Beberapa waktu yang lalu, awal-awal peningkatan aktivitas Gunung Sinabung. Saya menayangkan tulisan tentang sinyal alam Gunung Sinabung. Lebih kurang enam bulan Sinabung menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu gunung api aktif diantara 127 deretan gunung api aktif di Indonesia. Deretan gunung api aktif yang ada di Indonesia tergambar dalam gambar berikut.
[caption id="attachment_319735" align="aligncenter" width="300" caption="Deretan gunung api aktif di wilayah Indonesia. Foto koleksi pribadi"][/caption] Keberadaan gunung api merupakan fenomena alam yang dapat memberikan dampak positif dan negatif. Seperti halnya dua keping mata uang. Ketersediaan lahan perkebunan yang subur dan bentang alam yang indah merupakan salah satu sisi positif dari keberadaan sebuah gunung api. Sedangkan di sisi lain, keberadaan gunung api juga menyimpan ancaman dari semburan material panas yang mematikan. Seperti halnya yang terjadi pada saudara-saudara kita di Tanah Karo Sumatra Utara. Semburan awan panas yang mengakibatkan kematian, hilangnya harta benda dan rusaknya lahan pertanian serta perkebunan.
Kejadian letusan gunungapi seringkali menyisakan kepiluan karena material-material yang dikeluarkan dari dalam tubuh gunungapi dapat merusak lahan perkebunan, lahan pertanian, lahan permukiman dan bahkan juga dapat menimbukan korban jiwa jika terkena langsung material gunungapi tersebut. Bencana yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunungapi diantaranya dapat berupa Aliran cepat pyroklastik panas dan hembusan lateral searah dapat menghanguskan penduduk sebelum sempat lari menyelamatkan diri seperti yang terjadi pada Gunungapi Mount Pelee tahun 1902 dan juga Gunungapi St.Helens pada tahun 1980; Tefra dan gas beracun panas dapat menimbun penduduk atau mati lemas oleh gas beracun seperti yang terjadi di Gunungapi Visuvius pada tahun 79 SM yang mematikan penduduk dan menimbun kota Pompey Romawi (wilayah Sisilia);Erupsi gunung menyebabkan gelombang laut yang sangat besar yang dapat menimbulkan tsunami seperti yang terjadi pada letusan Gunungapi Krakatau pada tahun 1883; dan hamparan tefra serta luncuran awan panas yang menutupi daerah pertanian kondisi ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan bahan pangan yang ujungnya dapat menyebabkan kelaparan.
Kalau kita mencoba merunut kapada catatan sejarah kejadian letusan gunungapi yang pernah terjadi di Indonesia maka akan kita dapati beberapa letusan gunungapi yang menghentakkan mata dunia. Seperti letusan Gunungapi Toba di Sumatera Utara yang kawahnya letusannya membentuk Danau Toba yang terjadi sekitar 70ribu tahun yang silam. Juga letusan Gunungapi Tambora di Dompu NTB pada tahun 1815 yang menewaskan sekitar 92.000 orang. Gemuruh akibat letusannya terdengar hingga Makasar, Batavia, Ternate dan sampai Sumatra yang jaraknya lebih dari 2600 km dari Tambora, letusannya juga menimbulkan gempa vulkanik lebih kurang magnituda 7. Selain Gunungapi Tambora, sejarah juga mencatat kejadian letusan gunungapi Krakatau yang meletus pada tahun 1883 serta gelombang tsunami yang diakibatkannya yang menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Gemuruh yang timbul akibat letusannya terdengar hingga Alice Springs Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika sekitar 4.653 km.
Dalam dua dekade terakhir, negeri ini silih berganti dilanda letusan gunung api. Mulai dari Merapi, Gamalama, Galunggung, Lokon, Papandayan dan Sinabung. Kejadian letusan gunung api bukanlah kejadian pertama bagi negeri ini.
Negeri ini harus siap hidup berdampingan dengan gunung api. Dan masyarakat yang berada dikawasan gunung api harus sadar dan paham bahwa setiap gunung api menyimpan ancaman yang mematikan. Selalu waspada dan siaga adalah langkah tepat karena gunungapi menyimpan energi ledakan yang suatu saat akan meletus dan menjadi ancaman serta bencana bagi masyarakat. Karena diamnya aktivitas sebuah gunung api bukan berarti bebas dari ancaman letusan akan tetapi bisa jadi si gunung api tersebut sedang tidur dan mengumpulkan energi untuk bangun dan mengeluarkan material yang tersimpan dalam perutnya. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan hal yang mutlak dilakukan untuk mengurangi dampak risiko yang timbul akibat letusan gunung api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H