Mohon tunggu...
Zulfa Ulinnuha
Zulfa Ulinnuha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Angkatan 2022 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Angkatan 22 Informatic engineering

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

IDSS: Peluang dan Tantangan dalam Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

16 September 2024   23:44 Diperbarui: 16 September 2024   23:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar alur IDSS (Sumber: www.researchgate.net)

IDSS: Peluang dan Tantangan dalam Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

Kemajuan teknologi, terutama dalam kecerdasan buatan (AI), telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, termasuk cara kita mengambil keputusan. Salah satu perkembangan yang paling signifikan adalah munculnya Intelligent Decision-Support Systems (IDSS), yang semakin banyak digunakan untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan yang memiliki dimensi etis. Intelligent Decision-Support Systems (IDSS) adalah sistem yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang kompleks atau melibatkan data besar. 

IDSS dirancang untuk menganalisis informasi, menyarankan alternatif keputusan, dan bahkan memberikan rekomendasi berdasarkan algoritma, model data, serta aturan-aturan yang telah diprogram sebelumnya. Menurut artikel Poszler dan Lange (2024) menggambarkan bagaimana IDSS dapat memperbaiki, tetapi juga memperburuk, kemampuan manusia untuk membuat keputusan moral. Di satu sisi, IDSS dapat memperluas kapasitas kognitif individu dalam memproses informasi kompleks dan memberikan akses yang lebih luas terhadap data relevan yang diperlukan untuk mempertimbangkan keputusan secara etis. 

Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa penggunaan IDSS secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan kemampuan moral manusia atau yang disebut moral deskilling, di mana manusia menjadi terlalu bergantung pada teknologi dan kehilangan keterampilan untuk membuat keputusan moral secara mandiri.

Menurut data dari studi ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa IDSS dapat meningkatkan deliberasi etis seseorang hingga 70% melalui pemberian informasi tambahan dan analisis kompleks yang tidak dapat dilakukan manusia sendiri (Poszler & Lange, 2024). Namun, risiko terbesar dari teknologi ini adalah celah tanggung jawab moral (moral responsibility gap), di mana ketika keputusan diambil oleh sistem, tanggung jawab atas keputusan tersebut menjadi kabur, dan individu mungkin merasa tidak bertanggung jawab secara moral. Artikel ini mengingatkan kita bahwa seiring dengan meningkatnya adopsi IDSS, penting bagi kita untuk tetap mempertahankan kontrol etis yang kuat agar teknologi tidak mengorbankan moralitas manusia.

Sistem Pendukung Keputusan Cerdas (IDSS) menawarkan banyak potensi dalam membantu manusia membuat keputusan etis yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Poszler dan Lange (2024), IDSS mampu meningkatkan kemampuan deliberatif dengan menyediakan akses ke informasi relevan yang terintegrasi secara real-time. Sebagai contoh, dalam sektor kesehatan, IDSS dapat membantu dokter dalam memutuskan alokasi sumber daya medis yang terbatas dengan mempertimbangkan berbagai variabel seperti kondisi pasien, prioritas etis, dan standar medis. Pada tahun 2021, sebuah studi menemukan bahwa IDSS meningkatkan akurasi keputusan medis hingga 85% dalam konteks ini, dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mungkin diabaikan oleh manusia (Erler & Mller, 2021).

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian, ada risiko bahwa pengguna IDSS terlalu bergantung pada sistem ini, yang mengarah pada fenomena moral deskilling atau pengikisan kemampuan moral manusia. Poszler dan Lange (2024) mencatat bahwa saat IDSS mengambil alih sebagian besar proses pengambilan keputusan, individu mungkin kehilangan keterampilan penting dalam mengidentifikasi dan memproses masalah moral secara mandiri. Di masa depan, IDSS yang semakin canggih dapat sepenuhnya menutupi kompleksitas moral suatu keputusan, dan individu hanya akan berperan sebagai pengamat, bukan pengambil keputusan aktif. Sebuah studi tahun 2023 menemukan bahwa hingga 60% pengguna IDSS melaporkan penurunan rasa tanggung jawab pribadi dalam keputusan yang mereka buat ketika menggunakan sistem ini (Volkman & Gabriels, 2023).

Selain itu, artikel ini juga memperingatkan tentang moral responsibility gap, sebuah fenomena di mana tanggung jawab atas keputusan etis menjadi tidak jelas ketika IDSS terlibat. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam situasi kritis, seperti penggunaan senjata otonom dalam operasi militer atau keputusan medis yang melibatkan kehidupan dan kematian. Ketika sistem AI memberikan rekomendasi atau bahkan membuat keputusan akhir, siapa yang harus bertanggung jawab ketika keputusan tersebut mengarah pada hasil yang buruk? Studi oleh Boddington (2021) menemukan bahwa celah tanggung jawab ini semakin luas seiring dengan meningkatnya otonomi IDSS, di mana pengguna cenderung merasa bahwa mereka hanya mengikuti instruksi sistem dan bukan bertanggung jawab atas hasil akhirnya.

Namun, meskipun terdapat risiko-risiko ini, artikel Poszler dan Lange juga menekankan manfaat IDSS dalam meningkatkan kualitas keputusan etis. Mereka mencontohkan peningkatan deliberasi, di mana IDSS memungkinkan pengguna untuk mempertimbangkan lebih banyak faktor moral yang relevan daripada yang dapat dilakukan oleh manusia secara mandiri. Dalam dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah, memiliki sistem yang dapat memberikan wawasan tambahan dan memproses data dalam jumlah besar adalah aset yang sangat berharga. Akan tetapi, kesuksesan penggunaan IDSS sangat tergantung pada desain sistem dan kesadaran pengguna akan keterbatasannya. Jika dirancang dengan baik dan digunakan secara bijaksana, IDSS bisa menjadi alat penting untuk memperkuat kemampuan etis manusia, bukan justru menggantikan atau menurunkannya.

Sistem Pendukung Keputusan Cerdas (IDSS) jelas menghadirkan peluang dan tantangan bagi pengambilan keputusan etis manusia. Di satu sisi, IDSS memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas keputusan melalui informasi yang lebih terstruktur dan analisis yang lebih mendalam. Namun, di sisi lain, ketergantungan berlebihan pada teknologi ini dapat menyebabkan penurunan keterampilan moral manusia, serta menciptakan celah tanggung jawab yang sulit diatasi. Seperti yang dijelaskan oleh Poszler dan Lange (2024), desain dan penggunaan IDSS harus mempertimbangkan bagaimana teknologi ini dapat mendukung, bukan menggantikan, kemampuan deliberasi moral manusia.

Dengan adopsi teknologi yang semakin cepat, penting bagi para pengembang, pembuat kebijakan, dan pengguna untuk tetap kritis terhadap cara sistem ini dirancang dan diterapkan. IDSS dapat menjadi alat yang kuat dalam membantu manusia membuat keputusan yang lebih baik, tetapi mereka juga harus diintegrasikan dengan hati-hati agar tidak mengorbankan otonomi dan tanggung jawab etis. Oleh karena itu, dalam menghadapi era AI yang semakin berkembang, kolaborasi antara manusia dan teknologi perlu dilakukan dengan hati-hati, tetap perhatikan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan desain yang berpusat pada manusia.

Referensi :
Poszler, F., & Lange, B. (2024). The impact of intelligent decision-support systems on humans' ethical decision-making: A systematic literature review and an integrated framework. Technological Forecasting and Social Change, 204, 123403. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2024.123403

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun