Mohon tunggu...
Zulfakriza Z.
Zulfakriza Z. Mohon Tunggu... Dosen - Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Belajar berbagi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Air Tanah di Ambang Kepunahan, Mungkinkah?

27 Maret 2017   17:43 Diperbarui: 28 Maret 2017   03:00 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja, kelangkaan air tanah ini akan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Kondisi seperti ini sudah mulai terlihat di beberapa kota besar bahwa air bukan lagi barang yang mudah dan bebas dimanfaatkan. Akan tetapi air menjadi barang yang berharga dan harus dibeli.

Beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya kondisi air tanah sudah mulai memprihatinkan. Hal ini disebabkan buruknya penyerapan air tanah akibat kerusakan lingkungan dan tingginya pengambilan air tanah. Peningkatan pengambilan air tanah seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri. Seperti halnya kota Bandung, menurut Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi memaparkan bahwa dalam 20 tahun terakhir penurunan muka air tanah mencapai 80 meter. Kondisi air tanah seperti ini akan terus mengkhawatirkan jika tidak ada upaya pengendalian izin pembuatan sumur bor dan perbaikan lingkungan hutan pada wilayah resapan air.

Mungkinkah air tanah punah? 

Jika melihat proses pembentukan air tanah yang memakan waktu ratusan tahun, dan muka air tanah yang terus menurun setiap tahunnya. Kondisi ini diperparah kerusakan lingkungan. Maka, tidak tertutup kemungkinan air tanah akan punah pada suatu masa nanti.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun