat meningkatkan minat belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H