Mohon tunggu...
zulfaniadrian
zulfaniadrian Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari ketenangan

Hidup dalam dingin Diam dalam gelap Bersahabat dengan bayangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Manusia dan moralitas

2 Januari 2025   09:52 Diperbarui: 2 Januari 2025   09:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia... Adalah makhluk hidup yang diberikan akal. Akal digunakan untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Namun, mengapa banyak orang pintar, tapi dia melakukan hal yang buruk? Seperti korupsi contohnya.

Yah, koruptor adalah orang yang pintar, karena mereka tahu bagaimana caranya mencuri dalam jumlah besar tanpa ketahuan, meskipun pada akhirnya mereka tertangkap. 

Perlu diketahui, bahwa manusia memiliki akal dan nafsu. Nafsu akan terus mengarahkan kita pada hal-hal yang buruk. Sedangkan akal yang diisi oleh ilmu yang bermanfaat akan mengarahkan kita pada hal-hal yang bermanfaat juga. 

Baiklah,  mari kita jawab pertanyaan yang ada di awal. Seseorang yang pintar tapi dia melakukan hal yang buruk maka dia tidak layak disebut pintar, karena pada hakikatnya dia tidak menggunakan akalnya dengan benar. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri agar bisa menguasai dan mengendalikan sesuai keinginannya, lantas apa yang membedakan dia dengan hewan yang hanya memikirkan makanan?. Lalu bagaimana jika koruptor tersebut sering bersedekah dan berbuat baik? Tetap saja, seorang koruptor meski suka bersedekah ataupun berbuat baik, dia tetap tidak bisa disebut orang yang berilmu. Pada intinya mereka hanya memiliki kepentingan dengan orang-orang. Ntah itu karena ingin dipilih lagi, atau hanya ingin mendapatkan citra yang baik dari masyarakat. Oleh karena itu, seseorang yang berilmu pasti akan menggunakan ilmunya untuk menuntun nafsunya. Sedangkan orang itu malah nafsunya yang menuntun akalnya. Nah ketika nafsu menuntunnya maka terjadilah hal-hal yang buruk. Karena sejatinya, ilmu digunakan untuk berbuat kebaikan, ntah ilmu apapun itu.

Saya pernah mendengar dari seorang pebisnis, dia mengatakan ingin berbisnis dengan membuat suatu pekerjaan yang sangat nyaman sehingga orang-orang disana tidak melakukan korupsi. Namun menurut saya pemikiran itu sangat keliru, andaikan dipersentasikan kemungkinan berhasilnya hanya sekitar 60% sedangkan kemungkinan ini termasuk rendah. Jadi, langkah yang lebih masuk akal dan memiliki persentase yang lebih besar itu dengan memilih pegawainya dari sifat dan karakternya. Hal ini akan memberikan persentase sekitar 70-80% lebih besar dibanding yang pertama. Alasannya, karena kejahatan itu sering terjadi ketika adanya kesempatan, bukan karena keinginan semata. Karena itu mau senyaman apapun pekerjaannya, jika memang orang itu tidak bisa mengendalikan nafsunya, maka dia akan tetap mengambil hak orang lain karena kerakusannya.

Kalian pasti tahu kalau manusia itu merupakan makhluk sosial. Ya, manusia tidak mungkin hidup sendirian, ntah setidak peduli apapun dia pada orang lain. Karena dia pasti memiliki sebuah kepentingan dengan manusia lainnya. Walaupun hanya sekedar interaksi. Karena itu, marilah kita bersama-sama saling menghargai semua orang yang berada disekitar kita. Bagaimanapun, kita pasti membutuhkan bantuan mereka suatu saat nanti.

Untuk mencegah korupsi dan yang lainnya, kita harus memulainya dari bawah. Seperti mengingatkan ketika ada orang yang melakukan kesalahan. Karena hal besar pasti berawal dari hal kecil. Seperti ketika melihat penyuapan ntah itu ditempat kerja, sekolah, atau yang lainnya. Hal yang terlihat sepele seperti inilah yang harus kita berhentikan dari awal, karena ketika hal ini menjadi biasa dikalangan masyarakat maka nanti akan dianggap sebagai suatu kebiasaan atau bahkan sesuatu yang wajar. Dan ketika hal ini berlanjut, maka dampaknya akan semakin besar sampai dampak dari kerugian tersebut tidak bisa kita bayangkan. Setelah itu, kita baru sadar, bahwa sikap yang kita ambil selama ini merupakan suatu kesalahan. Meski begitu, belum terlambat untuk merubahnya. Kita bisa memulai sedikit demi sedikit membuat hal-hal yang buruk berkurang.

Marilah kita memulai pergerakan demi kesejahteraan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun