Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Menuangkan isi pikiran sebatas kemampuan di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Love

Tulus Berbalas Dusta

4 April 2023   09:58 Diperbarui: 4 April 2023   09:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Di tengah dunia yang dipacu oleh kemodernan, ada saja hal tak terduga, yang sama sekali tak terbayang sebelumnya. Segala sesuatu berjalan mudah berkat adanya sistem digitalisasi yang berkembang begitu pesat. Kalau zaman dahulu kita menumpang mobil umum dengan menunggu di jalan atau di terminal, namun sekarang kita bisa menunggu di rumah saja. Semua serba aplikasi. Yang jauh terasa begitu dekat. Kerinduan tidak harus selalu bertatap muka secara nyata, tetapi dapat memanfaatkan hp android untuk mewujudkan semua keinginan.

Dampak positif dan negatif dari kemajuan teknologi tentunya bisa dirasakan. Sebut saja sebuah kisah yang memanfaatkan dunia digital, seperti penggunaan media transportasi online. Segi positifnya, kita semakin mudah dalam menjalankan rutinitas sehari-hari. Pesan tiket pesawat, kirim uang dan lain-lain, semua serba online. 

Dampak negatifnya, ketika pengguna tidak bijak menggunakannya. Dunia online terkadang membawa duka dan petaka. Penggunaan facebook, instagram dan lain-lain perlu disikapi. Terlalu mudah percaya juga tidak baik. Apalagi jika mudah percaya dengan pesan-pesan yang terkadang memicu lara. Manusia memiliki karakter yang berbeda dan unik. 

Kebaikan dari pemberi jasa terkadang langsung dipercaya. Contoh ketika kita merasa nyaman dengan angkutan online, terkadang kita menggunakan jasanya di luar online, untuk jalan-jalan keluarga dll. Bahkan karena adab pengemudinya, terpikir untuk menjadikan bagian dari keluarga kita. Dan akhirnya, terlontar juga rasa suka pada salah seorang keluarga kita. Kitapun memberi semangat agar si pengemudi mencari pekerjaan tetap karena memiliki ijazah untuk mewujudkannya. 

Ujungnya, sang pengemudi sukses dengan pilihannya. Tapi secara bertahap semua berubah termasuk masalah kejujuran. Kita sudah menganggap seperti anak atau keluarga sendiri, tetapi secara bertahap merangkai dusta. Kecewa sebetulnya tidak juga, karena hanya kenal diawali dengan menumpang mobilnya melalui transportasi online. Cuma yang sedikit terpikir, begitu mudahnya mengalihkan kata-kata demi penyelamatan diri, lupa segalanya. Walau kita bukan orang tua kandungnya, tapi mengapa tega berolok-olok dengan kata. Di sini kita dapat mengambil hikmah, bahwa tulus tak selalu dibalut kejujuran. Demikian contoh paparan sederhana tentang tulus dan kejujuran. Semoga kita senantiasa menjunjung tinggi adab, sopan santun dan silaturahmi serta membebaskan diri dari dusta. Jangan sampai kita terjerumus ke ranah tulus berbalas dusta. 

Di Perjalanan, 4 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun