Penerapan Agile dalam Pemulihan Sistem Informasi
Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi informasi, pemulihan bencana (disaster recovery) menjadi aspek krusial bagi kelangsungan operasional organisasi. Artikel yang ditulis oleh Corey Baham, Rudy Hirschheim, Andres A. Calderon, dan Victoria Kisekka (2017) dalam Journal of Management Information Systems mengusulkan metodologi agile, khususnya pendekatan Kanban, untuk meningkatkan efektivitas pemulihan sistem informasi dalam situasi bencana. Pemulihan yang cepat dan efisien sangat penting, mengingat bahwa downtime sistem informasi dapat menyebabkan kerugian besar; menurut laporan Computer Associates, downtime IT mengakibatkan kerugian lebih dari $26 miliar di tahun 2010.
Dalam penelitian ini, penulis menunjukkan bahwa metodologi tradisional yang bersifat terpusat seringkali tidak memadai dalam menghadapi situasi bencana yang kompleks dan dinamis. Sebaliknya, pendekatan agile menawarkan fleksibilitas dan responsivitas yang diperlukan untuk mengatasi tantangan tersebut. Melalui pengujian selama dua siklus intervensi, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan Kanban tidak hanya meningkatkan kolaborasi antar tim, tetapi juga menciptakan kesadaran situasional yang lebih baik. Hasilnya menunjukkan bahwa prinsip-prinsip agile dapat mempercepat proses pemulihan dan mengurangi dampak bencana terhadap operasional organisasi. Dengan memahami dan menerapkan metodologi ini, organisasi dapat membangun ketahanan yang lebih baik terhadap bencana yang tidak terduga dan menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.
Penerapan metodologi agile dalam pemulihan bencana menawarkan pendekatan yang inovatif untuk menghadapi tantangan yang dihadapi organisasi saat terjadi gangguan. Penelitian oleh Baham et al. (2017) mengadopsi metodologi penelitian aksi, yang memungkinkan peneliti untuk terlibat langsung dalam implementasi strategi pemulihan di lapangan. Dengan melibatkan dua siklus intervensi, peneliti dapat mengamati dan mengadaptasi proses pemulihan secara langsung, menjadikannya relevan dan kontekstual. Dalam studi ini, pendekatan Kanban digunakan untuk meningkatkan transparansi dan kolaborasi di antara anggota tim, memungkinkan mereka untuk merespons perubahan situasi dengan cepat. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi menunjukkan bahwa tim yang menggunakan Kanban mengalami peningkatan komunikasi, dengan laporan bahwa 70% dari anggota tim merasa lebih terinformasi dan terlibat dalam proses pemulihan.
Lebih lanjut, artikel ini membahas beberapa teori pendukung yang mendasari penerapan agile dalam konteks pemulihan bencana. Literatur tentang pemulihan bencana menunjukkan bahwa pendekatan tradisional sering mengabaikan elemen-elemen adaptif yang dibutuhkan untuk merespons secara efektif terhadap krisis yang kompleks. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip agile, organisasi dapat memperkuat proses pemulihan mereka dengan cara yang lebih responsif dan kolaboratif. Menurut data yang disajikan, 62% organisasi yang mengadopsi metodologi agile melaporkan peningkatan dalam kecepatan pemulihan dan ketahanan sistem.
Kontribusi penelitian ini sangat signifikan dalam konteks sistem informasi. Dengan mengembangkan metodologi agile, penulis menyoroti pentingnya penyesuaian strategi pemulihan berdasarkan situasi yang dihadapi. Pendekatan ini memberikan wawasan praktis bagi praktisi dan manajer TI untuk membangun rencana pemulihan yang tidak hanya cepat, tetapi juga adaptif terhadap kebutuhan yang berubah selama situasi krisis. Hal ini sangat relevan di tengah tantangan global saat ini, di mana organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap ancaman dan gangguan yang tidak terduga.
Penelitian oleh Baham et al. (2017) menegaskan bahwa penerapan metodologi agile, khususnya dengan pendekatan Kanban, dapat meningkatkan efektivitas pemulihan bencana sistem informasi. Penelitian ini merekomendasikan agar organisasi mengadopsi prinsip-prinsip agile dalam perencanaan pemulihan untuk membangun ketahanan yang lebih baik. Dengan fokus pada kolaborasi dan komunikasi yang lebih baik, tim dapat merespons situasi bencana dengan lebih cepat dan efisien.
Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi yang mengintegrasikan metodologi agile dalam strategi pemulihan mereka tidak hanya akan meningkatkan kecepatan pemulihan tetapi juga akan meningkatkan kepuasan pemangku kepentingan. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang adaptif dan responsif, organisasi dapat lebih siap menghadapi tantangan yang muncul, mengurangi dampak gangguan, dan menjaga kepercayaan dari pelanggan serta mitra bisnis. Mengingat kompleksitas dan ketidakpastian di dunia saat ini, adopsi metodologi ini menjadi semakin penting bagi kelangsungan hidup organisasi.
Referensi :
Baham, C., Hirschheim, R., Calderon, A. A., & Kisekka, V. (2017). An agile methodology for the disaster recovery of information systems under catastrophic scenarios. Journal of Management Information Systems, 34(3), 633--663. https://doi.org/10.1080/07421222.2017.1372996
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H