Yap, sosok yang hampir selalu ada dikala senang maupun susah, buatku itu benar. Selama 4 tahun ini, dia selalu memberikan motivasi segala aspek kehidupan. Hadir sebagai pengobat luka pembullyan yang aku alami semasa bangku sekolah menengah pertama, dia pun datang sebagai partner senasib. Menjalankan misi " balas dendam " kepada mereka yang telah semena - mena menginjak harga diri. Hingga masa kelam pun akhirnya dapat dilalui bersama dengan senyuman.
Sensasi, dramatisasi dan prestasi seakan menjadi sesuatu yang lumrah, kedewasaan kami masih menjadi tanda tanya dibalik bijaknya diri kami. Tapi semua itu berubah ketika sahabatku terpaksa harus menuruti keinginan orangtuanya untuk merantau ke negeri Tirai Bambu 2 tahun silam.Â
Berbagai ujian, tantangan dan rintangan semua ia curhatkan. Bahasa asing, pergaulan, bertahan hidup hingga batin yang rindu kumandang adzan semuanya telah ia rasakan. Tak heran ketika bertemu kembali, dia telah banyak berubah. Lebih banyak menghabiskan waktu bersama untuk memperbaiki diri, menikmati masa-masa terakhir disekolah dengan memberikan berbagai macam jenis teka - teki.
Sampai lah saat sekarang, ketika dia kembali lagi ke tanah khatulistiwa ini dengan cara mengejutkan. Teka - teki ia berikan untuk mengukur kembali tingkat kemampuan berfikir lewat kata " kurir " yang menandakan kalau dia masih berada di Palembang. Namun ketika teka - teki itu mengarahkan aku ke sebuah playdrum, diriku melihat sosok dengan gerak - gerik yang tidak asing lagi. Tinggi badannya, pakaian yang dipakai dan juga cara berjalannya membuat ku semakin penasaran. Aku dekati orang itu dan wowwwww... betapa terkejutnya diriku terkena prank sahabat sendiri.
Dia benar-benar berhasil membuat ku menggelengkan kepala sendiri. Sang kurir yang dia maksud adalah dirinya sendiri. Ia pun bercerita semuanya. Melepas kerinduan dengan orangtua dan sahabat setelah lelah berjuang di bangku perkuliahannya di Palembang yang harus terhenti di tengah pandemi. Walaupun harus meninggalkan calon istrinya disana, dia tetap bahagia ketika hal - hal gila aku ceritakan disini. Termasuk kisah asmara ku di tengah pandemi ini.
Aku tunjukkan foto-foto dirinya dan respon sahabatku sangat membuat semangatku menggebu-gebu. Dia berkata " Sayang ya Bro, elu gagal dapetin dia ". Ditambah ia menunjukkan kesuksesan meluluhlantakkan hati calon istrinya, membakar semangatku kembali untuk mendekatinya.
Walaupun Belum Ada Harapan Pasti, Semoga Kamu Mengerti
Aku pun coba berikan sebuah bingkisan maya kecil-kecilan kepada dirinya berupa kata-kata meyakinkan dan dua buah lagu yang mewakili perasaan ini sebagai tanda bahwa hati ini masih berharap. Dua lagu itu dilantunkan oleh musisi muda bernama Hanin Dhiya, yaitu cover " Awas Jatuh Cinta " dan ciptaannya sendiri " Suatu Saat Nanti ". Meskipun tidak ada respon darinya, namun aku yakin dia telah melihat dan mendengar semua itu.
Hari - hari kulewati tanpa dirinya. Namun doa untuknya seperti air yang tak pernah berhenti mengalir. Tekad dan keyakinan diri terus membawaku menyelam tanpa mengenal dasar dan menggali tanpa mengenal akar.Â
Mengalahkan segala keraguan yang coba mengusik dan godaan - godaan yang buat hati tertarik. Ku sebut namamu, tanpa ada kata lelah menjamu. Bukannya aku bodoh terbudak oleh cinta, tapi diri ini harus tahu siapa yang pantas di hati untuk bertahta.
Sampai dimana ia curahkan sebuah status tentang pria yang pernah mengajak dia pacaran, namun telah menikah dengan wanita yang kebetulan punya nama panggilan sama dengan dirinya. Disitulah pertama kali dia mencurahkan isi hatinya kepada ku. Diriku tak menyangka seakan dia telah melupakan kesalahanku. Namun aku tidak terlalu jemawa, berusaha sekuat tenaga untuk membayar semuanya agar kelak dirinya percaya bahwa diriku benar - benar serius dan komitmen dengan niat yang telah terlontar.