Mohon tunggu...
Zulfakriza Z.
Zulfakriza Z. Mohon Tunggu... Dosen - Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Belajar berbagi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedot Energi Matahari Saat Musim Panas

19 Januari 2014   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita tingginya suhu selama musim panas di Australia menjadi berita hangat. Setidaknya pada media-media di Australia. Terlebih lagi dengan kejadian kebakaran lahan kering di beberapa tempat. Sebaran lokasi kebakaran terdapat di Negata Bagian New South Wales, Victoria, Queensland dan Pulau Tasmania. Pemerintah Australia menyatakan bencana kebakaran yang dialami tahun ini merupakan salah satu kebakaran terparah. Dan beberapa tempat suhu maksimum mencapai 45 derajar celcius, dan matahari bersinar lebih dari 12 jam dalam satu hari.

Selama musim panas, hampir semua wilayah di lintang menengah mendapat cahaya matahari lebih lama, termasuk Australia. Sang surya sudah menyapa dari pukul 6 pagi dan baru tenggelam lebih kurang pada pukul 20.20. Ada sekitar 14 jam 20 menit sang matahari bersinar di atas langit Australia. Dengan kata lain, ada sejumlah energi matahari yang tentunya bisa dimanfaatkan untuk kehidupan makhluk di muka bumi. Sebagai contoh tumbuh-tumbuhan yang sangat membutuhkan sinar matahari untuk membatu fotosintesis. Disisi lain, energi matahari juga dapat dimanfaatkan sebagai altenatif pembangkit tenaga listrik.

Dalam wikipedia yang bisa dibaca di sini, ternyata bumi menerima 174 petawatt (PW) radiasi dari sinar matahari yang datang di bagian atmosfer. Sekitar 70% diserap oleh awan, laut dan dataran sedangkan 30% terpantul kembali ke luar angkasa. Dalam laporan ilmiah menjelaskan bahwa dalam satu tahun jumlah energi matahari yang mencapai permukaan bumi sangatlah besar. Jumlah ini diperkirakan lebih banyak dua kali lipat jika dibandingkan dengan semua sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti batubara, minyak bumi, gas alam dan uranium.

Pemandangan menarik pada beberapa rumah di Canberra. Atap rumah mereka yang sebelumnya warna coklat tua berubah menjadi hitam dan mengkilap. Selidik punya selidik ternyata mereka menambahkan solar panel di atas atap rumahnya. Dan tidak tanggung-tanggung, solar panel yang ditambahkan menutupi hampir sebagian besar bagian atap rumah.

Solar panel atau dalam bahasa kita panel surya merupakan alat yang terdiri dari sel surya yang fungsinya bisa mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Sel surya dalam bahasa kerennya dikenal dengan sel photovoltaic yang dapat diartikan sebagai sel cahaya listrik. Dalam proses kerjanya sel surya atau sel PV akan bergantung pada efek photovoltaic yang tugasnya untuk menyerap energi cahaya dari matahari yang akan menyebabkan aliran arus listrik antara dua lapisan yang bermuatan pada kutup berlawanan yaitu positif dan negatif.

Untuk skala rumah tangga masih memungkinkan untuk menggunakan solar panel. Walaupun ada beberapa yang berpendapat bahwa pemanfaatan solar panel belum begitu efesien dibanding dengan penggunaan listrik dari kabel yang sudah tersedia. Akan tetapi, langkah memanfaatkan energi matahari yang sudah sangat tepat dilakukan oleh beberapa masyarakat di Australia. Setidaknya selama musim panas ini ada sekian kilowatt pemakaian listrik yang bersumber dari energi fosil yang bisa dihemat.

Jika ini ditiru oleh negara kita, yang sinar matahari bersinar sepanjang tahun. Maka ada kemungkinan beban penggunaan listrik dari energi fosil bisa dikurangi. Meskipun itu tidak mudah, karena instalasi panel surya membutuhkan rogohan kocek yang tidak sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun