Pasca kau pergi, teriakan dunia lebih jelas kudengar. Mereka menjerit sekencang-kencangnya menunjuk-nunjuk kepada sesuatu yang sebenarnya tak akan pergi kemana pun. Pasca kau pergi, riak ombak amarah dengan kencangnya menabrak dan menghantam karang keteguhan. Tak tahu apa yang akan terjadi, seorang yang teguh hanya akan percaya kepada Tuhannya bukan? ku merasakan semuanya disaat kau telah pergi, seorang yang teguh percaya bahwa Tuhannya menghendaki semua ini hanya karena Dia tahu apa yang terbaik diantara riuh angin dan gemericik hujan. Akan ada secercah cahaya dan kehangatan yang selalu didamba.
Bu, Tuhan tahu bahwa engkau lebih baik daripada seribu mawar yang mekar ditepi riuknya sungai. Tuhan tahu engkau lebih berharga daripada dunia yang dikejar orang yang tak memiliki kaki pun. Tuhan tahu engkau lebih indah daripada hujan bulan Juni yang memiliki bau yang kusuka.
Tuhan hanya tak mau engkau melihat dengan mata kepalamu, ketika anak berani menentang ayahnya dengan lantangnya, Tuhan hanya tak mau jika engkau harus mendengar hiruk pikuk amarah dengan jargon maha benarnya, Tuhan juga tak ingin engkau merasakan kesepian dijalan yang dimana hanya engkau yang berjalan diatasnya. Sedangkan semua orang berbondong-bondong mengejar sesuatu yang tak pasti bisa dikejar. Ketika mereka hanya melihat jalanmu yang penuh duri dan bebatuan tajam, dan jalan mereka yang lurus dan tak ada halangan. Sampai mereka lupa bahwa mereka mengejar ketidakpastian dengan jalan yang pincang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI