Gempanesia,
Tentang negeri yang selalu disapa gempa,
Negeri yang indah di lintang khatulistiwa.
Indonesia, sebuah negeri kepulauan yang berada di lintang khatulistiwa. Konon cerita negeri yang subur dan makmur. Bahkan grup penyanyi lawas "Koes Plus" dalam lirik lagunya menukilkan tentang negeri tanah surga yang tongkat kayu bisa jadi tanaman. Tapi sayangnya Koes Plus lupa menambahkan sebait lirik yang mengisahkan tentang negeri gempa yang perlu waspada dan siaga.
Kesuburan dan keindahan alam negeri kepulauan ini mengundang perhatian banyak bangsa. Mereka datang bukan hanya bertandang, tapi juga menjajah dan merampas hasil bumi yang tidak ada di negerinya. Salah satunya adalah Bangsa Belanda.
Bangsa Belanda, selain menjajah juga memperlajari geologi Indonesia dan mendokumentasikan dalam sebuah buku yang ditulis oleh R. W. Van Bemmelen. Buku yang berjudul The Geology of Indonesia menjadi rujukan handal bagi para geolog yang ingin memahami tatanan geologi di Indonesia. Buku setebal 732 halaman awalnya ditulis dalam bahasa Belanda dan di cetak pada tahun 1949 oleh Government  Printing Office, The Hague. Ekspedisi geologi yang dilakukan oleh Van Bemmelen sejak permulaan tahun 1900an. Tujuan utama dari ekspedisi ini adalah untuk memahami kondisi geologi Hindia Belanda, tetunya untuk kebutuhan data eksplorasi sumber daya alamnya.
Ada yang menarik dari buku The Geology of Indonesia, buku ini mendokumentasikan tentang beberapa kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di tanah Hindia Belanda. Distribusi beberapa kejadian gempa bumi kuat yang berdampak pada munculnya gelombang besar, kemudian dikenal dengan istilah tsunami. Selain itu, Van Bemmelen sudah memetakan peta gempa (seismic map) setelah gempa Jawa pada 23 Juli 1943. Gempa Jawa tahun 1943 merupakan salah satu gempa yang merusak, terdokumentasikan dengan baik (tabel dalam gambar 2). Peta gempa ini menjadi penting bagi pemerintah Hindia Belanda untuk merancang infrastruktur yang tahan gempa seperti jembatan, waduk, terowongan dan rel kereta.
Untuk wilayah Sumatra, beberapa kejadian gempa bumi terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif yang membelah Pulau Sumatra. Van Bemmelen menyebut sesar ini dengan sebutan Zona Semangko yang kemudian populer dengan Zona Sesar Sumatra ada juga yang menyebut dengan sebutan Sumatran Fault System. Beberapa kejadian gempa yang merusak tercatat, seperti Gempa Tapanuli 17 Mei 1892, Gempa Kerinci 3 Juni 1909, Gempa Padang 1926 dan Gempa Liwa 1933 (gambar 3).
Dari sisi ilmu geologi, kejadian gempa bumi yang sering terjadi sangat dipengaruhi posisi Indonesia yang berada pada pertemua lempeng besar dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempang Philipine. Keempat lempeng tersebut berkontribusi besar pada kejadian gempa bumi di Indonesia. Selain itu, keberadaan sesar-sesar aktif di daratan yang terbentuk akibat aktivitas tumbukan lempeng, menjadi sisi lain sumber gempa bumi di Indonesia.
Setelah gempa bumi dan tsunami Aceh tahun 2004, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap bahaya gempa bumi meningkat. Lahirnya Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan terbentuknya Badan Nasional Pananggulangan Bencana merupakan salah satu bentuk nyata. Selain itu hadirnya lembaga-lembaga penelitian kegempaan di instansi pemeritah seperti BMKG, BPPT, LIPI dan Badan Geologi serta institusi perguruan tinggi. Â
Hal ini memberikan pelajaran penting dan berharga bagi Indonesia sebagai negara yang rentan terjadi gempa bumi, untuk selalu melakukan upaya pengurangan risiko gempa bumi. Upaya itu bisa dilakukan melalui langkah pendidikan, penelitian, sosialisasi dan pembangunan infrastruktur yang aman gempa.