Sebagian saudara kita yang bermukim di sekitar pantai selatan Jawa Barat tentu merasakan getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi pada Rabu sore (08-02-2017). BMKG merilis gempa bumi terjadi pada pukul 15:34:16 dengan kekuatan magnitudo 5.2, di kedalaman 25 km. Lokasi sumber gempanya terjadi pada koordinat -7.64 Lintang Selatan dan 106.9 Bujur Timur, sekitar 79 km arah Barat Daya Kota Sukabumi Jawa Barat.
Gempa yang terjadi pada Rabu (08-02-2017) lalu bukanlah gempa yang pertama terjadi. Pada gambar 1 memperlihatkan sebaran gempa bumi yang terjadi di selatan Jawa, termasuk selatan Jawa Barat. Setidaknya dalam 1 dekade terakhir, ada dua gempa yang kuat dan merusak pernah terjadi. Gempa bumi yang terjadi tahun 2006 merupakan salah satu gempa yang merusak. Gempa bumi yang terjadi pada 17 Juli 2016 dengan magnitudo 6.8 juga membangkitkan gelombang pasang tsunami yang mencapai ketinggian 2 meter. Tercatat sekitar 659 jiwa meninggal dunia dan puluhan rumah dan bangunan lainnya di pesisir selatan Jawa Barat hancur. Selain Gempa Pangandaran, selatan Jawa Barat juga pernah diguncang gempa pada 2 September 2009. Kekuatan magnitudo gempanya adalah 7.3 Mw, dan ini lebih besar dari kekuatan gempa Pangandaran 2006. Â
Gempa-gempa yang terjadi di lepas pantai selatan Jawa Barat merupakan gempa tektonik yang dipicu oleh aktivitas pergerakan lempeng samudera Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia yang saling bertumbukan. Lempeng samudera Indo-Australia menyusup ke bawah lempeng benua Eurasia dengan kecepatan relatif pergerakannya adalah 7 cm/tahun. Pada batas pertemuan kedua lempeng tersebut dikenal dengan zona subduksi yang dicirikan dengan adanya palung jawa(Java trench).
Jika mengacu pada sejarah kejadian gempa pada masa lampau, Pusat Geoteknologi LIPI pernah mencatat beberapa kejadian gempa seperti pada tahun 1859 terjadi di Pacitan dengan perkiraan kekuatannya lebih dari 7. Kemudian 1867 terjadi di Yogyakarta, kekuatannya diperkirakan sekitar 8 yang menewaskan sekitar 500 orang. Selain itu pada 11 September 1921, pernah terjadi gempa yang posisinya berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 17 Juli 2006 di Pangandaran. Terakhir tahun 1994, terjadi gempa dengan kekuatan 7.2 yang memicu gelombang tsunami di Banyuwangi.
Penelitian kegempaan di selatan Jawa masih minim dibanding dengan penelitian di pantai barat Sumatra. Kondisi ini menjadikan pengetahuan tentang potensi kegempaan di selatan Jawa masih sangat kurang. Salah satu penyebab minim adalah karena ketiadaan pulau-pulau terluar di selatan Jawa seperti halnya di Sumatra, sehingga menjadi kendala untuk menempatkan peralatan observasi GPS geodetik untuk memantau pergerakaan pada zona subduksi. Selain itu, kberaan pulau-palau terluar akan mempermudah penelitian aktivitas tektonik, salah satunya dengan melakukan observasi terumbu karang.
Menjadi pertanyaan bagi kita, apakah mungkin di selatan Jawa terjadi gempa dengan kekuatan yang signifikan dan membangkitkan gelombang tsunami?
Jawabannya bisa iya dan bisa tidak
Akan tetapi jika melihat data sejarah kejadian gempa dan minimnya informasi serta pemahaman tentang potensi kegempaan di selatan Jawa, kemungkinan itu bisa iya dan agak berat untuk mengatakan tidak mungkin terjadi. Ada kekhawatiran karena gempa dengan magnitudo yang besar masih absen. Kondisi ini memunculkan perkiraan dua kemungkinan, yang pertama potensi kegempaan rendah dan yang kedua adanya seismic gap. Jika seismic gap, maka ada kemungkinan sampai saat ini masih terjadi akumulasi energi di selatan Jawa. Akumulasi energi tersebut ada kemungkinan terlepas pada suatu waktu. Kapan itu, tentu masih sangat misteri. Â Â
Zulfakriza
09022017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H