Mohon tunggu...
Zulfar Rr.
Zulfar Rr. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pernah jadi blogger dan masih mengaku sebagai blogger. Jarang menulis kecuali jawaban ujian, banyak baca tetapi hanya sepatah dua patah kata blog pribadi saya http://farrachman.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerbong Pasar, Kisah dari Gerbong K3

2 Juni 2011   18:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:56 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Apa kesan sahabat Kompasianer saat naik kereta api di Indonesia. Terutama jika naik kereta api K3(kelas ekonomi). Ada berbagai kesan dari sedikit teman saya yang pernah dan sering bepergian dengan kereta api. Mulai dari yang senang, suka hingga yang bilang kapok tidak mau lagi naik kereta api kelas ekonomi. Saya merekam beberapa cerita seputar kereta ekonomi dari beberapa teman dan juga kesan sendiri.

  Sejak menjadi seorang perantauan, saya mulai akrab dengan Pantura Jakarta-Semarang. Selain jalan raya Pantura juga jalur Pantura kereta api. Satu tahun lebih 5 bulan tinggal di Jakarta, saya sudah lebih 7 kali bolak-balik Jakarta-kampung halaman. Saat mengetik tulisan ini pun saya sedang menikmati perjalanan kereta ekonomi menuju Semarang. Kali ini seri kereta api K3 memunculkan sebuah ide aneh. Saya teringat cerita perjalanan kereta teman-teman yang juga perantauan.

  "Mending naik kereta, anti macet dan lebih cepat." Sebagaimana diketahui, jalur Pantura memang sering mengalami kerusakan jalan. Akibatnya perjalanan dengan bus atau mobil sering terhambat macet karena perbaikan jalan. Itu kesan teman yang trauma terjebak macet berjam-jam. Lalu "Enak naik kereta api ekonomi. Kalau lapar atau haus tinggal beli makanan dan minuman.". Ada saja kesannya. Kemudian kesan tidak menyenangkan dari seorang yang merasa kesusakan di kereta "Saya kapok naik kereta ekonomi. Sudah panas, berdesak-desakan lagi.". Maklum, dia tidak dapat tempat duduk saat itu.

  Saya bisa mengerti kesan mereka. Saya juga pernah merasakan. Namun dari beberapa contoh kesan di atas, saya merasa aneh dengan komentar "Enak naik kereta api ekonomi. Kalau lapar atau haus tinggal beli makanan dan minuman.". Memang benar begitu adanya. Berbagai makanan dan minuman tersedia di atas gerbong K3. Selain penumpang, ternyata kepadatan kereta juga di dukung oleh para penjaja makanan. Para penjual asongan itu menjadi satu dengan penumpang di atas gerbong. Layaknya sebuah pasar jajanan, ada banyak penjual dengan beraneka macam makanan. Air mineral, nasi goreng, kopi, nasi rames, gorengan, lontong, dsb. Kalau disebutkan semuanya saya bingung sendiri. Maka tak heran bila teman saya berkomentar begitu. Dia menanggapi adanya pedagang asongan di gerbong dari sisi baiknya.

  Di sisi lain keberadaan pegadang asongan dianggap mengganggu oleh sebagian penumpang. Mungkin itu juga yang jadi sebab teman saya yang lain kapok naik gerbong K3. Padahal kehadiran mereka lebih banyak manfaatnya bagi penumpang. Contoh, bila tiba-tiba masuk angin. Dan persiapan obat tidak ada. Para pedagang asongan itu ada yang menjual obat-obatan juga lho. Masih mengenai pedagang asongan. Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya sebagian besar pedagang bukan pedagang asongan sembarangan. Mereka telah berserapam dan terorganisir. Ada semacam komunitas atau paguyuban yang menyatukan mereka. Salah satu nama komunitas yang sempat saya baca dari bajunya adalah PASCI(Pedagang Asongan Stasiun Cirebon) dan PAST(Pedagang Asongan Stasiun Tegal). Nama komunitas sesuai asal mereka. Dan sepertinya pihak KA mendukung adanya wadah bagi para pedagang asongan. Dengan adanya wadah tersebut berarti jumlah mereka bisa terkontrol. Selain komunitas dari kedua stasiun diatas, masih ada lagi dari stasiun-stasiun lainnya.

  Berhubung saya sudah sampai tujuan, sekian dulu cerita sepanjang rel keretanya. Hal apapun pasti ada positif dan negatifnya. Kita ambil positifnya saja biar sama-sama enak.


Catatan dalam gerbong K3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun