Tangan ini kaku tak bisa bergerak, bibir kelu tak bisa berkata dan fikiranku buntu tak tahu harus berbuat apa. Aku kecewa saat itu, tanpa berfikir panjang, aku yakin bahwa pilihanmu bukanlah aku. Jika kau tak tahu, aku adalah seorang wanita yang tak ingin bersapa dengan sakit hati karena perasaan... Itulah hal yang sudah kubuang dan berjanji untuk tak kuulangi lagi, aku trauma dengan perpisahan yang menyisakan kerinduan yang mendalam sekaligus kekecewaan yang tak berujung. Maka, disaat aku menduga hal itu... aku takut akan sebuah sakit hati yang akan terulang kembali, akhirnya kusudahi segala yang berhubungan denganmu. Tapi ajaibnya aku tak pernah sekali pun berhenti memintamu kepada Tuhanku, aku percaya itu bukan maksudmu... itu hanya ketidaksengajaan yang berujung dengan kekecewaan.
Jika kau ingin berhenti, berhentilah... tapi aku tak akan pernah berhenti sebelum sesuatu yang pasti menghentikanku. Memang, sekeras kepala itu aku mencintaimu, bahkan aku percaya kepada sesuatu yang sangatlah tak pasti untuk diperjuangkan. Kalau kau bertanya kenapa?... Aku jawab, karena aku seorang wanita. Cintanya wanita bisa kupastikan adalah cinta suci yang benar-benar datang dari dalam hatinya, keteguhan seorang wanita adalah keteguhan yang tak semudah itu dipatahkan. Maka, jika kau masih ingin berjuang, kemarilah... Mari kita berjuang di jalan yang kita sendiri tak tahu kemana ujungnya, ke jalan yang kita sendiri tak tahu akan bagaimana indahnya, atau malah akan berujung kepada kepediahan yang sama. Dengan ini aku akan terus mengagumimu dalam diamku dan memilih untuk tetap melakukan hal bodoh itu sampai hal yang pasti itu datang dan mengabariku untuk berhenti mencintaimu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H