cerpen  “ Last Hope for Last Love Jilid 1 : Asmara Di Tengah Pandemi “. Namun sebagai manusia biasa, saya tak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan baik pada teknik penulisan maupun pemilihan kata.Â
Segala puji penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya lah saya sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunanSaya menyadari bahwa tanpa arahan dan masukan-masukan dari berbagai pihak yang telah membantu, mungkin saya tidak bisa menyelesaikan cerpen ini tepat waktu. Cerpen ini dibuat sedemikian rupa hanya sebagai inspirasi kepada anak muda Indonesia untuk selalu memanfaatkan kesempatan berkarya dan berinovasi selagi muda, terlebih khusus karya tulis.
 Maka dengan kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian cerpen, termasuk sosok dibalik cerpen ini.
 Semoga karya tulis ini dapat menghibur dan mudah dipahami bagi para pembaca, khususnya untuk dia… Â
Pontianak, 14 Juli 2020
Penulis
Secercah harapan dibalik semua ketakutan yang melanda dunia. Tentang sebuah rasa yang harus tertahan. Tentang rindu yang harus diobati. Tentang hati yang sangat sensitif ini. Semoga semua ini cepat berlalu.
Percayalah. Hanya kata ini yang seakan menguatkan kita. Hanya kata ini yang dapat menghadirkan cahaya. Dan hanya kata ini yang dapat membuat kita tersenyum.
Kisah asmara yang tidak semua orang bisa mempertahankannya. Saling percaya dan saling mengisi seakan tidak ada artinya lagi dikala semua ini terjadi. Menadahkan tangan, menundukkan kepala dan berharap lewat doa di malam yang sunyi. Semoga Engkau kuatkan iman ku, agar tetap satu hati meskipun ditengah pandemi.
Asmara Di Tengah Pandemi
Perjalanan Hidup yang Selama Ini Tertutup
Terlahir 20 tahun silam dari keluarga yang sederhana, pahit dan manisnya kehidupan telah aku cicipi. Ya, karena perjuangan mereka tidak bisa aku gadaikan dengan apapun.
Teringat diriku pernah hampir meregang nyawa pada usia 2 tahun saat terjadi wabah luar biasa demam berdarah. Firasat buruk dari kedua belahan surga ku, menyelamatkan  ruh yang hanya satu ini untuk berpulang. Trombosit darah yang menunjukkan angka 35, membuat mereka tak kuat menahan air mata. Sepuluh tabung infus dengan perihnya harus mengalir lewat suntikan. Syukur pun terucap, nyawaku masih bisa tertolong. Hingga sekarang, bekas itu masih melekat pada tangan kidal ku.
Itulah yang menjadi pemacu diriku untuk selalu memberikan yang terbaik. Itulah yang menjadi suntikan tenaga untuk aku berjuang. Dan itulah yang menjadikan diriku rendah hati, karena tanpa manusia siapapun tidak bisa hidup. Sampai detik ini pun tidak ada siapapun yang bisa menguburkan jenazah nya sendiri.
Menjalani bangku sekolah dasar, prestasi ku mungkin tidak sementereng teman - teman ku. Menyentuh lima besar saja sudah ada rasa kebanggaan buat diri ini. Ditambah kehadiran seorang sahabat sebagai penyemangat dan hingga kini persahabatan kami sudah terjalin selama 13 tahun. Meskipun berbeda dalam segi status sosial, namun masa kecil kami merasakan hal yang sama. Terkenal dengan sifat cengeng buat teman-teman sering mengerjai kami, tapi masih dalam batas kewajaran. Memang dasar diri kami yang pecundang juga, hehehe...
Beda halnya di bangku sekolah menengah pertama, meskipun prestasi ku cukup meyakinkan tapi diriku bisa terbilang lebih sering untuk direndahkan. Lemah tanpa perlawanan, menjadikan diriku mudah untuk di bully. Hal ini yang membuatku jadi sosok yang penakut, mental ku menjadi lemah dan sering menutup diri.
Semua itu dilunasi pada saat diriku menginjak bangku SMK. Pencarian jati diri terus aku lakukan yang didukung juga oleh pihak sekolah. Ditambah dukungan sahabat dan teman-teman seperjuangan yang mengayomi diriku untuk sukses, menjadikan mental ku setajam pedang yang sudah diasah, ditempa dan dipanaskan pada suhu tinggi. Persaingan yang semakin ketat tidak membuatku mudah menyerah, karena diri ini tidak diciptakan untuk selalu kalah. Ambisi terbesarku akhirnya terwujud dengan berhasilnya diriku menginjakkan kaki untuk pertama kali di tanah Jawa.
Namun perjalanan hidupku tidak semulus dengan apa yang diinginkan. Untuk pertama kalinya diriku benar - benar telah merasa gagal memperjuangkan pendidikan ku. Bermodalkan ijazah SMK tidak menjamin diri ini terus berprestasi hingga bangku perkuliahan. Faktor finansial menghantui diriku dalam perantauan disana. Orangtuaku yang sedang dalam fase sulitnya ekonomi mendorong diriku untuk berhenti dan memilih untuk bekerja membantu orang tua. Pilihan yang benar-benar cukup sulit untukku saat itu. Pengalaman adalah guru terbaik. Aku yakin apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Semoga semua ini ada hikmahnya.
Perjalanan Asmara Penuh dengan Luka
Readers, jujur diriku tidak pernah merasakan apa itu pacaran. Namun diri ini pernah merasakan apa itu cinta. Kalian tahu artinya apa ? Aku merasakan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Sampai saat ini sudah aku rasakan hal itu tiga kali, namun hanya dua yang akan aku ungkapkan dalam karangan ini. Yaitu cinta monyet dan cinta bodoh.
Kisah pertama terjadi di bangku sekolah dasar. Gadis rantauan asal Jakarta berhasil membuatku terpukau dengan prestasinya. Sejak kelas 2 SD, dia dan diriku sering dicocokkan dengan teman-teman sekelasku, karena seringnya diriku dipasangkan duduk semeja dengannya.
Sampai akhirnya aku merasakan kehilangan dirinya saat dan harus berpisah karena orangtuanya berdinas di Bekasi selama satu tahun, membuatku pasrah dia takkan kembali. Namun akhirnya dia kembali membawa sosok yang berbeda. Aku pikir dirinya sudah tidak mengingatku lagi karena dia lebih dekat dengan teman-temannya.
Tak jarang dalam beberapa momen, dia masih mempedulikan diriku. Aku sebenarnya malu untuk mengungkapkan nya secara langsung dan akhirnya ku ungkapkan lewat secarik kertas dengan cara seperti anak kecil, yaitu membuatnya cemburu. Dan hasilnya juga seperti anak kecil, diriku langsung ditolak mentah-mentah dengan dua wanita dikelas.
Rasa ini bertahan sampai penghujung kelulusan. Sampai dirinya bilang, " kalau kamu mau jadi pacar aku, kamu harus pintar MTK dulu ". Dengan sekuat tenaga, aku berjuang untuk mendapatkan nilai diatas rata - rata. Memang berhasil, namun sampai kelulusan tiba tidak ada jawaban dari dia.
Kisah kedua terjadi di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikannya terlalu dalam karena itu hanya ajang pencarian bakat biasa di televisi. Namun ketika seorang gadis muda yang berusia 13Â tahun saat itu melantunkan " suara malaikat " nya yang berhasil buat tubuh ini sejenak terdiam. Wajahnya kala itu, membuatku penasaran siapa sosok ini.
Dia pun aku jadikan sosok pelipur lara dari kisah pembullyan pada masa SMP. Bukannya  menambah enak suasana, tapi itu justru menjadi boomerang kepada diriku sendiri. Aku pun dikucilkan dan direndahkan oleh mereka. Mereka bilang aku frustasi karena cinta yang sering ditolak dan akhirnya menjadikan sosok itu sebagai " pacar khayalan ". Masa yang benar-benar pahit untuk dikenang dan pahit untuk diulang.
Dua tahun lebih aku memendam rasa kepadanya, tanpa terasa dirinya berkembang menjadi wanita yang aktif di dunia permusikan Indonesia. Semakin terkenal dirinya, membuat perasaan ini juga semakin jauh melambung tinggi. Awalnya aku hanya kagum sebagai fans, tetapi dari sisi baik lainnya buat aku akhirnya jatuh hati. Aku pun berniat untuk bisa bertemu dengannya di kota hujan, tempat dia tinggal.
Namun aku tersadar ketika aku telah gagal di perkuliahan setahun berikutnya. Bahwa perasaan ku kepadanya tidak akan pernah terbalaskan. Sudah resmi jadi penyanyi internasional, membuatku sangat pesimis untuk mendapatkan hatinya.
Cinta pertama dan cinta kedua adalah pelajaran yang berharga untuk diriku. Ketika perasaan yang tidak dihargai, menjadikan diriku tidak mudah lagi mencintai. Berharap perasaan ini terbalaskan pada cinta ketiga, cinta yang akan menjadi penantian panjangku selama ini menahan rasa kecewa. Berharap pula cinta ketiga nanti adalah cinta terakhir dan cinta sejati ku.
Last Hope for Last Love
Awal Jumpa, Yang Takkan Terlupa
Kegagalan perkuliahan membuat ku sempat terpukul. Hingga akhirnya aku memilih banting tulang untuk menafkahi diriku sendiri. Serasa monoton di dunia kerja, membuatku diselimuti rasa bosan dan jenuh yang menjadi - jadi. Setelah 9 bulan ku bertahan, penantian panjang ini terbayarkan.
Hadir disaat yang tidak terduga, membuat diriku awalnya acuh saja. Aku yang tengah berambisi untuk mengejar dunia tiba2 hilang dan mati rasa. Nama yang terngiang di telingaku dan senyum yang indah di bola mataku membuat semuanya berubah.
Menjalani kegiatan praktik kerja lapangan, dia pun sering membantu membuat kue bersama pastry chef, yaitu Pak Iwan dan Kak Wenny. Diriku pun penasaran dan perlahan menyelidikinya. Aku tak melihat dia semata-mata dari fisiknya saja. Namun kematangan dan akhlak nya bisa kulihat dari cara dia bicara dan tingkah lakunya.
Sayang, tuntutan bekerja dengan waktu yang tidak menetap membuatku harus menahan hasrat ini untuk selalu menatap senyuman nya. Namun aku begitu bersyukur, telah menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang hadir dalam dirinya.
Awalnya dengan langkah seribu ragu dan seribu malu aku ingin mendekatinya. Tapi perlahan dia lah yang membawaku untuknya. Tak gengsi, senang bercanda dan cekatan membuatku perlahan luluh. Lelah ku dalam bekerja dibayar lunas dengan semua yang ia berikan.
Hari - hari kulewati bersamanya. Tak terasa di penghujung minggu tugasnya telah selesai. Diriku dilanda kebingungan tentang apa yang harus kuberikan sebagai tanda syukur bertemu dengannya. Masih dalam keraguan yang sama, untuk diriku bertukar nomor telepon dengannya. Akhirnya ku ungkapkan perasaan gelisah ku lewat beberapa lembar kertas. Memang harus ku akui kalau setiap pertemuan pasti ada sebuah perpisahan.
Dibalik jeruji rindu ini, ku menunggu pesan singkat darinya. Dia pun menjawab dan memberi nomor pribadinya. Dimulai lah diriku terlibat dalam obrolan ringan sambil tersenyum melihat dirinya penuh dengan kerinduan saat praktik kerja lapangan. Bagaimana tidak, dirinya sangat ingin kembali tertawa bersamaku, Pak Iwan, Kak Wenny dan rekan - rekan lainnya.
Suasana kebersamaan yang jarang ia dapatkan. Aku sempat berbalut penyesalan ketika dia pergi mengunjungi ku, tetapi aku tidak sempat hadir untuknya karena kesibukan dengan pekerjaan ku. Dia menanyakan hal itu, yang meyakinkan hati ini kalau dia benar-benar rindu. Seketika hatiku tertegun dan benar-benar tidak menyangka bisa merasakan hal yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Harap maklum he.. he.. he..
Kisah asmara yang penuh dengan kepalsuan telah aku rasakan sebelumnya, yaitu cinta bertepuk sebelah tangan. Biarlah waktu yang mengubah semuanya.
Timbul Harapan, Awal Sebuah Hubungan
Di suatu hari, sebuah video ia kirimkan lewat pesan singkat. Bermodalkan aplikasi karaoke di sosial media dan speaker dengan alunan lagu Halu, karya Feby Putri dia nyanyikan untukku. Meskipun berdurasi singkat, video itu berhasil membuat hatiku terpikat. Aku tahu kala itu dia malu untuk mengungkapkan kalau dia lah yang punya suara itu. Tapi setelah ku dengar berulang kali, aku yakin itu adalah suara miliknya. Dalam hati ku berkata " Ciee yang malu - malu "
Sampai suatu saat tersurat kabar yang membuat heboh seluruh dunia bahwa terjadi wabah di negeri Tirai Bambu. Pada awalnya kukira itu hanya wabah lokal saja. Namun fakta berkata lain. Wabah itu di cap oleh badan kesehatan dunia sebagai pandemi global.
Beberapa Minggu setelah kabar itu mengusik ketenangan ku, tersiar kabar bahwa Indonesia sudah positif virus pandemi tersebut. Menjadi alarm, menjadi tamparan, menjadi daya kejut buat diri ini untuk selalu mawas diri. Perlahan tapi pasti, rumah2 ibadah diseluruh dunia tutup. Akses perbatasan antar negara, pabrik - pabrik, tempat wisata dan cafe tutup. Termasuk tempatku mencari nafkah yaitu perhotelan juga ikut terdampak hingga harus mengistirahatkan sebagian besar karyawannya.
Timbul kekhawatiran ku terhadap dirinya. Sempat harus terjebak dalam situasi diluar kendali, membuat ku harus putus komunikasi sejenak. Syukur 10 hari setelahnya kami kembali saling berkomunikasi satu sama lain dan ia memberitahu bahwa dia sudah pulang ke kampung halamannya, yaitu desa kecil bernama Seburing.
Aku pun merasa bahagia tak tertakar kala itu. Ditambah pada malam harinya dia mengajak ku video call yang menambah citarasa adonan rindu yang akhirnya terbayarkan. Untuk pertama kalinya seumur hidup ini diajak video call dengan cewek. Tampilannya yang sederhana berbalut hijab hitam malam itu tak bisa ku lupakan begitu saja. Dengan nada yang cukup gugup kala itu aku berbagi cerita dengannya.
Diriku mulai berlatih untuk bisa menjadi sosok yang setia. Setiap malam sebelum aku tidur, selalu ku sempatkan diri ini mendengar lagu yang bernuansa cinta dan jodoh sambil menatap kecantikan dirinya lewat foto-foto nya. Dalam benak kecil ku berkata " aku akan bangga jika bisa memiliki dia seutuhnya ".
Hingga hati ini pun berharap disetiap sepertiga malam terakhir, untuk bisa bersama dirinya hingga akhir hayatku. Gejolak hati yang meronta - ronta menjadi pudar dibasuh dengan dinginnya udara dini hari. Ku pasrahkan diriku ini kepada Sang Khalik, berharap Dia memberikan yang terbaik.
Belajar Dari Salah, Bukan Artinya Menyerah
Aku sadar, cara yang diriku gunakan mungkin salah. Dengan melontarkan pertanyaan yang sering mengganggu privasi dia dan menanyakan hal yang kurang penting di masa lalu. Diri ini selalu meminta koreksi, tapi kesalahanku mungkin sudah di titik tanpa ada spasi. Tanpa kepastian membuat aku dan mungkin dirinya dalam kegelisahan.
Akhirnya titik jenuh bercampur kecewa pun terjadi. Chat yang biasanya dibalas dengan cepat kini hanya dibaca tanpa respon. Dan puncaknya ketika suatu malam, sebuah video seorang pria memainkan gitar terpampang jelas di status hariannya. Melihat postingannya, entah kenapa aku terdiam dan dada terasa sesak. Lantunan maaf pun aku hadirkan kepada Tuhan dan dalam hati ku berkata " Apakah ini cobaan darimu Tuhan ? "
Ditengah perasaan yang sedih bercampur rasa kecewa, aku tetap mendoakan yang terbaik untuknya. Berharap kepada Sang Maha Pencipta, jika memang dirinya adalah takdirku maka kembalikan lah dan jika dirinya bukan takdirku maka jauhkanlah.
Tersadar dari mimpi tadi malam, aku terinspirasi dari sebuah film yang membahas tentang kapan seseorang harus bertahan dan berhenti dalam suatu hubungan. Itu yang membuat ku semakin dilema dalam dua sisi kehidupan, melangkah atau berhenti. Karena diriku yakin, senyuman yang indah akan datang setelah luka yang parah.
Dibalik itu semua, ada tiga hal yang dapat aku lakukan untuk bisa menyelesaikan masalah ini dan masalah lainnya. Yang pertama, pengendalian diri sebagai tameng untuk emosi diluar kendali. Yang kedua, keseimbangan antara dunia dan akhirat sebagai pedang untuk membela kebenaran. Dan yang ketiga, pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai peluru untuk melumpuhkan kekuatan dan daya upaya dari kebatilan.
Sahabat, Bukan Hanya Teman Curhat
Sahabat, adalah orang pertama yang menyambut jatuhnya diriku. Dia terus memberikanku dorongan dan motivasi untuk diri ini berpindah ke lain hati. Lisanku memang berkata iya, tapi hatiku terus berkata tidak. Ia pun sodorkan beberapa media tentang wanita cantik dan selalu ingin membuatku melupakannya. Namun masih saja, diri ini belum bisa seutuhnya. Hingga kontaknya pun masih kusimpan dengan alasan " Kita tidak tahu Bro rezeki kita ada dimana. Bisa jadi ada pada orang yang pernah hadir dan menghilang dalam hidup kita ".
Yap, sosok yang hampir selalu ada dikala senang maupun susah, buatku itu benar. Selama 4 tahun ini, dia selalu memberikan motivasi segala aspek kehidupan. Hadir sebagai pengobat luka pembullyan yang aku alami semasa bangku sekolah menengah pertama, dia pun datang sebagai partner senasib. Menjalankan misi " balas dendam " kepada mereka yang telah semena - mena menginjak harga diri. Hingga masa kelam pun akhirnya dapat dilalui bersama dengan senyuman.
Sensasi, dramatisasi dan prestasi seakan menjadi sesuatu yang lumrah, kedewasaan kami masih menjadi tanda tanya dibalik bijaknya diri kami. Tapi semua itu berubah ketika sahabatku terpaksa harus menuruti keinginan orangtuanya untuk merantau ke negeri Tirai Bambu 2 tahun silam.Â
Berbagai ujian, tantangan dan rintangan semua ia curhatkan. Bahasa asing, pergaulan, bertahan hidup hingga batin yang rindu kumandang adzan semuanya telah ia rasakan. Tak heran ketika bertemu kembali, dia telah banyak berubah. Lebih banyak menghabiskan waktu bersama untuk memperbaiki diri, menikmati masa-masa terakhir disekolah dengan memberikan berbagai macam jenis teka - teki.
Sampai lah saat sekarang, ketika dia kembali lagi ke tanah khatulistiwa ini dengan cara mengejutkan. Teka - teki ia berikan untuk mengukur kembali tingkat kemampuan berfikir lewat kata " kurir " yang menandakan kalau dia masih berada di Palembang. Namun ketika teka - teki itu mengarahkan aku ke sebuah playdrum, diriku melihat sosok dengan gerak - gerik yang tidak asing lagi. Tinggi badannya, pakaian yang dipakai dan juga cara berjalannya membuat ku semakin penasaran. Aku dekati orang itu dan wowwwww... betapa terkejutnya diriku terkena prank sahabat sendiri.
Dia benar-benar berhasil membuat ku menggelengkan kepala sendiri. Sang kurir yang dia maksud adalah dirinya sendiri. Ia pun bercerita semuanya. Melepas kerinduan dengan orangtua dan sahabat setelah lelah berjuang di bangku perkuliahannya di Palembang yang harus terhenti di tengah pandemi. Walaupun harus meninggalkan calon istrinya disana, dia tetap bahagia ketika hal - hal gila aku ceritakan disini. Termasuk kisah asmara ku di tengah pandemi ini.
Aku tunjukkan foto-foto dirinya dan respon sahabatku sangat membuat semangatku menggebu-gebu. Dia berkata " Sayang ya Bro, elu gagal dapetin dia ". Ditambah ia menunjukkan kesuksesan meluluhlantakkan hati calon istrinya, membakar semangatku kembali untuk mendekatinya.
Walaupun Belum Ada Harapan Pasti, Semoga Kamu Mengerti
Aku pun coba berikan sebuah bingkisan maya kecil-kecilan kepada dirinya berupa kata-kata meyakinkan dan dua buah lagu yang mewakili perasaan ini sebagai tanda bahwa hati ini masih berharap. Dua lagu itu dilantunkan oleh musisi muda bernama Hanin Dhiya, yaitu cover " Awas Jatuh Cinta " dan ciptaannya sendiri " Suatu Saat Nanti ". Meskipun tidak ada respon darinya, namun aku yakin dia telah melihat dan mendengar semua itu.
Hari - hari kulewati tanpa dirinya. Namun doa untuknya seperti air yang tak pernah berhenti mengalir. Tekad dan keyakinan diri terus membawaku menyelam tanpa mengenal dasar dan menggali tanpa mengenal akar.Â
Mengalahkan segala keraguan yang coba mengusik dan godaan - godaan yang buat hati tertarik. Ku sebut namamu, tanpa ada kata lelah menjamu. Bukannya aku bodoh terbudak oleh cinta, tapi diri ini harus tahu siapa yang pantas di hati untuk bertahta.
Sampai dimana ia curahkan sebuah status tentang pria yang pernah mengajak dia pacaran, namun telah menikah dengan wanita yang kebetulan punya nama panggilan sama dengan dirinya. Disitulah pertama kali dia mencurahkan isi hatinya kepada ku. Diriku tak menyangka seakan dia telah melupakan kesalahanku. Namun aku tidak terlalu jemawa, berusaha sekuat tenaga untuk membayar semuanya agar kelak dirinya percaya bahwa diriku benar - benar serius dan komitmen dengan niat yang telah terlontar.
Semua Butuh Proses Untuk Menjadi Sukses
Kagum, kata yang pantas untuk di elu - elu kan, ketika melihat sosok yang inisiatif dan kreatif dalam menyalurkan hobinya. Postingan pertama nya membuat donat sendiri, jadi awal dari semuanya hingga membuatku tertegun melihat postingan pertamanya menjual donat aneka rasa.
Aku pun sangat mendukung usahanya itu. Hanya sekedar memberikan emoticon pada setiap postingan nya bukanlah hal yang berat. Begitu bangganya diriku jika berhasil memiliki dia seutuhnya. Niat untuk membantu bisnis nya timbul. Karena yang ku tahu selain dia yang membuat donat, dia juga yang mengantarkannya langsung kepada konsumen. Melihat perjuangannya ditengah pandemi ini, dalam hati aku berkata " bukan hanya ingin jadi kurir saja, aku ingin jadi teman hidup mu juga Kakak ".
Hingga saatnya bulan suci Ramadhan tiba, dirinya tetap semangat mempromosikan dan menjual donat nya itu meskipun tak jarang dia harus beristirahat sejenak beberapa hari. Aku maklumi, karena melakukan hal biasa ditengah kondisi sedang berpuasa itu cukup melelahkan. Tapi aku selalu mendoakan semoga lelah dia karena Lillah, berharap dia tidak menyerah atas semua keringat perjuangan yang tercurah. Aku pun juga berharap walaupun dia dalam kondisi lelah, semoga dia tidak lupa untuk selalu beribadah.
Diri ini penuh dengan seribu keraguan ketika dia tiba - tiba meminta pertolongan ku untuk membantu tugas KKN nya. Tanpa panjang lebar, aku terima permohonannya ini. Sisi baiknya diriku masih menjadi harapannya, tapi sisi buruknya dia sedang mengujiku apakah aku ini seorang  bucin ? Hal yang tak perlu ku tanyakan, cukuplah di pendam dalam hati. Hanya doa dan keyakinan yang meyakinkan diri ini bahwa dia tidak berniat buruk memohon pertolongan.
Syukur terlantun dalam jiwa ini, ketika perlahan dia mulai merespon dengan baik perhatian ku kepadanya. Berharap kami bisa saling menjaga kepercayaan dan perasaan, karena terkadang itu yang menyebabkan keretakan dan kehancuran sebuah hubungan. Mungkin selama ini Kakak hanya menganggap aku sebagai teman. Benar kan Kak ?
Untukmu Kakak....
Andai kau tahu isi hati ini seperti apa. Mungkin kau akan terharu. Mungkin kau akan tersenyum. Dan mungkin akan buat kau tertegun sejenak. Melihat perjuangan ku yang tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal arah dan tanpa mengenal kata kalah.
Jari jemari ini melantun, menulis, melukiskan perasaan yang cukup besar ini. Aku berharap semua itu juga bisa terucap di depanmu. Membalas semua rasa gundah dan gelisah dalam hati.
Tapi untuk sekarang mungkin belum bisa terwujud. Pandemi ini masih memisahkan kita. Bukan hanya kita, juga tentang rindu orang - orang diluar sana. Para tenaga medis, Â Polri, TNI dan relawan juga harus menahan kerinduan bertemu dengan orang - orang yang mereka sayangi.
Semuanya mengajarkan kita bahwa Tuhan Maha Tahu apa yang kita kerjakan di dunia ini, baik maupun buruk. Ini hanya sedikit bagian dari ujian yang Tuhan berikan kepada kita.
Semoga Tuhan melindungi kita dari wabah ini, mempertemukan kita kembali dan mempersatukan kita dengan hubungan yang diridhai oleh-Nya. Berharap Kakak mengerti perasaan diriku ini sepenuhnya.
 Bersambung…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H