Ada apa di antara Sinabung dan Sibayak? Seperti halnya antara Cinta dan Rangga dalam Film Ada Apa dengan Cinta. Bagi yang pernah menontonnya, tentu akan bisa menerka bahwa di antara Cinta dan Rangga ada getaran-getaran asmara sepasang muda-mudi. Begitu juga di antara Sinabung dan Sibayak, ada getaran-getaran yang mengejutkan yang terjadi belakang ini. Getaran kuat yang membuat takut dan cemas serta merusak beberapa bangunan.
Getaran yang terjadi antara Sinabung dan Sibanyak sesuatu yang butuh waktu untuk memahaminya. Datangnya secara tiba-tiba tanpa ada tanda sebelumnya. Lebih kurang seperti getaran asmara yang terjadi antara Cinta dan Rangga. Sesuatu yang datang dari dalam yang sulit diterka dengan kasat mata.Â
Tapi itu benar adanya dan kedua getaran itu bisa dirasakan. Bedanya hanya saja getaran dalam diri Cinta dan Rangga hanya dirasa oleh dua orang saja, sedangkan getaran yang terjadi antara Sinabung dan Sibayak dirasakan oleh banyak orang. Selain dirasakan, getaran itu juga bisa membuat ketakutan dan kepanikan.
Getaran gempa itulah getaran yang terjadi di antara Sinabung dan Sibayak. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang berita kepanikan warga kota Medan pada 16 Januari 2017 lalu. BMKG melaporkan kekuaran gempa bumi tersebut adalah magnitudo 5.6 pada kedalaman 10 km, terjadi pada pukul 19.42.12 WIB. Koordinat pusat kejadiannya adalah 3,33° LU dan 96,46° BT, sektar 28 km arah barat daya Kabupaten Deli Serdang, SUMUT. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi dalam laporannya menyebut gempa bumi ini dengan sebutan gempa Deli Serdang.
Eskalasi getaran gempa sepertinya masih menunjukkan tanda-tanda kelanjutannya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kejadian gempa bumi yang terekam pada alan seismograf BMKG yang terpasang di Sumatra bagian utara. Setidaknya ada enam getaran gempa yang terekam dengan magnitudo antara 3 - 4.5. Sebaran gempanya ditampilkan pada gambar 1.
Gempa bumi yang terjadi pada 16 Januari lalu adalah gempa tektonik. Sebuah gempa yang dipicu oleh adanya aktivitas sesar aktif di daratan Sumatera. Secara mekasnisme kejadian gempanya tidak terkait dengan erupsi Gunung Sinabung. Akan tetapi yang menarik adalah posisi gempa tersebut tidak berada pada kelurusan Zona Sesar Sumatera yang merupakan sesar utama di Pulau Sumatera. Dengan kata lain ada sesar kecil yang belum terpetakan dengan baik di antara Sinabung dan Sibayak.
Merujuk pada peta geologi, wilayah lokasi gempa bumi tersusun dari endapan vulkanik yang berumur Pliosen (tersier) hingga Holosen (Kuarter). Secara dominan, kawasan ini tersusun dari batuan vulkanik yang umurnya relatif muda, sehingga susunannya belum begitu solid dan relatif lebih lunak. Kondisi batuan yang relatif lunak menjadikan daerah ini mendapatkan goncangan gempa yang lebih kuat, atau dikenal dengan adanya penguatan gelombang gempa (amplifikasi). Dibutuhkan penelitian yang lebih rinci untuk mengetahui ketebalan lapisan ini.
Endapan batuan vulkanik yang relatif tebal menjadikan jejak sesar-sesar kecil di antara Sinabung dan Sibayak sulit dikenali dipermukaan. Diperlukan penerapan beberapa metoda geologi dan geofisika untuk mengenali jejak sesar yang terkubur tersebut. Seperti metoda paritan, gravity, geolistrik dan seismic tomography.
Sampai saat ini, sesar aktif yang menjadi sumber gempa Deli Serdang masih belum dipahami dengan baik. Pastinya ada sesar aktif yang terkubur endapan vulkanik pada kedalaman yang belum diketahui. Untuk itu, masih sangat dibutuh penelitian yang lebih lanjut untuk memahami sesuatu hal yang ada di antara Sinabung dan Sibayak.
Zulfakriza