Selepas shalat magrib waktu Canberra, saya mendapat pesan di grup WA yang memposting informasi dari BMKG terkait kejadian gempa di selatan Jawa. Saya langsung termotivasi untuk menulis sedikit ulasan dan berbagi informasi untuk penghuni kompasiana.
Bagi kompasianer yang berada di Jawa bagian timur, terutama bagian yang berdekatan dengan pantai selatan. Tentunya merasakan gempa yang terjadi siang ini sekitar pukul 14.05 WIB. Gempa dengan kekuatan M5.9 (BMKG) pada kedalaman 51km dan berpusat pada 112.70°E 9.23° atau sekitar 150 km arah selatan Kab. Malang Jawa Timur. Beberapa lebaga internasioal seperti USGS dan gfz-potsdam juga mengeluarkan informasi kejadian gempa ini. Akan tetapi besaran dan kedalaman posisi gempa sedikit berbeda. USGS merilis M6.0 dengan kedalaman 59.24 sedangkan gfz-potsdam merilis kekuatan gempa M5.8 pada kedalaman 62 km.
(Gambar 1. Peta posisi kejadian gempa 26 Juli 2015 di selatan Jawa. Gambar hasil print screen dari http://geofon.gfz-potsdam.de/)
Kejadian gempa ini dipicu akibat aktivitas pergerakan lempeng pada zona tumbukan di selatan Jawa. Sama halnya dengan gempa yang terjadi di Cilacap pada 25 Juli lalu (Baca: Memahami Mekanisme Gempa 25 Juli 2015) yang juga dipicu akibat aktivitas lempeng tektonik pada zona pertemuan lempeng di selatan Jawa. Berdasarkan besaran magnitudo yang dihasilkan, kekuatan gempa hari ini tergolong menengah. Sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi tsunami.Â
Upaya Mitigasi
Kita sangat memahami bahwa kejadian gempabumi tidak bisa diprediksi. Sepengetahuan saya, sampai saat ini belum ada pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksi kejadian gempa bumi dengan akurat dalam hitungan tahun, bulan, hari, jam, menit dan detik. Belum ada kemampuan pengetahuan manusia sampai ke hal itu. Dan pastinya itu semua masih dalam rahasia Yang Maha Kuasa. Namun yang dilakukan para ahli adalah mempelajari fenomena alam gempa bumi sehingga bisa memberikan informasi yang baik dalam hal rekayasa bangunan yang aman terhadap gempa.
Sejauh ini, ilmu kebumian yang dikuasai manusia baru sebatas merekam gempa yang terjadi baik waktu, lokasi kejadian, besar kekuatan dan intensitasnya. Sampai sekarang belum ada metoda dan teknik prediksi gempa yang tepat dan teruji secara ilmiah. Memang ini bukan sesuatu yang mudah, dari beberapa jurnal ilmiah yang membahas tentang kejadian gempabumi belum menyimpulkan secara pasti kapan dan dimana gempa berikutnya pasti akan terjadi. Namun sebagian besar para ahli kegempaan masih terus melakukan penelitian untuk mengungkapkan rahasia dibalik kejadian gempabumi.
Sehingga menjadi penting bagi kita untuk selalu melakukan upaya pengurangan risiko yang mungkin ditimbulkan akibat kejadian gempa. Berikut upaya-upaya yang perlu dilakukan sebagai mitigasi untuk mengurangi risiko akibat gempa bumi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H