Mohon tunggu...
Zulfan Fauzi
Zulfan Fauzi Mohon Tunggu... Novelis - Prosais, penulis

Penulis asal Gambut, daerah yang terjebak di antara Banjarmasin dan Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gambut dari Waktu ke Waktu

6 Januari 2024   11:37 Diperbarui: 11 Januari 2024   13:50 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak adanya regenerasi petani adalah salah satu alasan kenapa sawah-sawah menjadi dijual. Pula, harga jual sawah yang menggiurkan pun menjadi salah satunya. Saya pernah mendengar suatu pamandiran di warung yang mengatakan bahwa petak-petak sawah milik si Haji yang tak perlu disebutkan namanya itu laku terjual dengan harga satu milyar rupiah. Lalu, tanah yang ada di pinggiran jalan A. Yani di Gambut laku hingga dua milyar rupiah.

Saya pikir hampir tidak ada satupun orang yang tidak tergiur dengan nominal uang yang ditawarkan tersebut. Alih-alih terjebak romantisme masa lalu, ketika ba hujan ba panas di tangah pahumaan saat menggarap sawah, para petani yang tidak lagi muda ini yang seandainya mereka adalah ASN maka saat ini mereka sudah memasuki masa pensiun, maka sudah saatnya mereka purna tugas dan memilih untuk jadi realistis, lalu menikmati hidup.

Harga tanah yang tinggi juga tidak terlepas dari letak Gambut yang strategis, Gambut adalah jembatan penghubung antara Banjarmasin dan Banjarbaru. Entah kota yang mana yang jadi ibu kota Kalsel, peran Gambut tetap sama, yaitu penghubung antara dua kota tersebut.

Saat Banjarmasin masih jadi ibu kota Kalsel, Gambut bagaikan sebuah kota penyangga bagi mantan ibu kota tersebut. Harga tanah dan properti yang mahal di Banjarmasin menyebabkan banyaknya orang Banjar yang memilih untuk memiliki rumah di daerah Gambut.

Jarak yang tidak terlalu jauh dengan tempat kerja mereka di Banjarmasin, yaitu sekitar tiga puluh menit dengan sepeda motor dari Gambut menjadi alasan kenapa banyak keluarga muda dari Banjarmasin untuk menetap di Gambut. Bahkan, ketika ibu kota Kalsel pada akhirnya dipindah ke Banjarbaru, jarak dari Gambut ke ibu kota baru itu pun tetap sama yaitu sekitaran tiga puluh menit.

Seperti Cassandra dari mitos Helen of Troy yang mendapat anugerah dan kutukan sekaligus dari para dewa, yaitu bisa meramalkan suatu kejadian tapi mendapat kutukan bahwa tidak ada satupun orang akan mempercayainya, maka Gambut dengan kestrategisan letaknya sebagai jembatan penghubung antara ibu kota lama dan juga baru, seakan mendapat anugerah dan juga kutuk yang sama.

Maraknya berbagai macam pembangungan berupa, hotel, ruko, dan juga pabrik sudah dipastikan akan meningkatkan pendapatan daerah dan menyerap banyak tenaga kerja yang bisa diartikan sebagai anugerah.

Namun, di sisi lain, masifnya pembangunan itu hadir bagaikan kutukan yang semakin menggerus lahan persawahan hingga embel-embel Kota Padi Keren itu tak cocok lagi disematkan kepada Gambut. Hingga pada akhirnya Gambut pun kehilangan jati dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun