Mengenal Kenikmatan Sejati: Dari Bahasa ke tasawuf.
Kenikmatan seringkali dipahami secara sempit sebagai sesuatu yang menyenangkan atau menghibur. Namun, dalam perspektif tasawuf, kenikmatan memiliki makna yang jauh lebih dalam.
Kenikmatan dalam Bahasa dan Tasawuf
Secara bahasa, kenikmatan berarti sesuatu yang enak atau menyenangkan. Namun, menurut Imam Ibn 'Athailah, kenikmatan sejati adalah sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah. Perbedaan ini sangat signifikan.
Tiga Hal yang Mpersempit Makna Kenikmatan
Sayangnya, banyak orang mempersempit makna kenikmatan hanya pada:
1. Harta
2. Tahta
3. Wanita
Hal ini mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti kesehatan, umur, dan nikmat-nikmat lain yang sering terlupakan.
Pesan Imam Ibn 'Athailah
Imam Ibn 'Athailah berkata dalam kitabnya: "Barang siapa yang tidak mengetahui kenikmatan, ketika nikmat itu ada padanya, maka ia akan mengetahui ketika nikmat itu telah hilang pada dirinya." ( )
Perhatikan kata "" (mengetahui) yang digunakan bukan "" (mengetahui secara terbatas). Ini menunjukkan bahwa kenikmatan sejati memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.
Kesimpulan
Kenikmatan sejati tidak hanya tentang kesenangan duniawi, melainkan tentang kedekatan dengan Allah. Mari kita menghargai nikmat-nikmat yang sering terlupakan dan memperdalam pemahaman kita tentang kenikmatan sejati.
Bagaimana pandangan kalian dalam memaknai kenikmatan? Silahkan tulis dikomentar ya!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H